Semakin hari, semakin bertambah usia kehamilan Estella, semakin membesar perutnya, semakin membuat Bumi lebih protektif padanya. Bahkan Estella kini jarang pergi untuk bekerja. Semua pekerjaan dipegang oleh Veronica meski persetujuan dan lain-lain tetap harus ia bicarakan pada Estella. Bumi juga lebih sering bekerja dari rumah dan mempercayakan pekerjaan lainnya pada Bintara. Ia tidak akan pergi jika urusannya tidak mendesak. Mana bisa ia meninggalkan Estella dengan keadaannya.
Kakak sepupunya mengatakan jika kondisi Estella memang lemah sejak awal. Tekanan dan stres mempengaruhi kandungannya. Apalagi semakin bertambah besar kandungannya, semakin lemah pula kondisi tubuhnya. Meski Sanny mengatakan tidak masalah selama mereka menjaganya dengan baik, tapi Bumi tidak bisa tenang. Ia tidak bisa melihat Estella dalam kondisi lemah seperti itu. Jika bisa, ia ingin mengambil semua rasa sakit yang Estella rasakan.
Bumi tidak bisa ketika tubuh lemah istrinya ditusuk jarum berkali-kali. Meski itu agar kondisi istrinya lebih baik, tapi ia tidak tega.
"Mas bisa pergi kerja. Aku nggak apa. Vero juga pasti sebentar lagi sampai."
Estella telah meyakinkan agar suaminya pergi. Bintara telah menerornya sejak pagi karena ada pekerjaan yang tidak bisa diwakilkan. Tapi Bumi tidak sanggup meninggalkan istrinya. Apalagi Estella baru saja pulih setelah dua hari harus menerima cairan infus karena kondisinya. Wanita itu telah meyakinkan jika Veronica akan menemaninya selama Bumi bekerja.
"Aku janji nggak akan bicara masalah pekerjaan. Vero cuma temenin aku aja di rumah."
Tapi Bumi tetap tidak bisa. Bibirnya melengkung ke bawah karena sebenarnya ia ingin Estella menahannya saja agar ia bisa di rumah.
"Aku bakal ngerasa bersalah banget kalau mas nggak pergi. Itu tanggung jawab mas Bumi, tapi gara-gara aku malah mas nggak bisa datang."
"Nggak gitu... Ya sudah. Mas pergi." Ucap Bumi dengan berat.
Estella tersenyum. Suaminya itu seperti anak kecil sekarang.
"Iya. Nanti pulangnya kalau nggak sibuk tolong bawain es buah biasanya ya."
Bumi yang sedari tadi merengut kini tersenyum mendengar permintaan istrinya.
"Tentu. Kamu beneran istirahat ya. Jangan ngobrolin kerjaan dulu."
Estella mengangguk tanpa menjawab. Ia tak bisa berjanji karena jika sudah dengan Veronica pasti mereka akan ngobrol ke sana kemari. Membahas pekerjaan hingga gosip murahan.
Bel berbunyi tepat ketika Bumi akan pergi.
"Biar mas aja yang buka pintu. Sekalian pamit ya."
"Iya. Mas hati-hati."
Tak lama kemudian Veronica masuk setelah mengetuk pintu kamarnya. Wanita itu datang dengan tampilan sedikit berantakan. Beberapa berkas yang ia bawa ia letakkan pada meja di sampingnya. Juga tas nya kini telah tergeletak mengenaskan di lantai kamar Estella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.