Sejak pemeriksaan kandungan Estella saat itu, hubungan Bumi dan istrinya semakin membaik. Kedekatan mereka seperti suami istri pada umumnya meski tidak sampai ke tahap yang lebih intim. Skinship yang lebih jauh hanya Bumi yang kini tak pernah lupa mencium kening istrinya setiap akan berangkat dan pulang bekerja. Tapi bagi Bumi, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Bahkan ia ingin menari samba saat diijinkan oleh istrinya untuk mencium keningnya.
Tak lupa kemajuan itu pun Bumi ceritakan pada kedua sahabatnya. Dengan binar bahagia dan sedikit pamer pada kalimatnya, lelaki itu menceritakan betapa bangga ia atas kemajuan hubungan pernikahannya. Tentu Mario dan Bintara senang mendengarnya. Terutama Mario yang ikut bahagia mendengar jika hubungan adik dan sahabatnya kini mengalami kemajuan.
"Pasti nggak sulit sih kesengsem sama kamu. Wong kamu cuek aja dulu banyak yang ngejar-ngejar kamu. Apalagi kamu perhatian gini, klepek-klepek pasti si Estella." Komentar Bintara suatu waktu ketika ketiga sahabat itu berkumpul bersama.
Mario mengangguk mengiyakan. Bukannya mau sombong. Dia dan dua sahabatnya memang gantengnya di atas rata-rata. Jadi bukan hal aneh jika banyak kaum hawa yang rela mengejar-ngejar mereka. Entah itu karena benaran suka, kagum, atau hanya ingin menaikkan pamor saja. Tapi tak satupun dari ketiganya menanggapi dengan serius. Bumi bahkan tak pernah terpikir untuk menjalin cinta. Ambisinya hanya untuk segera menyelesaikan pendidikan dan meraih kesuksesan.
Sementara Bintara tak ingin terikat dengan hubungan serius. Ia memiliki trauma tentang hubungan karena kedua orang tuanya. Sedangkan Mario...ia pernah sekali dikhianati dan dikecewakan. Untuk saat ini ia tak ingin menjalin hubungan yang serius meskipun ia sudah memiliki kekasih.
"Dan ya.... Maafin Jeje ya, Bas, kalau dia kadang ngeselin. Dia mungkin bingung sama perasaannya. Percaya atau nggak, hubungan kamu sama dia saat ini beda banget sama hubungan dia dulu."
"Maksudnya hubungan sama si mantannya?"
Ini Bintara yang bertanya. Mario mengangguk saja.
"Ini yang bikin aku benci sama mantan brengseknya. Meski Jeje nggak bilang, tapi aku tau hubungan mereka nggak sehat. Si brengsek itu terlalu ngatur Jeje. Manfaatin kepolosan adek ku buat dia atur sesukanya."
Mario sungguh kesal mengingatnya. Estella memang terlihat seperti wanita yang tangguh dan kuat. Tapi untuk masalah percintaan, sungguh ia tak memiliki pengalaman, nol besar. Dibalut dengan ucapan manis penuh rayuan, si brengsek Johnny dengan mudah mengatur semua yang dilakukan adiknya. Memanfaatkan kepolosan Estella.
"Udah pacaran, tapi tiap kencan nggak pernah jemput Jeje. Tiap ngajak makan di resto juga nggak pernah inisiatif bayarin, bahkan kadang malah Jeje yang bayarin dengan alasan dompetnya ketinggalan. Tiap ulang tahun Jeje yang sibuk cari kado buat dia. Tapi kalau Jeje yang ultah, dia pura-pura lupa. Katanya sibuk sama kerjaan. Kan bajingan."
Mario mengambil cangkir kopinya dan meneguknya dengan rakus. Menceritakan si brengsek itu membuatnya kesal.
"Aku nggak masalah tentang Jeje yang kadang bayarin, atau Jeje yang harus nyetir sendiri ketika mereka janji ketemuan malam, atau apalah. Tapi please...dia cowok. Harga diri dia di mana? Dia yang dulu ngejar-ngejar Jeje, tapi malah kesannya jadi kebalik. Jeje yang ngejar-ngejar dia. Dia manfaatin Jeje yang mandiri dan polos."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.