Hari ini adalah hari ke 365, tepatnya satu tahun.
Bukan begitu?
Hari dimana aku dan kamu bertemu dan memutuskan untuk bersama, tepat 365 hari yang lalu.
Banyak sekali hal yang harus kita bicarakan, setiap kebahagiaan yang kamu rajut di hubungan ini, juga setiap tangis yang aku sebabkan untuk kamu tanpa terkendali.
Gak adil rasanya ya?
Aku selalu jadi penyebab sedihmu, sedang kamu selalu berupaya ciptakan bahagia untuk kita.
Iya, kita.
Buatmu, semuanya selalu tentang kita. Bukan hanya aku ataupun kamu. Kita. Berdua katamu, aku ingat. Karena menurutmu, gak penting kamu bahagia tapi aku tidak, tapi kok kamu gak pernah bilang sebaliknya ya? Kebahagiaanmu gimana?
Balik ke hari pertama, kamu dan mata bulatmu yang dihiasi kacamata itu masih tercetak jelas di kepalaku. Gimana senengnya kamu akan hubungan yang baru akan berjalan itu. Gimana gak sabarnya kamu ajak aku jalan-jalan, beliin aku hal-hal gak penting tapi bermakna yang lebih sering aku buang.
Jahat ya?
Kalau aja aku bisa putar waktu, aku yakin pasti semua barang-barang darimu itu udah aku taruh di kotak barang berharga. Semuanya bermakna soalnya, gak pantes ada di tempat sampah.
Ngomongin soal kamu, kayaknya gak akan ada habisnya. Kamu bener-bener sempurna, cuma aku yang gak bersyukur. Kamu punya segala hal yang semua orang butuhkan. You are a gift to everyone. Dan aku memilih buta.
Aku gak akan bisa ketemu yang kayak kamu lagi sampai kapan pun, gak hari ini, gak besok, dan gak juga seterusnya. Soalnya yang kayak kamu cuma ada satu.
Di hari ke 365 ini, aku butuh kamu.
Aku butuh senyum kamu, butuh cerewetnya kamu, butuh semua perhatian yang kamu selalu kasih, butuh juga kehadiran kamu yang selalu aku tolak itu. Kamu bener, rasanya aneh gak ada kamu. Aku gak suka.
Aku mau ada kamu, mau terus sama kamu.
Karena semenjak hari itu, aku bener-bener hilang. Aku butuh kamu, butuh kamu tuntun kembali supaya gak hilang.
Karena setelah hari itu, aku akhirnya sadar.
Kalau aku selama ini bohong. Aku bohongin kamu, bohonin perasaanku juga. Aku memang bodoh. Harusnya aku jujur aja, tapi malah memilih sebaliknya.
Pulang, tolong pulang.
Ada aku yang nungguin kamu, selalu. Ada aku yang mikirin kamu terus-menerus. Aku pengen peluk, pengen nangis sepuasnya di pelukanmu supaya lega. Soalnya sesak rasanya, aku gak suka.
Terakhir, dan yang paling jujur. Kamu benar, aku cinta.
Aku akhirnya bisa menyadari perasaan dan isi hatiku. Cinta, buat kamu, luas banget. Gak tau kenapa, hatiku isinya kamu terus akhir-akhir ini, atau memang sebenarnya sejak awal selalu begitu, ya? Gak tau juga, tapi itu kejujuran. Aku cinta.
Aku cinta kamu, sekarang, dulu, dan mungkin selamanya.
Selamat hari ke 365, sayang. Aku sayang kamu.