IV. Finding

93 6 0
                                    

"Masih bisa main?" tanya Ge setelah dia dan Gyan baru keluar dari UGD dengan seluruh tangan Gyan dibebat perban walau tidak tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih bisa main?" tanya Ge setelah dia dan Gyan baru keluar dari UGD dengan seluruh tangan Gyan dibebat perban walau tidak tebal.

"Masih lah kayanya kalo buat satu turnamen doang."

"Lo lupa? Dua bulan lagi udah turnamen tahunan."

Mereka berdua terdiam. Turnamen tahunan maksud mereka adalah turnamen e-sport yang selalu mereka ikuti setiap tahun sejak kelas sepuluh. Sejak saat itu juga, mereka kerap mendapat juara pertama di semua kategori. Walaupun hanya squad kecil yang tidak dinaungi sebuah manajemen, tapi mereka cukup diperhitungkan untuk mendapat predikat tak terkalahkan.

"Kalo gitu ... Tahun ini absen dulu?" tanya Gyan ragu. Dia tahu setelah ini Ge akan menjawab seperti apa.

"Never, Gyan. Don't you even dare think about it."

"Then, how? Kita cuma berlima. Kalo gue gak bisa, ya tinggal kalian berempat doang."

"Then we have to find another one."

"Maksud lo?"

Ge sama sekali tak merespon pertanyaan Gyan. Dia hanya bicara kalau hal itu harus dibicarakan bukan di tempat umum seperti UGD rumah sakit. Sebab, dia tahu semua dalang dari kecelakaan Gyan hari ini. Suasana hatinya sangat buruk. Semua rencananya terancam berantakan untuk membuat seseorang hancur.

Sebelum Ge benar-benar mengegas motornya, ponsel di kantongnya bergetar. Dia melihat nama si pemanggil lalu dengan wajah malas, dia menyerahkan ponselnya itu kepada Gyan di belakang.

"Angkat, Gyan."

Gyan tentu saja bingung, tapi ketika dia melihat wajah Ge lewat kaca spion, tanpa pikir panjang, Gyan langsung mengambil ponselnya lelaki itu.

"Halo, Mei?"

"Halo, Ge? Eh, Gyan?"

"Iya, ini gue. Ge lagi bawa motor."

"Oohh, jadi gimana keadaan tangan lo?"

"Gak apa-apa. Cuma kata dokternya, gue gak boleh banyak aktifitas. Terus kalo ada keluhan sakit lagi, gue disuruh langsung rontgen."

Terdengar suara helaan napas Mei. "Aduuh, Gyan... Semoga lo baik-baik aja deh. Gue minta maaf banget, nih."

"Lah, kenapa minta maaf?"

"Ya soalnya lo kecelakaannya masih sekitaran tempat kerja gue."

"Dih, itu mah bukan salah lo kali. Gue aja kali yang lagi sial."

"Tapi lo beneran oke, kan?"

"Iyaa, beneran."

Ge yang tengah mengendarai motornya, diam-diam terus mengamati Gyan yang mengobrol dengan Mei lewat kaca spion. Dia sedikit penasaran dengan obrolan itu karena dia melihat Gyan begitu sumringah saat berbicara.

G in Luv (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang