Chapter 2. Noche salvaje

417 8 0
                                    

Sulit sekali bagi Amari mendapat izin untuk pergi ke Meksiko apa lagi pergi ke negara jauh di sana hanya untuk menghadiri pesta.

Namun tuhan berpihak pada Amari dua hari sebelum pesta dimulai Amari berhasil kabur dari rumah bersama sahabatnya, Margaret atau Maggie. Saat aksinya kabur dari rumah Amari mematikan ponselnya dan saat sampai di hotel Meksiko Amari baru menyalakan ponselnya yang seketika puluhan panggilan tak terjawab serta ratus pesan datang dari keluarganya. Pesan paling banyak dari Irma sang mama yang mengancam akan membuang Amari jika dalam satu minggu ia tidak pulang, Irma juga mengancam akan membunuh ikan peliharaan Amari, sedangkan sang ayah mengirim pesan penuh emosi yang mengatakan mengapa tidak memberitahunya jika ingin kabur. Dan yang paling gila adalah ketiga kakaknya mereka malah mendukung aksi Amari yang berani kabur dari rumah bahkan kakak pertamanya malah mentransfer uang yang nominalnya lumayan banyak, kakak pertamanya bilang Amari harus makan semalam kabur di Meksiko.

"Amari lihat ini."

Amari mematikan ponselnya dan menatap Maggie yang menunjukkan dua dress hitam yang seksi.

"Yang mana, yang ini atau yang ini?"

"Wow hot sekali sayang." Amari terkekeh pelan. "Keduanya bagus, tapi menurutku yang di tangan kananmu lebih bagus."

"Amari bagaimana dengan bajumu? Seperti apa bajunya?"

Ponsel Amari berdering kembali di lihat Javier meneleponnya, senyum yang manis langsung mengembang sempurna.

"Amari di mana bajumu?" kesal Meggie.

"Di koperku cari saja." Amari mengangkat panggilan Javier sambil berjalan menjauh menuju balkon.

"Amari, kakakmu Penn bilang kau kabur dari rumah. Pergi ke mana kau?"

"Meksiko. Aku sudah berada di Meksiko, aku akan menghadiri pesta dengan Maggie."

"Kau memang luar biasa, berani melarikan diri dari rumah." Terdengar tawa rendah diseberang sana lalu suara Silvia yang berteriak memanggil Javier.

"Bagaimana kabar Silvia? Bagaimana soal kuliahnya?"

"Entahlah Silvia masih keras kepala tidak mau melanjutkan kuliahnya. Dia masih saja sibuk dengan hobi gilanya kemarin Silvia nyaris tertangkap polisi karena balap liar itu."

"Javier!!! Keluar kau!"

Suara teriakan Silvia terdengar lagi, Amari tertawa pelan. "Silvia sudah memanggilmu, sampai nanti Javier."

"Selamat bersenang-senang. Jika sudah pulang kabari aku sampai nanti Amari."

Panggilan terputus, Amari kembali masuk ke dalam hotel yang disambut oleh Maggie. Sahabatnya itu sudah rapi memakai dress merah yang tidak asing, dress itu miliknya.

"Maggie!" Amari berteriak histeris. "Kau memakai bajuku huh!"

"Sempit sekali, tubuhmu yang kecil atau kau sengaja memakai dress yang kecil." Maggie menggoyangkan payudaranya yang terasa sesak.

Amari meringis melihat dress merah bermodel cocktail yang tampak melar dipakai Maggie. "Lepaskan Maggie."

"Dari brand apa ini? Dior, Chanel, Gucci, Versace."

"Lepaskan aku menabung berbulan-bulan untuk dress itu."

Tatapan tajam Amari membuat Maggie melepes dress tepat di depan mata Amari sontak Amari mengambil bantal sofa lalu melemparnya dengan kasar pada Maggie.

Si jalang itu kewarasannya sudah hilang.

"Sialan kau jalang!" bisa-bisanya Maggie melepas baju di depannya, Amari jadi bisa melihat bagian-bagian privasi milik sahabatnya itu.

Perfect DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang