28. Back to you

8.7K 515 11
                                    

"Kepala lo masih sakit?"

Delvin menggeleng pelan ketika Dirandra menyingkirkan rambut depannya yang menutup dahi agar ia bisa mengecek suhu tubuhnya. Lengan Dirandra terasa hangat dan lembut ketika menyentuh kening dan pipi Delvin. Membuat cowok itu merasa nyaman sendiri.

Untuk pertama kalinya, Delvin berharap agar demamnya bisa berlangsung lebih lama.

Ia ingin diperhatikan Dirandra. Mendapat tatapan cemas perempuan itu. Dan diperlakukan selayaknya pasangan. Karna jika Delvin sembuh nanti, Dirandra mungkin akan kembali seperti semula. Bersikap tak peduli dan mengabaikannya seperti orang lain. Delvin tidak mau itu terjadi. Tapi mau bagaimanapun, Delvin tahu hal seperti ini tidak akan terjadi selamanya.

Setidaknya sebelum mereka berpisah nanti, Delvin pernah merasakan bagaimana rasanya dirawat oleh orang yang ia sayangi.

"Lo mau makan apa nanti?"

"Gue suka apapun yang lo masak kok."

Dirandra langsung mendengus mendengar jawaban itu. Bahkan saat sakitpun bisa-bisanya Delvin melakukan flirting.

"Jadi kalau gue masak racunpun lo bakal suka gitu?" Dirandra menaikan alisnya menantang.

"Suka. Kan lo cuma masak. Nggak nyuruh gue makan racunnya heheh..."

Benar juga. Dirandra lagi-lagi mendengus kecil.

"Malam ini gue bikin sup krim aja ya?"

Delvin langsung mengangguk tanpa pikir panjang. "Gue bilang gue selalu suka—"

Belum selesai Delvin berbicara, terdengar bunyi telfon dari ponsel Dirandra. Perempuan itu melirik Delvin sebentar sebelum mengangkat panggil telfon tersebut.

"Halo Lian?"

Mendengar nama itu disebut sontak saja membuat Delvin menghela nafas panjang. Cowok itu memilih membuang muka dan berusaha untuk tidak peduli atas apapun yang sedang dibicarakan Dirandra di telfon.

"Astaga Lian, tapi kamu gakpapa kan?"

Delvin melirik sedikit kearah Dirandra yang sedang memasang ekspresi terkejut. Entah apa yang mereka bicarakan sampai membuat Dirandra begitu cemas.

"Kamu betulan gakpapa? Udah cek ke rumah sakit?"

"..."

"Kalo gitu gimana kalo minta anter supir kamu?"

"..."

"Itu..." Dirandra terdiam kemudian melirik Delvin sebentar. "... Oke... Sebentar ya kalau gitu..."

Sambungan telfon ditutup beberapa saat kemudian. Delvin yang melihat ekspresi cemas Dirandra mau tak mau jadi ikut khawatir.

"Kenapa Dir?"

Dirandra terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Delvin. "Julian jatuh dari tangga tadi sore."

"Dia gakpapa?" Pertanyaan Delvin dijawab dengan gelengan kepala Dirandra.

"Katanya nggak begitu parah. Tapi belum diperiksa juga karna sekarang dia lagi sendiri. Orang tuanya lagi dinas ke luar kota dan gak ada yang anter ke rumah sakit."

Kali ini giliran Delvin yang terdiam. Seolah sudah paham kemana arah pembicaraan berakhir, cowok itu menghela nafas panjang dan menatap Dirandra dengan tak rela.

"Kalau lo mau anterin dia ke rumah sakit juga gakpapa. Lagian gue udah baikan. Lo pasti khawatir kalau cowok lo sampe kenapa-napa."

Dirandra tidak langsung menjawab ucapan Delvin. Perempuan itu terdian cukup lama dengan enggan. Dilema apakah harus tetap tinggal menemani Delvin atau malah pergi mengantar Julian ke rumah sakit.

End GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang