Escape Attempt

73 2 0
                                    

Dorongan untuk mencumbu Erick kian bertumbuh di dalam diriku, dan aku tak mampu lagi untuk menyangkal bahwa aku menginginkannya. Dari sorot matanya pun aku mengetahui bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Pupilnya yang kecokelatan melebar begitu ia memerhatikanku dari jarak yang begitu dekat.

Pria itu dengan perlahan meraih daguku, membuatku mau tak mau menatapnya tepat di mata. Begitu wajahnya mendekat, aku memejam penuh antisipasi. Namun, sebelum itu semua terjadi, suara pekikan kencang mengejutkan kami berdua.

"Keluarin saya dari sini!!!"

Aku mengerjap kaget. Erick pun terbelalak hingga ia hanya bisa terdiam di tempat untuk beberapa saat.

"Sudah saya bilang, saya enggak bisa biarin kamu keluar!" Itu suara Michaela.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mendorong Erick agar enyah dari hadapanku. Dengan panik yang mencapai ubun-ubun, aku tanpa malu membuka lebar lemari milik Erick untuk mencomot baju apapun dan segera menggunakannya selagi berlari keluar.

Di kamar tempat Nara dikarantina, Michaela tengah bergulat dengan Nara yang ternyata berusaha untuk melarikan diri melalui jendela. Wanita itu menarik pakaian lelaki tersebut kencang-kencang, yang dijawab dengan teriakan histeris dari 'tawanan' kami yang hendak lompat indah ke lantai bawah. Begitu menyadari kehadiran kami, Michaela menatapku dengan kedua mata yang seolah memohon, Tolong, anak ini sinting!

Pemandangan horor tersebut membuat perutku melilit.

"Apa kamu sudah gila?!" seru Michaela dengan Bahasa Korea. "Kamu bisa mati kalau lompat dari ketinggian ini!"

"Lepasin saya!!" teriak Nara histeris, tak memedulikan Michaela yang berusaha untuk menariknya menjauh dari jendela kamar yang telah terbuka lebar.

Di titik ini aku tidak bisa lagi berpikir. Tiada satu hal pun yang terlintas di dalam kepalaku ketika aku melangkah mendekati keduanya kemudian meraih pinggul Nara yang kurus lantas mencampakkannya ke atas ranjang. Ketika dia bangkit untuk kembali berulah, aku segera mencengkeram lehernya yang seketika membuatnya terjatuh ke tempatnya semula.

Tanpa mengalihkan pandanganku dari Nara, aku berkata kepada Erick dan Michaela, "Tinggalkan ruangan ini sekarang juga."

Michaela berkata, "Tapi kamu bisa tertular—"

"Keluar. Sekarang."

Pada akhirnya Erick menarik Michaela keluar dari kamar, meninggalkanku sendiri dengan Nara yang masih berusaha melepaskan diri dari bawahku. Ia telah mengumpatiku dengan berbagai macam bahasa yang ia ketahui, tetapi itu tak membuatku menyerah. Kukunci kedua tangannya di atas kepala. Nara menggeliat liar guna lari dariku, yang mana sia-sia mengingat betapa ceking dan kurang gizinya ia.

"LEPASIN SAYA!" ia berseru tepat di depan wajahku.

Harus dengan cara apa aku membungkamnya?

Oleh sebab itu, kulakukan satu-satunya cara yang kuketahui.

Ketika mulutnya terbuka dan meronta-ronta, segera kucuri ranum bibirnya dengan lembut—begitu lembut seolah ia merupakan seekor burung yang akan lepas ke angkasa jika aku tiba-tiba mengejutkannya. Seluruh tubuh Nara sontak menegang, dan untuk pertama kalinya dia berhenti memberontak.

Menyadari bahwa apa yang kulakukan berhasil, segeralah aku menyusupi kedalaman rongga mulut Nara dengan lidahku. Aku terkejut karena dia sama sekali tak melawan. Hingga pada akhirnya aku menarik diri.

Dengan wajah yang masih menggantung di depan hidungnya, aku berkata lirih dalam Bahasa Indonesia, "Saya baru akan lepasin kamu kalau kamu janji akan bicara dengan tenang."

[18+] DIRTIEST SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang