11-Be A Good Papa

779 58 8
                                    

Gemini mengamati Fourth yang tengah merebah, menatap nanar langit-langit kamarnya, sementara tangannya mengusap-usap pelan perutnya yang masih rata itu, entah apa yang lelaki itu pikirkan sekarang.

"Nggak ngantuk? Mikirin apa?" Sapa Gemini seraya naik ke atas ranjang, bergabung dengan suaminya.

Fourth yang menyadari eksistensi suaminya itu kini beringsut mendekat, mencari kehangatan di dalam dekapan Gemini. Lalu keduanya terdiam, dengan tangan Gemini yang menepuk-nepuk pelan surai Fourth. Atmosfer nyaman tercipta begitu saja, membuat hati Fourth menghangat, karena ditengah bisingnya kepala, ia mempunyai Gemini yang akan menenangkannya.

"Hon, aku takut," Adu Fourth lirih mengeluh, "Nanti apa aku bisa? Punya anak kan tanggung jawab gede, nanti kalo aku gabisa jadi papa yang baik buat mereka, gimana?" Fourth mulai terisak seraya mengeluarkan keluh kesahnya.

Usapan tangan Gemini terhenti, ia terdiam karena pertanyaan Fourth yang seolah-olah hanya Fourth sendiri yang akan merawat anaknya nanti, "Kan ada aku, kenapa harus takut? Aku juga belum pernah jadi orang tua, nanti kita belajar sama-sama, ya?" Tutur Gemini lembut, "Sekarang tidur, ya? Katanya besok mau ke tempat Ford?"

Senyum Fourth terlukis tipis, hatinya lagi-lagi menghangat karena eksistensi Gemini yang selalu mendukungnya dalam bentuk apapun. Lelaki yang selalu berpikir berlebihan itu kini tak lagi takut, karena Gemini bersamanya.

"Good night, Honey," Ujar Fourth sebelum terlelap di dalam dekapan Gemini.

Lalu Gemini mengedarkan matanya selagi tangannya menepuk-nepuk lembut punggung sang suami, tak sengaja ia menemukan sebuah stik alat pemeriksa kehamilan di atas nakas Fourth, benda panjang berwarna biru dan putih itu menunjukkan garis dua yang menjelaskan kenapa Fourth merasa tidak enak badan, mengalami perubahan suasana hati, dan muntah-muntah akhir-akhir ini. Kemudian, pandangan Gemini tertuju pada Fourth dan perutnya yang rata. Helaan nafas terdengar pelan dari anak Jirawathanakul tersebut.

Dipandangnya lamat-lamat pakaian suaminya yang sedikit tersingkap, menampilkan perut putih yang masih datar, namun ada kehidupan di dalam sana.

Gemini sejenak memastikan jika Fourthnya sudah pulas, baru ia beranjak mendekatkan wajahnya kepada perut Fourth dan mengusapnya lembut, "Hai anak-anak ayah! Selamat datang! Ayah mohon kerjasamanya, ya? Biar papa bisa nerima kalian," Sapa Gemini pada anaknya untuk pertama kali.

Lagi-lagi Gemini memeriksa Fourth, barangkali suaminya itu terganggu dengan suaranya. Tetapi Fourth masih terlelap nyaman, "Nak, ayah seneng deh akhirnya kamu dateng, tapi ayah minta maaf, ya? Kayaknya papa masih enjoy sama kuliah dan manggungnya sekarang, maafin ayah ya, nak? Kalo misalkan papamu nanti milih kuliah dan manggungnya nanti, papa mungkin masih lebih sayang kegiatannya daripada kalian," Kecupan lembut yang Gemini bubuhkan di perut Fourth menjadi akhir sapaannya pada calon anak-anak mereka yang entah akan lahir atau tidak, karena Fourth jua masih diambang kebingungan.

Sudah menjadi kesepakatan awal di antara Gemini dan Fourth untuk menunda memiliki anak. Seperti Phuwin yang masih ingin menyelesaikan studi lanjutannya, Fourth di semester kedua perkuliahannya itu masih asyik dengan kegiatan kampusnya. Apalagi dengan nama mereka yang masih ramai menjadi sorotan khalayak, kehadiran buah hati diantara keduanya, membuat Fourth berkecil hati, Fourth belum siap komentar orang-orang di luaran sana. Mental Fourth tidak sekuat Ford yang selalu masa bodoh.

Sedangkan Gemini, lelaki tersebut membebaskan suaminya, komunikasi yang lancar diantara keduanya itu membuat Gemini sedikit banyak mengerti, jika Fourth masih ingin menikmati masa mudanya. Lagipula, mental keduanya belum siap, jiwa kekanakan masih tersisa.

***

Bayi kecil berparas cantik itu menggeliat kecil di brankar bayinya, tangannya mengepak kecil mencari pegangan yang langsung Fourth isi dengan jarinya sendiri. Mata yang belum bisa terbuka sempurna itu membuat garis seperti saat Mark tertidur, sementara bibirnya tercetak berisi persis seperti milik Ford.

Fourth tersenyum kecil, menitikkan air mata haru karena sahabatnya berhasil melahirkan bayi selucu ini. Seketika obrolan kemarin dengan Ford terlintas di benak Fourth, tentang dirinya yang tidak boleh egois meskipun terhadap tubuhnya sendiri.

Apakah anaknya nanti akan lucu seperti bayinya Ford juga?

Sentuhan lembut tiba-tiba Fourth dapatkan, Gemini merangkul pinggangnya pelan seraya ikut memperhatikan pergerakan lucu bayi sahabat mereka, "Lucu, ya?" Tanya Gemini berbisik, tidak ingin mengejutkan bayi kecil di depannya. Hanya anggukan kecil yang Fourth berikan sebagai jawaban, pria itu tak ingin berbicara apa-apa saat ini.

Sementara Mark dan Ford mengamati interaksi pasangan di depannya, Ford yang baru siuman dari biusnya itu hanya tersenyum lembut.

"Ford, kayaknya gue harus dengerin omongan lo kemaren," Ujar Fourth tiba-tiba.

Dan Ford tersenyum bangga dengan bibir pucatnya, "Harus! Itu baru temen gue!" Ujarnya dengan suara serak.

Tangan Gemini yang bertengger di pinggangnya itu dipererat, Fourth tersenyum pada suaminya, "Hon, ayo go public!"

Raut bahagia dari si anak tunggal itu tak bisa disembunyikan lagi, terkejut sudah pasti, ujaran Fourth yang tiba-tiba meminta untuk mempublikasikan hubungan asli mereka ke khalayak, adalah hal yang paling Gemini tunggu. Lelaki itu cukup muak dengan ocehan para teman-teman mama dan mami mereka yang terus mengharapkan ia dan Fourth berpisah.

Apalagi teman-teman uni mereka yang mengincar baik Gemini dan Fourth untuk dijadikannya pasangan. Gemini gatal sekali ingin menampar wajah mereka dengan buku nikah beratasnamakan Fourth dan dirinya.

Dasar possessif!

"Akhirnya mau juga go public, mami bisa pamerin mantu mami yang gemes ini akhirnya," Ujar Mook bahagia setelah menerima kabar sang putra.

Sedangkan Fourth hanya tersenyum simpul, keputusannya ternyata membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya. Apalagi sang mama, meskipun tak berbicara sepatah kata pun, tetapi senyum yang merekah cukup menjelaskan semuanya, mengapa sang mama enggan membuka suaranya, kebahagiaannya terlalu meluap-luap.

"Sebenernya... kita juga mau ngasih tau juga, kalo..." Gemini meletakkan sebuah potret ultrasonografi di atas meja makan apartemennya, "Cucu mama sama mami, hehe,"

Mook dan Namtan yang tengah asyik dengan makanan mereka itu terhenti, membeku sejenak saat melihat foto calon cucu mereka.

Dan sedetik kemudian keduanya menjerit.

"HAH?! TRIPLET?!














Bersambung, gimana gimana?

Rahsa : Next Chapter Begin [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang