15. Getting closer

12.2K 547 6
                                    

Dirandra meregangkan tubuhnya setelah berkutat cukup lama dengan buku pelajaran diatas meja. Waktu menunjukan pukul 5 sore tapi ia masih berada di perpustakaan sekolah yang memang terbuka hingga malam hari.

"Kalo yang ini caranya gimana Dir?"

Dirandra menolehkan kepala kepada Julian. Teman sekelasnya yang sudah meminta Dirandra mengajarinya sejak jauh hari.

Dirandra membaca soal di buku Matematika itu sekilas sebelum menjelaskan satu persatu cara penyelesaiannya ketika pintu perpus berderit terbuka. Saking heningnya, Dirandra bahkan bisa mendengar ketika seseorang masuk ke perpustakaan itu.

Delvin melongokan kepalanya ke sekitar perpus sebelum tersenyum cerah melihat keberadaan Dirandra di salah satu jajaran kursi belajar.

"Diraaa!" Delvin berseru keras yang langsung dihadiahi tatapan maut oleh penjaga perpus.

Cowok itu meringis kecil sebelum melangkah cepat menuju kursi Dirandra. Dirandra dapat melihat Delvin masih mengenakan kaos putih polos dan celana basketnya.

Sudah berhari-hari Dirandra dan Delvin saling tunggu kegiatan tambahan sepulang sekolah. Dirandra dengan jam belajar tambahan, dan Delvin dengan pelatihan basketnya.

Cowok itu langsung duduk disamping Dirandra sambil bergelayut manja. Julian yang melihat pemandangan itu mendengus tak suka.

"Jangan deket-deket lo bau keringet." Dirandra langsung memelototi Delvin dan berusaha mendorong kepalanya menjauh.

"Gue udah mandi sama ganti baju gini lo bilang bau." Keluh Delvin tak terima.

"Terus kenapa celananya gak ganti?" Tanya Dirandra tak habis pikir.

"Pantes daritadi bau bangkai." Celetuk Julian yang membuat Delvin langsung melotot galak.

"Jigong lo yang kedeketan idung itumah." Balas Delvin yang membuat Julian balas melotot tak terima. Tapi Delvin langsung beralih pada Dirandra. "Gue lupa bawa celana ganti terus pake celana cadangan di loker. Nih lo cium sendiri kalo gak percaya." Delvin berdiri lalu mendekatkan pahanya pada Dirandra.

Perempuan itu melotot nyalang karna wajahnya langsung berhadapan dengan pusaka Delvin. Dengan refleks menabok pantat Delvin dan menariknya duduk di kursi kembali.

"Jangan aneh-aneh cepet duduk!" Perintahnya.

"Aneh-aneh apanya sih? Kan lo yang gak percaya yaudah gue kasih bukti."

Dirandra memijat pelipisnya pelan. Pusing dia menghadapi kelakuan Delvin yang semakin hari semakin absurd.

"Kok kamu mau sih pacaran sama cowok tolol Dir?" Celetuk Julian lagi, yang membuat Delvin bersiap melayangkan tinjunya.

"Bacot lo boti. Modal kaca mata boboho aja berasa paling pinter." Seru Delvin melotot galak. Julian memang mempunyai tampilan yang lebih feminim jadi sudah bukan rahasia umum lagi di kalangan teman Delvin untuk memanggilnya boti.

"LO—"

"Duduk, jangan berisik atau lo tunggu diluar." Ucap Dirandra dengan pelototan tajam yang langsung membuat Delvin merengek tak terima.

"Dia duluan Dir!'

"Gak usah didengerin. Lagian yang diomongin Julian itu fakta."

Delvin menganga dramatis. "Kok lo belain dia sih?!"

"Makanya diem. Duduk yang manis dan jangan berisik."

Delvin hanya mendengus mendengar perintah Dirandra lalu mulai menyibukkan diri sendiri dengan ponselnya.

Dirandra yang melihat Delvin mulai tenang kembali fokus dengan bukunya. Tapi semua itu hanya bertahan beberapa menit. Sampai Delvin menyadari kalau jarak duduk Dirandra dan Julian terlampau dekat.

End GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang