Sesuai rencana, Estella hari ini akan mengajak (baca:menyeret) temannya, Veronica, untuk pergi demi membelikan Bumi parfum. Benar ia bekerja di bidang fashion dan kecantikan, tapi ia tak yakin jika memilihnya sendirian.
"Tumben banget ngajak ke mall. Biasanya ogah banget lo." Celetuk Veronica kala keduanya telah sampai di bagian dalam mall.
Memang Estella paling anti dengan tempat ramai seperti mall dan semacamnya. Ia tak akan pergi ke tempat-tempat seperti itu jika tidak menyangkut pekerjaan. Untuk melepas penat wanita itu lebih suka pergi ke kafe yang tenang atau lebih baik mengurung diri di kamar seharian jika dulu tidak ada janji dengan sang pacar yang kini telah menjadi mantan.
"Ver...bantuin cari parfum."
"He? Parfum? Tumben? Parfum hadiah dari orang-orang kan banyak. Kadang aja malah lo kasihin ke anak-anak di kantor. Sekarang malah lo nyari parfum."
Veronica tentu heran karena sahabatnya itu jarang sekali memakai parfum. Karena menurutnya tubuh Estella sendiri sudah memiliki wangi alami.
"Em...itu...buat mas Bumi."
Jawaban itu tentu membuat Veronica menaikkan sebelah alisnya. Mencoba mengingat siapa orang yang bernama Bumi. Dan ia baru mengingat jika sahabatnya itu baru saja menikah dan suaminya bernama Bumi.
"Buat...suami lo ya?"
"Iya."
Bisa dilihat telinganya yang sedikit memerah. Veronica ingin sekali menggoda Estella. Jarang sekali wajah yang biasanya terlihat dingin dan angkuh itu malah terlihat malu-malu.
"Em...itu...aku mual tiap nyium bau parfumnya. Jadi...aku mau beliin sebagai gantinya."
"Oh..."
Sedikit aneh menurut Veronica. Estella memang akan bersikap sangat baik pada orang-orang terdekat yang ia sayangi. Tapi akan bersikap dingin dan angkuh jika baru pertama kali bertemu dan belum mengenal lebih jauh. Sedangkan Bumi menurutnya adalah orang baru dalam kehidupan Estella. Sahabatnya itu rela merepotkan diri demi membelikan parfum untuk Bumi. Ini belum lama semenjak pernikahan keduanya. Atau... Bumi telah menjadi salah satu orang yang dianggap dekat oleh Estella?
"Lo mau nyari yang gimana? Merek apa sih biar lebih enak nyarinya."
Mereka kini masih berdiri dan memandangi toko-toko di sana. Belum memutuskan akan masuk ke mana.
"Nggak tau. Makanya aku ngajak kamu."
Jawaban itu membuat Veronica menghela nafas. Seharusnya dia tahu alasan Estella mengajaknya kemari.
"Lo mau yang kayak gimana? Baunya maksud gue."
"Yang seger, yang nggak bikin mual."
Baiklah. Veronica menyerah. Lebih baik mencoba mencari satu-persatu walaupun akan membuat kakinya pegal nanti daripada bertanya pada Estella dan malah membuat kepalanya pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.