XLIII. Another Shocking Reveal

29 3 0
                                    

💙💜💙💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💜💙💜

Laki-laki SMA tingkat akhir ini berlari sekuat tenaga ketika tiba di sebuah rumah bertuliskan 'Rumah Duka'. Kakinya mendadak kaku ketika berdiri di hadapan peti berwarna putih dengan foto sang mama tengah tersenyum di atasnya. Matanya tak kuasa membendung air yang sedari tadi menggenang.

Laki-laki itu menangis. Laki-laki yang sebelumnya selalu meluapkan emosi dengan jogging itu kini menangis. Bukan hanya mengeluarkan air mata, tapi menangis meraung-raung. Tidak ada yang boleh meremehkan tangisan seorang anak atas kematian ibunya.

Ini benar-benar pertama kali Mei melihat wajah Ge yang menangis seperti anak kecil. Dia tahu, sejatinya seorang anak laki-laki, sedewasa apapun, dia akan menjadi anak kecil di hadapan ibunya.

Ge meraih tepian dari peti sang ibu, berusaha melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kali. Wajah cantik yang jauh lebih tirus dari yang terakhir dia lihat. Bibirnya kembali melengkung ke bawah dan mengeluarkan sesenggukan yang membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut sesak.

Sebuah uluran tangan dengan buku harian muncul di depan mata Ge. Itu adalah sang ayah.

"Sebelum kamu marah dan menyalahkan ayah, lebih baik kamu baca dulu buku harian ibumu."

Sedari dulu Ge sudah tahu jika sang ibu memang hobi menulis di buku harian. Sang ibu akan mencurahkan apapun emosinya di dalam buku hariannya. Oleh karena itu, ketika kedua orang tuanya sempat bertengkar, pertengkaran itu menjadi pertengkaran terakhir karena setelahnya, sang ibu pergi tanpa mengatakan pesan apapun kepadanya. Kini dia berharap apapun pertanyaan yang ada di kepalanya bisa terjawab oleh buku harian mamanya.

Mei ragu melangkahkan kakinya lebih jauh untuk mendekati Ge. Satu sisi dia ingin berada di samping laki-laki itu untuk menjadi penenang tapi di sisi lain dia tahu Ge pasti butuh waktu sendirian untuk setidaknya menenangkan diri.

Gadis ini melihat Ge memeluk erat buku harian sang ibu sembari mengelus peti mati. Dia tahu jika Ge memang butuh waktu sendiri untuk menghabiskan waktu melihat ibunya yang terakhir kali.

Matanya melihat sekeliling dan bertemu dengan sepasang mata lain yang menyorot tajam. Sang pemilik lantas menyunggingkan senyum sinis kepada Mei dan membuat gadis itu merasa tertantang. Bukannya takut atau kesal, Mei justru mengangkat wajahnya terkesan angkuh untuk memberikan kesan bahwa Mei tidak akan terintimidasi semudah itu.

Mei bukannya tidak tahu siapa dalang di balik beritanya dan Ge yang gempar di sekolah. Dari awal dia sudah menebak, pasti ada hal yang direncanakan Gave untuk membalas dendam padanya karena sudah pergi dari BG hanya saja tadi siang Zyandru memberinya foto Nirmala yang berdiri di depan loker miliknya. Apa mungkin kedua orang ini memiliki hubungan?

"Mama harap setelah ini kamu mau dengerin penjelasan mama tentang kenapa mama menikah lagi dengan ayahnya Ge, Mei," bisik sang mama.

Mei menatap mamanya tanpa membalas.

G in Luv (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang