Chapter 34 - Hancur

499 80 20
                                    

Tidak ada yang tahu betapa hancurnya seorang Kievara setelah mendengar pernyataan yang terlontar mengenai hubungannya dan Celine yang ternyata diluar dugaannya, menghancurkan hatinya hingga berkeping. Kievara kehilangan seluruh energi dan tenaganya selama dua hari penuh, tidak memijakkan kaki keluar dari kamar, pun hanya sekedar untuk mengisi perut pun tidak ia lakukan.

Lelaki itu sejak kecil jarang sekali menangis, nyaris tidak pernah rasanya. Tapi, selama dua hari lamanya, air matanya tak mampu terbendung, deras membasahi bantal yang ditiduri. Tangis itu tak mampu berhenti, walau kedua mata tajam miliknya itu sudah membengkak dan terasa sakit.

Kievara belum pernah merasakan patah hati di seumur hidupnya, dan ini mungkin patah hati pertama dan termenyakitkan dalam hidupnya. Mendapati orang yang selama nyaris setahun ini ia cintai, ternyata hanya mempermainkannya tanpa ada niat dan perasaan yang sama seperti ia miliki, rasanya tidak ada yang lebih membuat Kievara hancur lebih dari itu.

Bagaimana tidak?

Celine adalah cinta pertamanya, orang yang pertama kali mengajarkan rasa cinta untuknya, seorang gadis yang tanpa segan memberi tahu Kievara bagaimana bentuk cinta yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Celine juga orang yang membuat Kievara ingin menjadi manusia yang lebih baik, membuatnya menjadi lelaki yang selalu ingin berupaya tanpa henti membahagiakan Celine seorang. Bila boleh bicara, cinta dan segenap perasaan Kievara, rasanya sudah tercurah semua pada seorang gadis yang ternyata tak memiliki perasaan yang sama untuknya.

Apa Celine tidak pernah memikirkan bagaimana hancurnya Kievara ketika mengetahui bahwa selama ini, semuanya hanya kebohongan?

Apa Celine sengaja mempermainkan perasaannya?

Apa Celine memang tidak pernah sedikit pun memiliki perasaan untuknya?

Seluruh perasaan itu, terus saja berputar di kepala Kievara selama dua hari ini, tak sanggup menguar ataupun mengurai menjadi sebuah jawaban yang mungkin saat ini akan terdengar mustahil.

Lalu, kemana perginya semua cinta yang ia berikan untuk Celine selama ini? Hilang kah?

Padahal, jika Celine meminta jantung Kievara saat itu juga, mungkin saja lelaki itu akan berakhir memberikannya. Sebab sebesar itulah cinta Kievara untuknya, seluas dan tak terhitung hingga rasanya tidak akan ada yang bisa menggantikan.

Suara ketukan di pintu kamar Kievara, dibiarkan begitu saja. Kievara tak lagi mengenal siang dan malam, sama sekali tak membuka tirai kamarnya dan melarang siapapun melakukannya. Kievara memang sudah berpesan agar tidak diganggu, namun sang Mami, tentunya tidak sanggup membiarkan putranya tanpa rasa peduli sedikitpun.

"Sayang? Mami boleh masuk sebentar?". Suara lembut Mami terdengar, membuat Kievara tersentak dari lamunannya.

Kievara langsung berupaya menyembunyikan wajahnya dibalik selimut. "Masuk aja, Mi".

Wanita cantik itu bergerak masuk, sempat terhenti sejenak saat memperhatikan bagaimana seisi kamar itu tetap terlihat sama setelah dua hari, seakan sang pemilik sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Hanya botol minum Kievara yang kini kosong, yang menandakan bahwa lelaki itu masih hidup.

Perlahan, sang Mami berjalan dan duduk di tepian kasur milik Kievara, kemudian menyentuh tubuh sang anak lelaki yang kini ditutupi selimut full sampai kepala. "Sayang.. Kievara kenapa? Mami minta maaf kalau ganggu, tapi Kiev udah gak keluar kamar dua hari. Mami khawatir. Kiev sakit? Kenapa makanan yang disiapin gak pernah dimakan, sayang?".

"Nanti dimakan, Mi". Jawab Kievara seadanya, masih menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat.

Kening sang Mami berkerut, mengetahui betul ada yang salah dengan anak semata wayangnya itu. "Kievara, Mami tahu.. Sekarang Kiev udah besar, udah banyak hal yang mungkin sulit Kiev ceritain ke Mami. Tapi, kalo Mami, Mami gak pernah berubah, sayang. Mami tetap seperti dulu, selalu pengen dengar cerita anak laki-laki yang Mami sayang ini. Mami gak pengen Kiev ngerasa sendirian. Soalnya, selama Mami masih disini, Mami pengen selalu ada untuk kamu..".

"Mami, stop". Ucap Kievara, seraya bangkit dari tidurnya, mencegah percakapan Maminya yang semakin membuat hatinya nyeri. Barulah terlihat, bagaimana hancur dan berantakannya seorang Kievara saat ini, saat ia menunjukkan raut sedihnya. "Ngomongnya jangan begitu. Kiev minta maaf karena udah bikin Mami khawatir, Mami pokoknya harus terus ada untuk Kiev. Itu kan janji Mami".

Raut Wanita itu berubah sendu, tanpa sadar menyentuh pipi anak lelakinya yang terasa hangat. "Sayang, kenapa? Kenapa sedih begini wajahnya? Kievara nangis?".

Nafas sesak itu kembali terasa, saking beratnya bernafas, Kievara sampai mengambil nafas pendek-pendek. Berupaya keras menahan airmata di hadapan wanita yang selalu mengkhawatirkannya. Semakin ditahan, dada Kievara makin sesak, membuatnya sulit bernafas hingga harus menunduk untuk menyembunyikan.

"It's okay, kalau mau nangis, nangis aja, Kievara. Jangan ditahan.. Nanti makin sesak nafasnya. Mami disini, Mami temenin sedihnya ya. Breathe, sayang". Ucap sang Mami, berupaya menenangkan anak lelakinya itu.

Tangis Kievara akhirnya pecah saat dipersilahkan. Berulang kali terseguk dan berakhir berada di pelukan wanita yang telah melahirkannya. Sebagai orangtua, tentunya akan menjadi hal yang paling menyakitkan ketika melihat anak satu-satunya, yang sudah dijaga dan dirawat sebaik mungkin, diberi kasih sayang penuh sejak kecil, kini menangis sejadi-jadinya karena suatu hal yang bahkan tidak diketahui. Jadilah, Mami Kievara membiarkan putranya menangis di pelukannya hingga akhirnya mereda, berubah menjadi nafas sulit yang terdengar repetitif.

"Kievara mau cerita sama Mami? Apa yang bikin Kiev sedih?". Suara lembut itu menyapa telinga Kievara, membuat ketenangan sendiri yang menghangatkan hatinya.

Kievara menarik nafasnya panjang. "Kiev.. Putus sama Celine, Mi".

Tanpa disadari, wanita itu menarik nafasnya juga, sudah menduga bahwa hal yang akan terucap dari bibir putranya adalah kata pisah. "Kiev masih sayang Celine?".

"Sayang, Mi.. Sayang banget. Makanya Kiev sedih". Balas Kievara sesegukan.

Mami Kievara menyugar rambut, kemudian menepuk-nepuk punggung anaknya, demi menenangkan. "Kiev mau kembali ke Celine?".

"Enggak, Mi. Udah cukup. Justru Kiev lagi belajar lepasin Celine. Berat rasanya, sakit, Mi". Balas Kievara berat, ditengah segukannya.

Disana, Mami Kievara memeluk kencang presensi anak lelaki yang lebih besar darinya itu, mencoba menenangkan jiwa yang tengah gusar. "I see. Mami ngerti. Sakit ya, sayang? It's okay, Mami disini. You'll get through this, Kievara, my precious one. Please tell Mami how to help you ease the pain. Bagi sakitnya ke Mami".

Kievara memeluk balik, membiarkan dirinya hancur begitu saja di hadapan wanita yang juga ia cintai, ibunya. Sebab hanya disana, Kievara rasanya sanggup menumpahkan semua kesedihannya, membiarkan sang Mami menjadi tempatnya bersimpuh, mencari ketenangan yang tidak akan mungkin ia temui di tempat lain.

Meski Kievara tahu, sampai kapan pun, sepertinya luka di hatinya itu, yang telah Celine sebabkan untuknya, tidak akan pernah sembuh.

YOU & US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang