Chapter 30 - Relationship Going Fine

540 77 28
                                    

Celine berjalan pelan menyusuri area halaman luas kediaman Batara, rekan bisnis sang Papa yang ternyata mengadakan gathering dan mengundang tamu dari berbagai kalangan. Artis, konglomerat, pebisnis, semua yang termasuk didalam list, berupaya berpakaian serapi mungkin agar bisa terpandang. Tidak terkecuali Celine yang kini mengenakan dress selutut dengan lengan pendek dan sepatu flats mahalnya.

Celine sempat berdecak dan memasang wajah kerung selama di perjalanan setelah mengetahui kenyataan bahwa ia harus turut ikut kedalam agenda tidak penting sang Papa demi menjaga relasi bisnisnya. Dan setibanya disana, Celine mencari sudut kosong, menjauhi kerumunan orang yang terasa asing untuknya.

Disana, Celine malah menangkap sosok seseorang yang rasanya ia kenal. Seorang gadis yang dulu, Celine betul-betul tidak sukai. "Kanaya?".

Gadis yang dipanggil Kanaya itu menoleh, nyaris terjembab sendiri karena terkejut. "Anjing, Celine? Kok disini juga sih?".

"Gak tahu. Ikut bokap. Gava mana?". Balas Celine sembari memilih duduk disebelah Kanaya yang masih memasang tampang bingung. "Lo lihat gue, kayak habis lihat setan aja sih?".

Kanaya mengedipkan matanya repetitif. "Bukan gitu. Masalahnya lo duduk disebelah gue, apa gak aneh? Bukannya lo dulu mau cekek gue karena gue deketan mulu sama Biel? Udah ilang dendam lo?".

Celine lantas terkekeh geli, mengingat kelakuannya dahulu yang terbilang memang posesif pada seseorang yang bahkan belum menjadi miliknya. "Right, sorry ya, Nay. I made things awkward. Lagian lo berdua juga udah kayak biji sih, berduaan mulu. Gimana gue gak mikir aneh-aneh".

"Memang dari kecil persis biji sih, orang rumah sebelahan. Mau gimana lagi". Balas Kanaya. Gadis itu lantas memperhatikan presisi Celine dari ujung kaki ke kepala. "Perasaan gue doang apa lo makin glowing aja ya, Cel? Sksd gak sih gue? Sori nih, tapi kayak berkilau amat lo?".

Celine kembali terkekeh. "Bisa aja lo, Nay". Celine lantas menoleh. "Lo gimana sama Gava? Jadian?".

Hampir saja Kanaya tersedak mendengar pertanyaan gadis disampingnya. "Ngomong apa lo barusan? Gila ya? Sejak kapan gue sama cecunguk satu itu punya keinginan jadian?".

"Emang nggak?". Tanya Celine balik, masih menatap heran.

Kanaya menggeleng cepat. "Ya, nggak lah! Masa gue sama Biel jadian? Bisa gemeter dunia ini. Gue kan udah bilang, dari dulu gue sama dia kayak biji, berdua mulu. Jadi mustahil banget buat pacaran".

"Gak ada yang mustahil lagi, Nay". Balas Celine lagi, secara implisit merujuk pada hubungannya dan Kievara yang berlandaskan iseng dan taruhan belaka. "Lo mungkin aja jodohnya, siapa tau?".

Kanaya memilih mengacuhkan perkataan Celine, malah balik bertanya. "Lo sendiri? Masih sibuk mainin cowok? Apa udah punya pacar, semenjak gak jadi sama Biel?".

Celine membalas pertanyaan itu dengan senyuman penuh arti. "Gue? Yaa.. Ada aja lah. Panjang kalo diceritain".

Ditengah perbincangannya dengan Kanaya, Celine menangkap sosok cantik berjalan dengan dilindungi beberapa orang di sekelilingnya. Dibelakangnya ada tiga orang membuntuti, dua laki-laki tampan dan satu perempuan cantik yang nampak lebih muda darinya. Dari jarak jauh sekali pun, Celine dapat mengenali orang yang mencuri perhatian itu sebagai artis dunia yang namanya sudah melegenda. "Fuck, ada Oceana disini..".

"Mana, njing?!". Balas Kanaya, ikut melongokkan kepalanya guna melihat kearah yang Celine maksud.

Celine menunjuk ke satu sisi. "Itu, yang dikerubutin orang pake baju item. Protokol pengamanannya kayaknya. Jir, suaminya bukan sih yang dibelakangnya? Cakep banget gitu".

"Iya, bjing. Yang pilot itu kan? Gak percaya gue bisa lihat mereka pake mata kepala begini. Keren". Sahut Kanaya.

"Kanaya!". Suara seseorang memanggil dari kejauhan membuat Kanaya menoleh dan menghela nafasnya. Gadis itu lantas berdiri, membenahi dress selututnya yang sempat kusut. "Gue balik kesana ya. Nyokap manggil. Lo masih mau disini?".

"Gue juga udah mau balik kayaknya. Cuma masih tunggu bokap lagi ngobrol sama temen bisnisnya. Duluan aja, Nay". Balas Celine tersenyum.

Kanaya lantas mengangguk. "Ya udah, duluan ya, Cel".

"Okay, Nay, salam buat Gava ya. Bilang kalo berubah pikiran dan mau sama gue, gue masih avail". Ucap Celine dengan nada bercanda, mengerling manja pada Kanaya disertai kekehan.

———

"Tadi papa ketemu temen-temen bisnis Papa, Cel. Pada bawa anak juga. Kamu sempat kenalan?". Tanya Papa Celine di perjalanan pulang.

Celine melempar tatapannya keluar jendela mobil. "Not really, Pa. Celine banyak duduk aja".

"Sayang sekali. Padahal banyak koneksi bagus disitu. Tadi ada anak artis juga datang. Oceana sekeluarga hadir di acara itu". Balas sang Papa lagi.

Celine mengangguk. "Iya tadi sempat lihat".

Sang Papa membelokkan mobil kearah komplek rumah. "Tadi ada temen Papa, pengen banget Papa kenalin anaknya ke kamu. Anak-anaknya jadi semua. Yang pertama lulus hukum langsung kerja di Badan hukum, yang kedua sekarang masih S1 tapi udah siap masuk ke entertain. Sayang anaknya gak ada yang ikut tadi. Papa kenal udah lama itu, Pak Askara sama istrinya".

Celine hanya mendengarkan ucapan sang Papa dengan setengah hati, sebab pikirannya sendiri sibuk melayang ke satu hal disana, Kievara. Yang entah bagaimana kabarnya selepas malam panas mereka tempo hari. Celine sibuk memegangi sendiri pipinya yang memanas, hingga tanpa sadar mengacuhkan obrolan dengan Papanya.

"Cel? Celine, dengar tidak kamu ini diajak ngobrol?". Perkataan sang Papa membuyarkan lamunan Celine.

Sang gadis lantas menoleh kearah sang Papa. "Hah? Apa, Pa? Sori, Celine gak ngeh. Ngomong apa tadi?".

"Kamu ini. Papa bilang, nanti selanjutnya ikut makan siang bareng Papa dan Pak Askara sekeluarga. Biar kenal kamu sama anak-anaknya". Balas sang Papa.

Kening Celine kerung mendengarnya. "Buat apa sih?".

"Kamu kan masih muda, masih panjang perjalanan hidupnya. Siapa tahu bisa jadi teman, rekan kerjamu, atau bahkan pasangan. Gak ada yang tahu kan?". Balas
sang Papa lagi.

Mendengar jawaban itu, tentu saja Celine menaikkan nada bicaranya. "Celine udah punya pacar kalo aja Papa lupa".

"Kievara?". Balas sang Papa, kemudian terkekeh sendiri. "Tumben kamu negasin pacarmu itu? Biasanya kayak gak kamu akui, Papa sampai kira si Kievara itu ngaku-ngaku aja jadi pacarmu. Habisnya sikapmu kalo lagi sama dia kayak yang gak suka. Kamu gak terpaksa pacaran sama dia kan?".

Kali ini, Celine bungkam. Gadis itu baru menyadari sikapnya yang ternyata begitu ketara terlihat dihadapan orangtuanya sepanjang berpacaran dengan Kievara. Celine sempat menjeda lama konversasinya dengan sang Papa, sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka suara. "Gak terpaksa lah, Pa. Memang beneran pacaran kok sama Kievara. Cuma Celine memang begini kan sifatnya, Kievara juga udah ngerti. Jadi gak masalah".

"Yaa, Papa terserah kamu aja, yang bikin kamu bahagia. Cuma kalo memang kamu serius sama Kievara itu, ya dihargai lah. Kalo kamu begitu terus sikapnya laki-laki bisa capek dan ujungnya pergi, Cel". Balas sang Papa lagi.

Dan ucapan itu, membuat Celine kembali terdiam untuk waktu yang lama, cukup lama sampai mobil keluarga yang ia tumpangi tiba di kediaman megahnya.

YOU & US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang