Berkas-berkas yang harus diperhatikan itu terabaikan oleh seorang pria yang malah melamun dikursi kebesarannya. Bibirnya mengulum pena ditangannya tanpa sadar. "Beneran anak alien nggak sih yang gue temuin malam itu?" pikirnya. "Masa iya si Lasi berinkarnasi?"
Rama menggeleng-geleng, rambut poninya ia singkirkan ke tepi. Lalu menghela nafas panjang. Masih tak percaya kalau malam itu, benar-benar Lasi yang dilihat. "Kalo dia bener udah balik, masa temen-temennya nggak ada yang heboh?" pikir Rama, kesekian kali.
Pintu ruangannya diketuk dua kali, rama tersadar dan segera membolehkan seseorang dibalik itu masuk.
"Pak Rama,"
"Iya. Kenapa, sal?"
Salma, sekretaris-nya. Berpengalaman dan udah nikah, umurnya lebih tua lima tahun dari Rama tapi wajahnya awet muda sekali. Bener-bener seperti anak umur 20-an. Padahal anaknya udah satu. Salma ini sepupunya, Irvin. Dulu mereka juga saling kenal sebagai kawan. Tapi Salma selalu bisa memposisikan dirinya dengan tepat. Kalau diluar, salma nggak ada sopan-sopannya sama Rama.
"Mau ingetin jadwal rapat Projek Wahana jam 2 nanti. Jangan lupa!"
"Iya. Makasih udah diingetin." Rama mengangguk-angguk.
Salma ini galak, agak cerewet kayak Irvin. Rama kena ancaman terus dari Irvin kalau berani macam-macam dengan Salma. Postur tubuhnya mungil, tapi kalo lagi kesel serem banget. Ketika Salma hendak menutup pintu, perempuan itu sekali lagi menatap Rama. "Udah baca dokumen yang saya kirim kan?"
"Udah." Rama terkekeh. "Nggak usah khawatir."
Salma mendengus seraya menutup pintu, membuat Rama hampir ingin melemparnya dengan pulpen. Mana ada pekerja yang sikapnya begitu pada bos?! Emang adik sepupunya Irvin doang!
Irvin kembali menyender, lamat-lamat dipikirnya lagi kejadian malam itu. Kalau bukan Lasi, lalu siapa yang dilihatnya saat itu?
Dan lagi. Apa sekarang ia masih bisa mengendalikan perasaannya demi Raung? Agar semua hubungan tak berantakan.
Sial! Rama mendesah pasrah, ini pasti karma karena dia dulu sering mengatai Bima. Cowok itu pasti menyumpahinya untuk jatuh cinta pada gadis yang diincar sabahatnya.
"Kualat sama Bima kayaknya gue." gumam Rama, teringat saat sekolah sering menyalahkan Bima atas rasa sukanya pada Netta, pacar Irvin. "Kena kutukan si monyet nih gue!" Rama mencengkeram rambutnya, geram. "Kalo adu jotos sama Raung, kalah jauh gue! Adu ganteng apalagi, kalah segala-galanya gue sama Raung Kalamantana."
***
Rapat berlangsung lebih lama dari yang Rama perkirakan. Projek wahana air yang tengah ia jalankan cukup menyita waktu dan pikirannya.
"Ram." Salma menaruh sumpit yang tengah dipakainya. Tubuhnya duduk lebih tegak. "Ada yang mau gue omongin sama lo."
Rama memang sengaja mengajak Salma untuk mencari makan setelah berpusing-pusing dengan rapat tadi. Perutnya keroncongan dan mendadak kepengen Sushi. "Ngomong aja. Apaan?" Rama melirik Salma seraya memasukan satu sushi kedalam mulutnya.
Beberapa menit berjalan, salma belum juga bersuara. Hasilnya, rama yang tengah menunduk menikmati makanannya jadi heran. Laki-laki itu segera mengangkat kepala dan menyeringit mendapati wajah Salma agak diliputi gelisah. Cepat-cepat Rama turut duduk lebih baik, hendak mendengarkan Salma dengan serius.
"Mau ngomong apa?"
Rama memang lebih peka terhadap perempuan. Dia terbiasa dengan mantan-mantannya. Banyak wanita yang sulit mengutarakan isi kepalanya. "Sal? Lo mau ngomong apaan sampe muka lo nggak nyaman begitu?" Rama tertawa kecil. "Kalem aja kali. Kayak sama siapa aja." lanjut Rama lagi. "Lo minta naik gaji?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAUNG ( SON OF KALAMANTANA )
FantasySemesta Series 2 ( Forest ) Adult Content! ( Romance-Comedy & Fantasi Modern ) Raung Kalamantana, seorang pemuda kehilangan arah yang berlari kepada hutan Kalimantan untuk sebuah arti 'kehidupan' Sampai sesuatu hal memaksanya kembali ke kota dan ras...