"Aku liat makin lama kamu makin bucin."
"Ya wajarlah. Namanya juga suami istri, Bin."
"Jadi beneran kamu serius deketin adeknya Rio?"
"Ya beneran. Masa bohongan."
"Ndak gitu. Maksudnya Estella ndak apa gitu? Udah mau buka hatinya?"
Bumi meletakkan lembaran yang tadi serius dibacanya dan kini malah menatap sahabat sekaligus orang kepercayaannya itu lekat.
"Untuk buka hati, aku sendiri nggak tau. Tapi saat aku bicara tentang perasaanku dan minta ijin buat deketin dia, dia cuma mengiyakan."
"Kek digantung ya."
Bumi mengedikkan bahunya.
"Dia baru aja dikhianati, aku rasa nggak semudah itu dia bisa kembali menerima orang lain dihidupnya. Apalagi semua terjadi tiba-tiba."
"Masuk akal. Tapi kamu juga aneh, Bas. Ndak ada angin ndak ada hujan kamu tiba-tiba nikahin adek sahabat sendiri."
"Ya...karena aku cinta. Brengseknya mungkin aku manfaatin musibah itu buat dapetin Estella."
"Oh... Jadi gitu... "
"Mario??"
Bintara sedikit berteriak karena kaget. Bumi juga, namun ia tidak memekik seperti Bintara. Sedikitnya ia takut jika Mario mendengar ucapannya tadi dan salah paham.
"Ngapa sih? Biasa aja juga."
"Permisi kek, ketok pintu kek. Jangan tiba-tiba datang gitu dong."
Tok... Tok... Tok...
"Udah kan? Lagian kenapa sih. Biasanya juga langsung masuk."
"Ya kan ini ruang pribadinya Bastian."
"Bastian aja nggak protes, Bin. Emang kalian lagi ngapain sih? Nonton bokep?"
"Sembarangan."
Mario tertawa begitu melihat wajah Bintara yang masam. Sahabatnya yang satu ini memang mudah sekali dipermainkan emosinya. Jadi ia suka sekali mengusili Bintara.
"Sekretaris kamu ganti Bas?"
"Halah... Bilang aja nyariin Hanni."
Mario hanya melirik tajam. Ya...meskipun sebenarnya ia memang mencari sekretaris Bumi itu.
"Dia lagi ada kunjungan ke cabang Sakha."
"Sekretaris kamu banyak banget. Trus nih orang kerjanya apa?"
"Gue ajudan Bastian, masalah lo?"
Mario kembali tertawa. Mendengar logat Bintara yang medok itu berbicara bahasa ala anak muda selalu bisa membuatnya tertawa.
"Sewot mulu Bin. Sana cari jodoh biar ada pawangnya."
"Biarin. Mending jomblo aja daripada bawa anak orang kemana-mana tapi ndak dikasih kepastian kapan kawinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.