Seperti gelombang air laut, begitulah hubungan Estella dan Bumi. Terkadang tenang, terkadang berombak sedang. Tapi tak dipungkiri, Estella mulai menikmati pernikahannya dengan Bumi. Lelaki itu baik, tampan dan mudah membuat seseorang nyaman menurutnya. Apalagi selama mereka bersama, ia seperti diratukan oleh suaminya. Yang perlu ia lakukan hanya bekerja seperti biasa dan hanya bersantai saat di rumah.
Untuk bekerja, Bumi sebenarnya telah berbicara agar Estella mulai mengurangi kegiatannya. Apalagi setelah dokter mengatakan jika istrinya itu tidak boleh terlalu lelah. Tapi lelaki itu juga tidak memaksa agar Estella langsung berhenti dan membatasi pekerjaannya begitu saja. Bumi hanya berharap istrinya mau sedikit mengurangi kegiatan yang berlebihan.
Estella sebenarnya paham dengan kondisinya yang kini tidak bisa terlalu lelah. Ia tidak masalah dengan Bumi yang selalu mengingatkannya untuk tidak lupa beristirahat dan makan. Hanya saja ia kesal karena Bumi juga meneror Veronica agar ikut mengingatkan dirinya.
"Harusnya lo tuh bersyukur punya suami spek sempurna tiada tara kayak Bumi. Jarang ye jaman sekarang ada laki-laki kayak dia."
Benar. Estella memang harusnya banyak bersyukur karena memiliki suami seperti Bumi. Belum tentu jika ia menikah dengan Johnny akan diperlakukan sebaik ini. Karena meskipun romantis, Johnny adalah tipe lelaki yang tidak peka. Ah... Kenapa harus mengingat lelaki brengsek itu lagi.
"Andai gue dapet suami kayak gitu. Beneran gue sayang. Gue kelonin tuh tiap hari."
Estella mendengus. Tapi ia tetap mengamini dalam hati. Ia juga ingin sahabatnya itu segera menemukan lelaki baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Tidak seperti dirinya yang malang karena hampir batal menikah. Namun sekarang Estella berusaha menerima pernikahannya. Mungkin ini takdirnya, menikah dengan sahabat kakaknya.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk." Ucap Estella.
Veronica juga segera memperbaiki duduknya karena tidak menyangka akan ada tamu yang datang. Namun gadis itu segera menyesal setelah melihat siapa tamu mereka.
"Kak..."
Estella bangun dan menyambut kakaknya, Mario.
"Hai... Kakak ganggu ya?"
Gelengan Estella berikan.
"Lagi nyantai aja. Tumben kakak kesini?"
"Nggak boleh?"
Estella mencubit lengan Mario dan dihadiahi lelaki tampan itu dengan tawa.
"Tadi sekalian mampir. Kangen sama kamu."
"Ya ampun. Nggak usah repot gini bang. Pakai bawa oleh-oleh."
"Oh... Hai Ver. Kebetulan kemarin baru pulang tugas. Ada oleh-oleh dikit."
Mario menyodorkan tas yang ia bawa pada Veronica dan diterima riang gembira oleh si wanita.
"Makasih ya bang. Bentar aku siapin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason Why
FanfictionBegitu banyak kata seharusnya, namun semua tetap membuatnya kecewa.