Meskipun Veronica telah menegaskan untuk tidak memikirkan pertanyaannya, tapi pada kenyataannya Estella tetap memikirkan semua. Ia mulai memikirkan bagaimana pernikahannya dengan Bumi ke depannya. Meskipun semua di luar rencana, tapi ia dan Bumi telah mengucap janji di hadapan Tuhan dan keluarga. Tak bisa ia menganggap semua hanya permainan. Sama artinya ia mempermainkan janjinya pada Tuhan. Estella memang bukan orang saleh, tapi ia masih takut pada dosa dan murka Tuhan.
Itu juga salah satu alasan Estella tidak meluruhkan janin dalam kandungannya. Dia masih takut pada dosa. Meskipun tidak menginginkan, tapi ia tak setega itu untuk meluruhkannya. Bahkan ketika Veronica menawarkan untuk merawat janin itu ketika lahir, ada rasa tidak rela dalam hatinya.
Estella bangkit dan berjalan menuju cermin besar yang ada di dekat lemarinya. Ngomong-ngomong, itu adalah kaca yang baru saja datang, katanya hadiah dari saudara suaminya. Ia melihat dirinya dalam bayangan kaca. Mengenakan celana panjang dan kaos longgar adalah kebiasaannya meskipun berada di rumah. Estella menyingkap kaos yang menutupi perutnya. Belum ada perubahan yang berarti. Perutnya masih datar seperti biasa. Satu tangan yang menganggur merabanya.
Terasa biasa saja.
Apa yang ia harapkan dari janin berusia beberapa minggu? Entah tujuh atau delapan minggu, Estella tidak tahu. Bagaimana tahu jika tak ada keinginan untuk memeriksanya? Dengusan terdengar dan ia langsung menutup kembali kaosnya. Estella memutuskan untuk keluar karena tahu sebentar lagi adalah jam Bumi pulang. Dia tak ingin terlalu lama memandang dirinya sendiri di dalam cermin dan malah memunculkan banyak pemikiran aneh dalam kepalanya. Kata Mario dalam cermin itu banyak setannya.
Tepat ketika ia membuka pintu Bumi bersiap untuk mengetuk pintunya.
"Oh...Estella. Mau kemana?"
"Hm? Mas baru pulang?"
"Eh...iya. Baru saja mau ketuk pintu, tapi kamu sudah buka duluan."
Estella mengangguk.
"Sudah makan malam?"
"Kebetulan belum. Tadi langsung pulang karena capek."
"Mau mandi dulu?"
"Sepertinya iya."
"Mau disiapin?"
"Eum...gimana kalau kamu siapin makan dan saya siapin air sendiri?"
"Oke."
Bumi tersenyum. Sebenarnya ia bisa menyiapkan semua sendiri. Tapi Estella sudah menawarkan. Bumi tidak ingin istrinya merasa dan berpikiran yang tidak-tidak karena penolakannya. Maka lebih baik ia meminta tolong Estella untuk melakukan hal yang sekiranya tidak memberatkan istrinya.
Estella segera pergi sesuai permintaan Bumi yang ingin disiapkan makan malamnya. Ia juga belum makan malam karena tak begitu nafsu jika makan sendirian. Maka yang bisa ia lakukan sehari-hari setiap malam adalah menunggu hingga Bumi pulang dan makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.