22. Terbangunnya 'Tangkalaluk'

284 34 17
                                    

Part ini isinya full bersinggungan dengan para makhluk mitologi alias makhluk yang dianggap sebagian orang lain tidak nyata dan sebagain lain mempercayainya ada

Nah, mari kita fokus dan buka imajinasi kalian seluas-luasnya, seliar-liarnya, mari bermain dalam duniaku yang ajaib!

Kalau nanti ada part yang terasa aneh, cringe, nggak masuk akal, kek 'apa sih, nggak jelas' kalian baca ulang deh.

Buku ini seri fantasi. Ada hal-hal yang nggak masuk akal terjadi di sini. Hal-hal yang nggak nyata, ada di sini.

Sekali lagi, isinya mungkin akan bikin kalian sedikit bingung, tapi percayalah, ini asik sekali, seru sekali berkenalan dengan dunia Asgafiar!

Mari bertemu para peri juga wujud asli Tangkalaluk 🧚🐍🌪️💫☄️

Saatnya kalian pelan-pelan tahu, siapa Raung Kalamantana sebenarnya:)

***

"Kacau, kacau!" Dae melompat dari kapal menyusul Raung yang sudah berlarian menyusuri jalan setapak yang rumput-rumput di sisi-sisinya telah panjang. "Raung! Ke Markas dulu! Raung!"

Baji melenguh mendapati tas Raung telah teronggok di dekat pepohonan sementara pemiliknya melesat jauh menyibak semak-semak. "Rau! Jangan langsung ke hutan!" teriaknya, kemudian, "Aduh, sial!" Baji meringis karena tidak sengaja tersabet batang pohon melintang.

Sejenak setelah Raung lompat dari kapal, penumpang lain tercengang. Mereka bisu melihat Raung berlari kesetanan. Sebelum Dae juga Baji menyusulnya sambil teriak-teriak.

Bima dan Rama turut melompat, mereka mencoba mengejar dengan mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan.

Suara Raung menggema memanggil nama-nama yang mereka yakini adalah nama-nama hewan. Di hutan, suara jauh bisa terdengar dekat.

Mengabaikan udara yang terasa panas akibat kebakaran meski kini telah malam, ataupun asap yang terasa menghimpit paru-paru sejak berlari, mereka mengekor Raung yang hilang di telan rimbun jenggala liar.

PS : Jenggala = Hutan

Lasi tercengang, dia nyaris ingin ikut menyusul sebelum tangannya ditahan oleh Zanna. Anggota The hope yang mengendarai kapal tadi pun dengan bijak menyuruh kedua perempuan itu untuk segera memasuki Markas daripada menyusul.

"Beneran nggak apa-apa Raung begitu?" tanya Lasi, meneguk ludah.

Dia kenal persis sifat Raung. Kalau lelaki ini sudah cemas, dia akan melupakan sekitarnya, segalanya, sampai hal yang dia khawatirkan ditemukan aman. Barulah Raung akan berhenti kesetanan. Lelaki itu bahkan tidak akan ingat keselamatan dirinya sendiri.

Zanna sebenernya sedikit cemas, tapi apa boleh buat? Raung memang selalu hilang kontrol jika menyangkut hutan. "Nggak apa-apa." balasnya, sedikit tidak yakin.

"Kalau dia nyasar gimana? Raung nggak bawa apapun, bahkan senter aja enggak."

Jon dan Labih tersenyum. "Nggak usah panik, mbak. Anak itu, Raung. Mengenal setiap jengkal tanah di hutan ini, lebih baik dari siapapun." kata Jon, menatap ke atas.

Pohon-pohon tersibak oleh angin malam. Bergerak seirama, menimbulkan rasa nyelekep akibat asap-asap hasil kebakaran mengepul di atasnya.

"Sejauh apapun dia menjelajahi hutan, kemanapun kakinya melangkah di atas tanah Kalamantana, dia selalu kembali dengan selamat. Dia tidak pernah tersasar sejak menginjakkan kaki di sini. Selalu tahu arah pulang. Ajaib sekali, bukan? " Labih terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Kata Mas Raung... Daun-daun akan menunjukkan jalannya." lelaki itu mengedikkan bahu diakhir kalimatnya.

RAUNG ( SON OF KALAMANTANA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang