29. Who do you love?

9.3K 588 15
                                    

"Gue gak pernah bilang kalau gue beneran suka sama dia."

Karenina dan Morea yang mendengar ucapan temannya itu terhenyak kaget lalu menatap bingung Dirandra.

"Hah?! Maksud lo Dir? Tapi selama ini sikap lo kayak nunjukin kalau lo itu naksir Delvin. Dan begitu juga Delvin." Tanya Morea dengan shock.

"Atau jangan-jangan lo selama ini cuma pura-pura perhatian sama Delvin gitu?" Timpal Karen dengan mata membulat lebar.

"Bukan gitu." Dirandra menjawab cepat tapi kemudian terdiam cukup lama seolah sedang mempertimbangkan sesuatu yang penting. "Gue sayang dia. Tapi disisi lain, gue juga menyangkal perasaan itu. Gue ngerasa kalau gue gak boleh ngebiarin perasaan itu tumbuh lebih jauh."

"Karna Delvin playboy?" Tebak Karen yang membuat Dirandra kembali terdiam.

"Kita gak pernah tau kapan dia bersikap serius sama cewek atau cuma main-main. Dia bisa begitu perhatian bahkan sama cewek yang dia gak sukai."

Morea mengangguk setuju akan ucapan Dirandra.

"Gue paham kenapa lo bisa denial sama perasaan lo sendiri." Karenina akhirnya menyahut dengan lebih tenang. "Kalau gue jadi lo, gue juga pasti gak akan biarin diri gue sendiri jatuh cinta segampang itu sama cowok kayak Delvin."

Morea kembali mengangguk setuju.

Ketiganya terdiam cukup lama seolah larut dengan pikiran masing-masing.

Padahal Delvin sama sekali bukan tipe Dirandra. Tapi cowok itu berhasil menghancurkan semua ekspektasinya terhadap laki-laki yang akan menjadi pasangannya kelak.

"Kalau gitu, gimana kalau lo ngejauh dari Delvin buat sementara waktu?" Usul Morea tiba-tiba. "Mungkin lo cuma terbiasa sama kehadiran Delvin di deket lo jadi lo ngerasa kalau lo naksir dia. Siapa tau kalau kalian menjauh kayak semula perasaan lo menghilang. Selain itu, lo juga jadi bisa tau perasaan Delvin sama lo. Kalau dia nyari lo berarti perasaannya serius sama lo. Kalau nggak ya... You know what I mean...?"

Mendengar penjelasan Morea sontak membuat Karenina dan Dirandra saling pandang dengan penuh arti.

Dengan perlahan, Karenina menepuk bahu sahabatnya itu dan menatapnya sungguh-sungguh. "Lo tau Re, gue kadang bingung gimana caranya lo masih bisa disakitin cowok sementara lo pinter gini kalau ngasih saran."

"Karna cinta itu bikin bego Kar."



***





"Dira..."

Delvin menarik ujung baju perempuan itu dengan pelan. Membuat Dirandra yang sedang mencuci piring menoleh dengan cepat tapi langsung terkejut melihat wajah pucat Delvin.

"Lo punya paracetamol lagi nggak?"

Dirandra yang sadar dengan kondisi cowok itu langsung menempelkan tangannya di dahi. "Tuh kan panas lagi. Gue bilang juga apa, jangan keluar kamar. Bebal banget sih dibilangin!" Omel Dirandra lalu menarik lengan cowok itu kembali ke kamar dan mendudukannya di kasur.

Dengan gesit, mengambil kotak obat di nakas. Sementara Delvin meminum obatnya, Dirandra menempelkan bye bye fever yang baru di dahinya.

"Gimana kalau lo tifus coba?" Dirandra menatap cowok itu cemas.

"Nggak kok."

"Kita ke rumah sakit aja ya?" Tawar Dirandra.

Delvin menggeleng cepat. "Gak mau."

"Kenapa? Jangan bilang lo takut jarum suntik." Delvin hanya diam ketika Dirandra berbicara asal. Membuat perempuan itu melongo kaget.

"Lo beneran takut jarum suntik???"

End GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang