38. Turning Page

1K 120 24
                                    

Semi final, dan suasana yang jauh lebih meriah membuat Delvin merasa lebih tegang dari match-match sebelumnya. Tidak, kali ini ia bahkan berjuta kali lipat lebih tegang mengingat Manager Tim Nasional Basket akan hadir dan diam-diam memantau para pemain potenial untuk direkrut kedalam timnas. Jika beruntung dan bisa menunjukan kemampuannya, Delvin mungkin akan direkrut setidaknya, untuk mengikuti seleksi terlebih dahulu.

Kurang dari 1 jam lagi pertandingan akan dimulai. Tapi entah kenapa Delvin masih belum merasa tenang sedikitpun. Cowok itu berdeham kecil sebelum melipir mencari ponselnya dan membuka roomchatnya dengan Dirandra. Menanyakan keberadaan perempuan itu dan kapan ia bisa segera datang agar Delvin merasa lebih tenang.

'Kayaknya aku bakal telat datang ke pertandingan kamu. Tapi aku pasti bakal datang.'

Balasan pesan dari Dirandra sedikit membuat Delvin kecewa. Sebenarnya ia sangat berharap Dirandra akan datang sekarang juga dan mempuk-puk kepalanya supaya ia merasa sedikit tenang. Tapi ia juga tidak bisa mengomel jika memang Dirandra memiliki keperluan mendesak.

Delvin hendak menyimpan ponselnya kembali kedalam tas dan bergabung untuk pemanasan dengan yang lain ketika sebuah pesan masuk muncul dari layar. Cowok itu mengernyit bingung melihat nama Ranya disana.

'Gue penasan gimana reaksi orang-orang di sekolah kalau tau lo sama Dirandra udah married. I mean, they will make all sorts of assumptions. Such as 'Dirandra MBA sama cowok populer yang terkenal gonta-ganti cewek di sekolah'. Lets guess what will happen next ; a. Kalian berdua diskors, b. lo dikeluarin dari sekolah, c. Dirandra dikeluarin dari sekolah, d. Kalian berdua dikeluarin dari sekolah?'

Genggaman lengan Delvin pada ponselnya mengerat hingga buku jarinya memutih ketika melihat Ranya kembali mengirimkan beberapa foto candid dimana ia dan Dirandra memasuki apartemen dan flat yang sama di waktu berbeda-beda dengan angle yang berbeda-beda.

'Apa mau lo?' urat nadi di leher Delvin menegang karena menahan amarah.

'Kalau lo mau ketemu sama gue sekarang juga, mungkin gue bakal coba buat pikirin ulang soal ini.'

Delvin melirik jam di dinding ruang ganti. Setengah jam lagi pertandingan akan dimulai. 'Kita ketemu abis gue tanding. Lo bebas nentuin tempat dan watunya.' Tawar Delvin dengan cepat.

'Lo pikir lo ada diposisi dimana lo bisa ngatur gue Delvin Atharizz?

Caffe Opulent. 15 menit lo gak datang, gue bakal upload foto ini ke semua medsos dan website sekolah.'

Delvin mengecek lokasi caffe tersebut menggunakan aplikasi maps di ponselnya dengan panik. Saat mengetahui lokasi caffe dan stadion hanya berjarak beberapa menit saja, cowok itu langsung bergegas meraih training jacket dan memakainya sambil berlari keluar ruang ganti.

"Vin lo mau kemana?!" Jefan yang baru saja memasuki ruangan langsung bertanya dengan bingung.

"Jef gue harus pergi sekarang!"

"Hah? Kemana? Gila lo! Pertandingannya bakal mulai bentar lagi dan lo malah mau pergi?!" Jefan mengernyit tak habis pikir. "Gak bisa apa abis pertandingan aja?"

"Ini urgent Jef! Gue janji bakal datang sebelum pertandingan dimulai!"

Jefan sudah ingin mencegah Delvin lagi ketika cowok itu dengan kilat berlari keluar stadion. "VIN! DELVIN!"

Delvin sama sekali tidak mempedulikan teriakan Jefan. Cowok itu terus berlari keluar pintu utama utama dan menghentikan taksi yang lewat dengan tergesa-gesa. Ranya sialan. Harusnya cewek itu mengatakan padanya soal ini dari kemarin-kemarin dan bukan saat penting seperti ini. Mendadak, ingatan Delvin melayang pada saat Ranya terus berusaha berbicara dengannya tapi selalu ia abaikan. Delvin tolol. Harusnya saat itu ia tidak mengabaikan cewek itu begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

End GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang