10-Bocor

709 48 1
                                    

Phuwin mengetuk pintu unit Fourth dengan tergesa setelah mendapat pesan tentang kepanikan Fourth di dalam obrolan grup tadi. Hanya dirinya dan Ford yang saat ini bisa memeriksa keadaan si bungsu menatu Jira, namun Fourth tak kunjung membuka pintu.

"Fou? Buka pintunya dek! Nggak lucu ya lo bikin semua khawatir! Bangsat! Buka nggak pintunya?!" Seru Phuwin seraya mengetuk-ngetuk pintu apartemen dan memencet bel, "Ford, telpon petugas!"

Cklek!

Hampir saja Ford memanggil petugas lantai apartemen, jika saja Fourth tidak membuka pintu, meski dengan wajah merah padam dan mata yang sembab, serta bekas air mata yang masih basah. Phuwin langsung mendekapnya erat, rasa lega luar biasa menyeruak dalam hati, Fourth baik-baik saja.

"Bang, kondomnya bocor..." Adu Fourth lalu menangis semakin kencang di dada Phuwin.

Kondom? Kondom siapa yang bocor? Benak Phuwin bertanya-tanya. Apakah...

"Fourth? Lo hamil?!"

Anggukan sebagai jawaban, dan kedua saudara ipar Fourth itu tak tahu harus bereaksi seperti apa.

***

Kini Fourth telah terlelap nyaman selama beberapa saat, setelah Ford memaksanya makan dan energinya yang terkuras habis karena terlalu banyak menangis sejak pagi tadi. Hari sudah sore, Ford masih saja khawatir karena Gemini yang harus bekerja itu berpesan padanya agar memeriksa keadaan Fourth yang sedang murung, tetapi ia justru melupakannya karena fokusnya terbagi oleh kontraksi yang ia alami sejak kemarin, hari kelahiran sudah dekat.

Jam digital di atas meja telah menunjukkan angka enam belas yang artinya sudah pukul empat sore. Tetapi jam kerja kantor Jira baru akan selesai satu jam lagi, Ford tahu Gemini tidak akan diperbolehkan keluar kantor karena Phuwin telah melapor jika Fourth baik-baik saja.

"Kak, kalo misalkan lo ada di posisi Fourth, lo bakalan gimana?" Tanya Ford dengan raut sendu, memandangi gundukan selimut berisikan Fourth yang terlihat karena pintu kamar sengaja dibuka.

Phuwin menerawang sebentar, "Hm... mungkin gue bakalan sedih kaya Fourth, lo tau sendiri, gue sama dia sama, masih pengen kerja sama sekolah dulu," Ujar Phuwin mengeluarkan isi pikirannya.

"Tapi lo mau punya anak, kan?" Tanya Ford lagi.

Yang lebih tua mengangguk lagi, "Kenapa enggak? Gue suka anak kecil, tapi buat sekarang, gue sama Pond masih mau benerin hidup kita dulu, nyiapin mental dan duit," Jawab Phuwin terus terang.

"Mama...takut..."

Gumaman dari dalam kamar itu mulai mengusik perhatian sepasang kakak beradik tersebut kepada sang pemilik apartemen. Phuwin lalu meminta sang adik untuk menemani Fourth sementara ia mulai menyiapkan makan malam.

Ford dengan langkah perlahan itu berjalan menghampiri Fourth yang terbangun, lalu menatap kosong depannya.

"Fourth," panggilan pelan itu mengalihkan lamunan siempunya nama, lalu Ford perlahan duduk dipinggiran ranjang Fourth yang termenung.

Dalam diam, Fourth menyandarkan kepalanya pada bahu Ford lalu menangis pelan, isakannya ditahan hingga membuat punggung itu bergetar. Ford sungguh tidak tega, namun mau bagaimana lagi?

"Ford, gue takut," Gumam Fourth terisak, "Karir gue sama Gemini masih bagus-bagusnya, masih banyak hal yang harus kita urusin, kenapa..."

Sedang lelaki satunya tak bisa berbuat apapun untuk menenangkan sahabatanya.

Cklek...

"Bee?"

Fourth dan Ford mendongak ke asal suara, Gemini berlari tergesa menuju suaminya yang tengah dipeluk Ford. Fourth mendongak, menyambut kepulangan suaminya dengan wajah yang sembab.

"Kita ke dokter sekarang,"

***

Ford dan Phuwin dengan sabar menunggu di apartemen Fourth dan Gemini walaupun hari telah gelap dan belum mandi, keduanya sungguh khawatir dengan adik mereka yang selama ini selalu menebar keceriaan.

Tetapi hari ini adalah pertama kalinya Fourth menangis tersedu-sedu di hadapan orang selain suaminya sendiri, jelas saja membuat khawatir Phuwin dan Ford yang melihatnya siang tadi.

Suara kartu akses yang terdeteksi itu mengalihkan atensi Phuwin. Segera lelaki itu beranjak dari sofa, menyambut Fourth yang diyakininya akan muncul dari balik pintu.

"Fou, gimana?" Tanya Phuwin, namun Fourth tak memberikan jawaban ataupun reaksi apapun dan langsung melenggang kedalam kamarnya. Dan harapan Phuwin adalah Gemini sekarang, ia menatap khawatir adik sepupunya itu dengan sebersit rasa penasaran.

Gemini tersenyum tipis, "Ponakan lo nambah, bang," Ungkap Gemini dengan rasa bahagia yang ingin ia ungkapkan, namun tidak sekarang karena emosi suaminya masih belum stabil.

Mendengar ungkapan Gemini, Phuwin dan Ford tidak bisa untuk tidak senang, senyum merekah begitu nampak dari sepasang kakak beradik tersebut.

"Terus Fou gimana?" Tanya Phuwin lagi.

Gemini menghela nafas, menatap sendu pintu yang baru saja Fourth tutup, "Dia bingung, tapi dia nerima mereka,"

Ford membola, "Eh? What do you mean 'them'?!" Tanya Ford antusias, namun Gemini hanya tersenyum mencurigakan, "Gue mandi dulu,"

Hari sudah gelap, namun Phuwin dan Ford belum pergi dari unit Fourth dan Gemini. Alasannya karena Fourth yang enggan berduaan saja dengan suaminya itu, merengek kepada Ford dan Phuwin agar tetap di unitnya sampai Fourth terlelap.

Mau tidak mau, sepasang kakak adik itu menurut, demi menjaga suasana hati Fourth yang masih sensitif, dan juga lelaki itu yang terus menangis jika Phuwin menyinggung soal pulang.

Kini sepasang kakak adik tersebut duduk di sofa dengan Ford duduk di tengah-tengah Fourth dan Phuwin. Dengan Fourth yang tak henti mengusap-usap perut besar Ford.

Sentuhan lembut Fourth berikan beriringan dengan usapan kecil yang geli dirasakan Ford. Rasanya menenangkan, tetapi tiba-tiba Fourth terdiam, "Ford, gue bisa, kan?"

Ford tahu betul, sahabatnya ini sedang berada di dalam keraguan yang luar biasa. Rasa rendah diri, kecil hati, juga ketakutan akan hari esok yang belum tahu bagaimana jadinya. Tugas Ford saat ini adalah meyakinkan setiap langkah yang Fourth ambil, meskipun Ford merasa sedikit takut juga.

"Tiap hari ketemu Blue sama Bian, lo udah terlatih, kan? Backing-an lo keluarga Jira, gue yakin ketakutan lo bukan masalah gedein nih anak, omongan netizen mah bisa redup pas anak lo udah lahir nanti," Tutur Ford menjelaskan, "Urusan manggung? Lo masih tetep bisa manggung, apalagi kalo sama Gemini, pasti lebih santai nggak, sih? Kuliah masih bisa cuti setahun, abis itu lo bisa mulai lagi,"

"Lo kok kesannya kayak ngegampangin semuanya, sih?!" Protes Fourth tidak terima, alisnya menukik tanda tidak suka.

Ford menghela nafas pelan, "Fourth, gue tau lo bukan tipe orang nyantai kaya gue, tapi ini soal nyawa orang cuy! Lo tega bunuh anak lo demi hal-hal yang bisa lo lakuin di kesempatan selanjutnya?!" Ford menggeleng tidak menyangka, "Gue tau lo tertekan, tapi lo juga harus inget, rejeki kaya gini gue gak yakin lo bisa dateng dua kali!" Lanjutnya menepuk bahu sang sahabat, "Gue sayang sama lo, gue cuma nggak mau lo nyesel karena ngerelain anak ini," Ford merintih pelan, ia merasakan otot perut bawahnya mengencang, pelan-pelan ia mengatur nafas berulang kali, mengabaikan Fourth yang diam tertampar atas ujaran sahabatnya.

"Bang Phuwin!"









Bersambung, hayoooo siapa yang nungguin?

Hehe sebenernya Vee lama update gara-gara ngakalin part ini hehehe maaf ya guys jadi lama :)

Rahsa : Next Chapter Begin [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang