14. Kejutan

258 36 12
                                    

Nyaris Lima bulan sudah the hope bekerja untuk Rama. Berbagai satwa mulai berdatangan, the hope mengkarantina mereka sebelum diuji coba dalam kandang. Meski fokus untuk bekerja, balai konservasi mereka di Kalimantan tetap di jalankan lewat online dan berbagai bantuan dari rekan sesama pecinta satwa.

Sesuai perjanjian, Rama mengizinkan pihak the hope untuk menyalurkan kegiatan mereka lewat sebuah vlog. Selain menguntungkan pihak Rama yang suaka margasatwa nya turut dipromosikan, the hope bisa menarik keuntungan demi keberlangsungan balai konservasi yang mereka kelola secara personal.

"Hei, tidak apa-apa... lihat kemari, kau aman di lingkungan barumu." bujuk Raung pada seekor simpanse yang tampak ragu keluar dari dalam sangkarnya. "Ayo keluar, lihat rumah barumu."

Simpanse jantan tersebut Rama dapatkan dari pihak pemerintah, ia diberitakan tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya. Usut punya usut, simpanse itu didapatkan dari salah satu pemburu ilegal yang hendak menjualnya.

Setelah berbulan-bulan dikarantina dan diberi penanganan, Baji dan Zanna sepakat untuk melepasnya hari ini untuk mengujinya tinggal di kandang sendiri.

The hope sangat takjub pada perhatian dan keseriusan Rama mengenai nasib hewan-hewan yang akan menghuni margasatwa nya.

Raung bahkan bisa bilang taman suaka margasatwa ini unggul di dalam segala aspek. Rama memastikan setiap kebutuhan satwa hingga detail. Kandang-kandang dibuat dengan ukuran besar, nyaman dan pastinya aman. Semua sudah dalam takaran pada ahli.

"Amung, kemari." Raung berjongkok di depan sangkar, tangannya melambai-lambai ceria. "Iya, benar begitu... pelan-pelan saja melangkahnya."

Simpanse remaja itu mulai merangkak dan sedikit melompat menuju pintu. Dengan sabar Raung menunggunya, di sampingnya Zanna memonitor tak kalah serius.

"Raih tanganku." Raung mengulurkan tangannya. "Percayalah padaku."

Simpanse itu menggigit jemarinya, matanya terus menatap lekat wajah Raung. Memindainya. Lalu ragu-ragu tangannya menyambut tangan Raung.

Senyum Raung tumbuh kala tangan berbulu itu dapat ia genggam, Amung berjalan maju sembari kepalanya bergerak ke sana-kemari. Ia kelihatan bingung. Tentu, lingkungan ini masih asing dengannya.

"Oh, genggamanmu menguat. Kamu takut?" Raung berjongkok persis di sebelah simpanse itu. "Tidak perlu begitu, mulai hari ini... tempat ini akan menjadi rumahmu."

Raung memberitahu tempat-tempat di sekelilingnya. "Kamu masih bisa bergelantungan di sini, kamu bisa melompat sesuka hatimu. Ada atap tempatmu berteduh, ada lokasi yang tertutup sempurna agar kamu bisa merasakan alam. Dan, tentu saja... aku bisa menjamin mereka akan memberimu makan dengan baik."

Simpanse itu melepas tangan Raung untuk melihat-lihat. Kakinya yang lucu berjalan menuju sebuah kolam kecil, lantas ia kembali melirik Raung.

"Itu untuk berenang. Kau suka main air kan?" Raung tertawa. "Dokter Zanna yang memberitahu."

Melihat interaksi hangat dan manis Raung pada satwa kadang membuat Zanna heran. Bagaimana bisa Raung amat dingin pada manusia? Kalian tak akan percaya, Raung bahkan lebih memilih curhat dengan hewan daripada temannya sendiri.

Simpanse itu berjalan menuju Zanna, lantas mendekap kakinya. Kali ini, Zanna turut berinteraksi. Ia membiarkan Amung mulai beradaptasi dengan rumah barunya.

Ketika Amung menepuk-nepuk kaca di depannya, Raung menghela nafas berat. Hatinya tetap merasa sakit melihat hewan-hewan yang terjebak dalam kandangnya. Ia merasa rumah mereka yang paling tepat adalah di dalam lepas.

RAUNG ( SON OF KALAMANTANA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang