Wanita yang tervonis mati

1.4K 42 0
                                    

Ditha. Wanita shalihah berdarah sunda dan jawa itu terus berjalan dibawa oleh dua pria bule berseragam hitam bertuliskan police.

Kedua tangan wanita itu diborgol, menyulitkan dirinya untuk memegang apapun. Meski nyatanya ia sudah cukup terbiasa dengan adanya borgol di kedua tangannya itu.

Tepatnya ia sedang berada di penjara Oklahoma, negara bagian Amerika serikat.

Kini tujuan perjalanannya adalah sebuah ruangan yang akan menjadi tempat dimana ia akan disuntik mati.

Ya, benar... Dia memiliki nasib mengenaskan dimana dirinya tervonis mati atas kasus pembunuhan berencana di negara yang bukan negara asalnya ini.

Kemarin, Ditha dengan wajah tenangnya berpamitan dengan teman-teman yang selnya berdekatan dengannya.

Mereka sangat menyayangkan keputusan pengadilan yang begitu tergesa-gesa dalam melaksanakan hukuman mati tersebut.

Seakan memang ada yang tidak beres dalam hal ini. Durasi deret tunggunya juga terkesan sebentar, hanya 1 tahun.

Deret tunggu adalah masa penundaan menuju hukuman mati itu sendiri. 
Berbagai cara maupun grasi sudah diajukan dari pihaknya.

Akan tetapi hasilnya tetap sama, semua permohonan itu ditolak oleh pengadilan sana.

Kini dirinya memiliki waktu sekitar 2-3 bulan lagi untuk nantinya disuntik mati. Tibanya mereka berada di depan sebuah ruangan, salah satu dari polisi membuka pintu itu lalu membiarkan Ditha masuk ke dalam ruangan kecil itu lalu ditinggalkan, tapi sebelum ditinggalkan, Ditha berkata pada polisi tersebut.

"Bisakah kalian membawakan mukenaku kemari?" tanya Ditha dengan bahasa inggrisnya. Polisi itu mengangguk lalu segera pergi meninggalkannya, tak lupa mengunci pintunya terlebih dahulu.

Meninggalkan Ditha seorang diri yang kini terduduk di atas kasur. Menatap langit-langit ruangan itu dan menghela nafas pasrah, tersenyum lirih.

"Ya Allah... Ini adalah hari-hari terakhir hamba berada di bumi ini. Alhamdulillah hingga saat ini hamba masih bisa menghirup nafas. Meskipun di detik-detik terakhir hamba, hamba masih sangat berharap datangnya keajaiban darimu. Ya Allah... Hamba ingin... hidup.." Air matanya menetes.

"Hamba ingin melihat kedua orang tua hamba... Dan Clemira." Air matanya membasahi seluruh pipinya dengan terjangannya yang tak sanggup untuk dihentikan.

Dirinya benar-benar merindukan keluarganya di Indonesia. Mereka pasti merasa sangat terpukul harus mengetahui kalau anak pertamanya, wanita yang menjadi tulang punggung mereka selama ini... Akan dijatuhkan hukuman mati.

Ditha terus mengisak, padahal dirinya sudah berjanji pada dirinya 1 tahun yang lalu kalau ia tidak akan menangis lagi menerima kenyataan pahit ini.

Ia bahkan berjanji pada dirinya kalau ia akan mensyukuri apapun yang Tuhannya takdirkan untuknya...
Ia hanya bisa pasrah atas semua ini...

Sekalipun jarak antara dirinya dan kematian tinggal beberapa bulan lagi.
Pintu ruang itu kembali dibuka, polisi tadi datang kembali dan memberikannya mukena maupun koper baju milik Ditha.

Wanita itu berterima kasih, akan tetapi tiba-tiba muncul seorang pria dibelakangnya, yang lantas mengejutkan Ditha saat itu juga.

Pria bule nan tampan dengan senyuman mempesonanya yang dihiasi oleh tatapan dari kedua bola mata tajam dan warna birunya, seakan tidak mau melepas sorot matanya yang terus tertuju padanya.

Pria bertopi hitam ini...

Ditha dengan cepat menghindari tatapan matanya dengan menundukkan pandangan. Ia bahkan heran dengan kehadiran pria yang cukup dikenalnya ini.

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang