Veronica

102 17 3
                                    

'Kenapa dia mau?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kenapa dia mau?'

Itulah pertanyaan yang selalu Estella pikirkan ketika melihat foto pernikahannya dengan Bumi. Mario dengan senang hati mencetak foto itu dengan ukuran besar. Satu ada di rumah Bumi, satu ada di rumahnya dan satu lagi ada di kantornya. Estella tentu tak bisa menolak. Bagaimana bisa menolak jika foto itu sudah ada di depan mata.

Dan karena foto itu, Estella terus berpikir kenapa Bumi mau menikahinya. Apalagi dengan kondisinya yang sudah rusak. Tangannya menyentuh perutnya yang masih rata. Sebuah kehidupan bertumbuh di sana. Ia belum sempat atau mungkin belum mau memeriksakan lebih lanjut. Estella masih belum menerima kondisinya sepenuhnya.

Otaknya akhir-akhir ini terpaksa mengingat kembali kejadian yang membuatnya ada dalam posisi ini. Ingatan itu sekarang seakan menjadi mimpi buruk untuknya. Meski di luar terlihat biasa, nyatanya semua tentang sang mantan membuat sakit hatinya. Perlakuan manis dan segala kenangan indah yang pernah dibuat malah semakin menambah goresan luka hatinya.

Mengingatnya, membuat sentuhan itu menguat, menjadi cengkeram di perutnya. Estella tak sadar mencengkeram perutnya terlalu keras hingga sebuah ringisan terdengar. Perutnya terasa sakit, sangat sakit.

"Ugh..."

Tiba-tiba ia merasakan mual yang amat sangat. Namun perutnya seperti dicengkeram dari dalam. Hampir ia menitikkan air mata jika saja suara keras Veronica tidak menyapa gendang telinga.

"Good morn-....ASTAGA JE!"

Veronica segera meletakkan apapun yang ia bawa ke meja dan menghampiri Estella. Ia bawa sang sahabat yang kini posisinya setengah membungkuk sambil memegangi perutnya itu untuk berbaring di sofa yang ada di sana. Untung saja ruang kerja Estella memiliki sofa yang cukup besar untuk berbaring. Veronica bisa mendengar rintihan yang lolos dari belah bibir sahabatnya. Dan ia berpikir jika sakit yang dirasakan Estella saat ini benar-benar sakit yang amat sangat. Karena sesakit apapun, Estella selalu berhasil menyembunyikannya.

Veronica tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya ia segera membawa Estella ke rumah sakit atau memanggil dokter demi memantau kondisinya. Tapi ia tak akan melakukan itu tanpa persetujuan sahabatnya itu. Maka yang bisa ia lakukan sekarang hanya mengusap punggung tangan Estella sambil menunggu dan berharap sakitnya segera  berkurang.

Beberapa menit kemudian Estella terlihat sedikit tenang.

"Udah oke?"

Estella tidak menjawab, tapi melihat kondisinya yang terlihat lebih baik membuat Veronica merasa sedikit lebih tenang.

"Mau ke klinik atau gue panggilin dokter?"

Kali gelengan menjadi jawaban. Veronica sudah menebaknya.

"Harusnya lo diperiksa gak sih? Takut kenapa-kenapa itu biji kacang."

Kening Estella mengernyit mendengar ucapan Veronica.

"Itu tuh. Kan masih kecil. Sebiji kacang mungkin."

Reason Why Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang