19-Bapak yang Baik

546 52 0
                                    

Fourth terlelap begitu saja setelah menangis lama, jejak air mata dihapusnya oleh Gemini dengan pelan. Sejenak Gemini terdiam, memandang wajah lelah yang kurang tidur itu, Fourth telah berusaha lebih dari kemampuannya. Apalagi ketika dirinya bekerja, Fourth adalah orang paling sibuk, meskipun ada tangan lain yang membantunya.

Namun tetap saja rasanya tidak cukup, stress yang terpendam itu meluap hari ini. Jika saja Fourth tidak memiliki pengendalian emosional yang baik, mungkin Fourth akan mengalami satu penyesalan yang menambah beban pikirannya.

Gemini tersenyum kecil, lalu mengecup kening suaminya pelan, "You did great, ayah!" Bisik Gemini pelan.

Lalu bapak tiga anak itu beranjak dari ranjangnya, pikirnya ingin memeriksa anak-anaknya yang sedang diasuh oleh paman mereka. Maka dengan gerakan minim suara, Gemini melangkah keluar kamar, kembali pada keriuhan keluarga besarnya.

Mark yang menyadari kedatangan sahabatnya itu tersenyum kecil, "Kalo lo masih capek, harusnya lo istirahat aja, anak-anak lo banyak yang jagain di sini," Tutur Mark memberi tahu.

Gemini menggeleng kecil, "Yang capek itu Fourth, bukan gue," Ujarnya tegar, "Gue masih aman,"

Setelah itu Mark tidak mengusik lagi, membiarkan Gemini membaur bersama keluarga besarnya dan si kembar yang asyik dengan dunianya di atas box bayi yang sengaja diletakkan di tengah-tengah keluarga. Hari ini hari perkenalan si kembar kepada keluarga besarnya, jika sang bintang utama tak berada di tengah sana, lalu untuk apa acara dibuat?

Hingga akhirnya sore datang, sanak saudara mulai berpamitan pulang karena harus menjalani aktifitas yang lain. Tinggalah cucu-cucu dari tiga anak Singto yang sengaja menginap termasuk Gemini juga Fourth.

Malam itu akhirnya sepi, semua kepala sudah merebah pada bantal yang empuk dengan temperatur yang nyaman. Gemini duduk sendirian di teras belakang rumahnya dengan secangkir coklat hangat kesukaannya dan Fourth, namun kali ini lelaki manis itu tak bergabung untuk Coklat hangat tersebut karena lelah yang melanda.

Punggunggnya bersandar pada sandaran kursi, sejenak matanya terpejam menikmati semilir angin malam yang menerpa wajahnya serta rambut yang sedikit beterbangan. Ia lelah, tubuhnya meronta agar tuannya pergi beristirahat, namun otaknya tak berlaku demikian. Terlalu berisik di dalam sana, mengganggu sampai ke alam bawah sadarnya.

"Jangan tidur di luar Gem, pindah! Nanti masuk angin,"

Cucu bungsu Singto itu membuka matanya, mendapati Earth sang sepupu ipar yang kini sudah bertugas di kantor pusat, Earth kini tidak lagi bertugas sampai keluar pulau. Gemini tersenyum kecil, "Nggak tidur gue, bang, cuma lagi istirahat aja," Balas yang lebih muda, lalu menyesap coklat hangat yang kini sudah nyaris dingin.

Earth akhirnya mengambil tempat duduk di sisi Gemini, ikut terdiam beberapa saat untuk menikmati suasana malam yang cerah ini.

"Capek, ya?"

Pertanyaan retoris, sebagai seorang ayah, Earth tidak memerlukan sahutan dari yang lebih muda, karena Earth sendiri pun tahu, mengurus anak tidak semudah itu, apalagi dengan tiga bayi sekaligus.

Gemini tiba-tiba menangis, ia terisak entah sejak kapan sampai Earth menyadari hal tersebut. Akhirnya yang lebih tua menenangkan, menepuk bahu sang ayah baru itu.

"Segini aja gue sama Fourth udah ngeluh, gimana nanti, bang?" Lirih Gemini parau, ia mengusap air matanya yang rasanya percuma untuk diusap itu, "Apa gue bisa jadi bapak yang baik?" Tanya Gemini, lalu menoleh pada sang ipar, "Bang?"

"Apa gue bisa nuntun Fourth buat capai bahagia itu, bang?" Gemini parau, tangisnya menjadi sehingga ia menyembunyikan wajahnya di atas lututnya.

Perjuangan sebenarnya dimulai ketika Fourth mengetahui ada malaikat-malaikat kecil yang Tuhan titipkan padanya dan Gemini itu tumbuh dengan baik di perutnya. Setiap hari Fourth selalu dilanda rasa takut dan khawatir yang berlebih, tidak bisa tidur dengan nyaman. Bahkan ketika usia kandungannya mencapai usia tua, Fourth merasa seakan kehilangan dirinya sendiri, tubuhnya, bahkan hormon yang bekerja di dalam tubuhnya. Fourth bergelut dengan perasaannya selama sembilan bulan.

Lalu anak-anaknya lahir, Gemini semakin melihat kalau suaminya itu hampir tidak dapat terlelap nyenyak tanpa bantuan obat dari dokter, hingga Fourth beberapa kali menginap di unit saudara-saudaranya bahkan Bimbeam juga. Demi menghindari rasa stress berlebihan karena mendengar tangisan si kecil di malam hari.

"Fourth butuh lo, Gem. Kalo lo aja nggak yakin sama diri lo sendiri, gimana Fourth mau yakin sama lo?" Tutur Earth setelah Gemini menangis beberapa saat.

Gemini mengangguk kecil, ia sudah puas menangis, "Gue cuma capek, pengen istirahat sebentar,"

"Gue tau, Gem, gue tau," Ujar Earth mengerti, "Tuhan tau kalian bisa, makanya anugrah ini Tuhan titipin ke kalian, semangat, ya! Gue sama sepupu yang lain ada terus buat kalian!"








Bersambung

Rahsa : Next Chapter Begin [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang