Warning :Di dalam cerita ini banyak genderswitch, ageswicth. Tolong lebih bijak memilih bacaan. Jika tidak suka, mohon tinggalkan tanpa meninggalkan kebencian.
Happy reading.
🍃🍃🍃
Seharusnya hari ini adalah hari bahagianya.
Berjalan ke depan altar didampingi oleh kakak satu-satunya karena papanya telah tenang di surga.
Menyambut para tamu dengan senyum paling indah yang ia punya, bersama lelaki yang akan menjadi teman sehidup semati nya.
Dan akan merangkai skenario rumah tangga yang indah ke depannya.
Namun begitu banyak kata seharusnya yang akhirnya membuatnya semakin kecewa.
Duduk menunggu kepastian bagaimana nasib pernikahannya akan dilanjutkan.
Ah...mungkin tidak akan dilanjutkan.
Bukankah mempelai lelakinya telah kabur meninggalkannya?
Setitik air mata lolos dari sudut matanya. Namun ia mendongak agar tak ada lagi air mata yang lolos untuk kedua kalinya. Ia tak ingin terlihat lemah meskipun hatinya telah hancur lebur tak bersisa. Kebahagiaan yang telah ia impikan hilang begitu saja. Bahkan melihat pantulan dirinya di cermin yang mengenakan gaun pengantin saja membuatnya ingin menghancurkannya.
Ia tak peduli lagi dengan pujian-pujian yang sebelumnya diucapkan padanya. Telinganya kali ini hanya mendengar bisik-bisik tetangga yang menduga-duga mengapa mempelai laki-laki bisa kabur begitu saja. Mulai dugaan karena perjodohan atau pemaksaan oleh dirinya.
Sialan. Semua membuat kepalanya pusing dan perutnya mual.
"Pernikahan akan tetap dilaksanakan." Ucap suara maskulin itu dengan tegas.
Tak perlu menoleh, ia tahu jika itu adalah suara kakaknya. Ingin membantah, tapi ia seolah tak memiliki tenaga. Lagipula bagaimana bisa pernikahan ini bisa dilanjutkan sementara mempelai lelakinya tidak ada. Tidak mungkin kan si brengsek Johnny itu tiba-tiba datang dan mengatakan jika ia hanya membuat prank. Jika itu benar terjadi, maka ia akan dengan senang hati mematahkan hidung lelaki tinggi itu begitu sampai di altar.
"Bersiap sekarang Je." Ucap suara kakaknya lagi.
Estella Josephine Harris, atau biasa dipanggil Jeje oleh keluarganya, tidak menjawab. Memilih diam karena tenggorokannya begitu tercekat.
Apa yang diinginkan kakaknya?
Bahkan calonnya telah pergi entah kemana.
Lalu dengan siapa dia harus melanjutkan pernikahan yang gagal ini?
Estella menunduk. Berusaha menyembunyikan muka. Setelah ini mungkin dia akan berpikir untuk meloncat dari lantai tiga rumahnya. Bagaimana ia masih memiliki muka setelah ini semua terjadi? Tak mungkin berita kegagalan pernikahannya akan hilang dalam sekejap.
"Sebaiknya kita segera bersiap. Mario tidak akan suka dibantah." Ucap salah satu bibinya yang kini juga berperan menjadi periasnya.
Estella ingin tertawa. Mario atau kakaknya memang tidak akan suka dibantah. Tapi bagaimana perasaannya? Apa Mario memikirkannya? Jika memang pernikahan ini berlanjut, siapa yang akan menjadi pasangannya? Estella membenci jika memang ia harus tinggal serumah dengan seseorang yang tak dikenalnya.
Tubuhnya perlahan dituntun untuk berdiri. Beberapa orang membantu untuk membawa gaunnya. Ini adalah gaun impiannya. Yang telah ia pesan khusus untuk hari bahagianya. Namun kali ini Estella begitu membencinya. Gaun ini membuat langkahnya semakin berat. Jikalau ia berencana untuk kabur dari sini, mungkin ia akan berpikir kembali. Belum lagi sepatu hak tinggi yang kini dikenakannya. Estella benar-benar berencana untuk pura-pura pingsan saja agar ia tak pernah melakukan pernikahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.