Dipecat

200 8 0
                                    

"Jadi apa yang harus kita lakukan setelah ini?" tanya Michael.

"Aku ingin kamu cari tahu lebih dalam lagi tentang Natalia dan seluruh keluarganya kalau perlu cari tahu mengenai anaknya juga lakukan pendekatan pada anaknya atau Natalia sendiri, kumpulkan banyak informasi dari mereka." ujar Ezra, Michael mengangguk paham.

Ia langsung pamit keluar saat itu juga. Ezra segera mengirim chat pada William melaporkan ini semua padanya.

Ditha masih berada didapur. Ia sedang memasak untuk makan malam nanti buat Ezra. Namun tiba-tiba saja Ditha mendengar suara obrolan antara Kane dan Dietrich ditelepon. Kane ternyata sedang menelepon Dietrich.

"Kau sudah memecat bibi Mary?! Haha itu bagus sekali, aku sangat senang mendengarnya. Dia pasti akan menderita diluar sana tanpa memiliki uang sepeserpun... Tidak ada yang bisa diharapkan hahaha ia akan mengemis dengan kita pada akhirnya." ujar Kane cukup besar suaranya hingga dapat terdengar olehnya dalam jarak beda lantai seperti itu, membuat Ditha sedih dan murung mendengarnya mengatakan itu. Ditha menghela nafasnya seraya membatin.

"Kenapa bibi Mary dipecat? Padahal dirumah ini dia yang paling mendukungku bersama tuan Ezra dan Michael. Tapi sekarang, dia dipecat... Padahal aku sangat berharap bibi Mary tetap bertahan disini sampai aku selesai bekerja atau sampai tuan Ezra sembuh... Lalu jika aku keluar dari tempat kerja ini dan bibi Mary dipecat, Michael dipecat lalu siapa yang akan menolong tuan Ezra... Dia sendirian..." batin Ditha bingung. Sepanjang memasak ia terlihat tak bersemangat lagi. Terlihat sangat galau.

"Aku takut, apakah setelah ini yang akan dipecat adalah Michael?" batin Ditha ketika sedang mengaduk sayurnya.

Ditha selesai memasak, ia kembali lagi ke kamar Ezra dalam keadaan murung. Terlihat Ezra disana yang masih dalam keadaan terbangun.

"Kau terlihat sedih.... Apa Kane melakukan hal buruk lagi denganmu?" tulis Ezra di papan kecil itu. Ditha menggeleng, ia lantas berkata.

"Aku memikirkan bibi Mary... Kata nyonya Kane dia dipecat..." ujar Ditha membuat Ezra tersentak mendengarnya.

"Kamu tahu dari mana? Memangnya itu benar? Kamu sudah menanyakan soal ini ke Michael?" tulis Ezra terlihat tidak percaya dengannya.

"Barusan aku mendengar percakapan nyonya Kane entah itu sama siapa... Kayaknya tuan Dietrich... Pantas saja bibi Mary tidak kelihatan belakangan ini, ternyata dia dipecat..." ujar Ditha terlihat murung.

"Sudahlah kau tidak perlu bersedih, ini memang hal yang tidak terlalu aneh untuk terjadi.... Kamu tidak perlu khawatir... Bibi Mary mungkin akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini..." tulis Ezra.

"Tuan bisa beritahu aku nomor telepon bibi Mary?" tanya Ditha.

"Nanti aku kirim ke nomormu." tulis Ezra.

Beberapa saat kemudian Ditha pun pamit pulang, ia masih terlihat lesu. Ditha memutuskan untuk jalan sebentar ke rumah sakit. Ia masih bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Alesha. Semoga saja ia sudah pulih saat ini.

Akhirnya Ditha sampai ke rumah sakitnya, berdiri didepan ruang rawat Alesha, pintunya masih terbungkam. Ia buka dan permisikan dirinya untuk masuk. Terlihat Alesha masih tak sadarkan diri, dengan beberapa luka yang menghias disekitar wajah, tangan dan kakinya.

"Nona Alesha. Semoga aja nona Alesha bisa segera sembuh.... Orang tua nona kelihatannya sangat sayang sama nona... Berharap nona bisa kembali sembuh menyapa mereka. Asal nona tahu... Saya meskipun tahu nona pernah berniat jahat untuk tuan Ezra tapi saya paham kalau nona berada di dalam keadaan yang terpaksa. Nona seperti tidak ada pilihan selain mengikuti keinginan ayah nona... Saya paham dengan situasi itu... Tapi nona, nona berada di dua pilihan kan? Berada di situasi antara ingin menerima kenyataan ini atau tidak.... Nona masih mencintai tuan Ezra ya?" tanya Ditha secara tiba-tiba tangannya bergerak. Tentu Ditha tak percaya dengan ini.

Ia langsung memanggil seseorang atau dokter maupun suster tapi sayangnya tidak ada siapapun. Ditha berniat akan keluar namun tiba-tiba saja tangannya dipegang olehnya.

Alesha langsung menjerit merengek. Ketika membuka matanya ia tidak bisa melihat.

"Kenapa aku tidak bisa melihat!!!! Dan kenapa bisa ada dirimu disini!!" teriaknya melengking. "Ibu, ayah!!! Aku dimana! Kenapa mataku tidak bisa melihat!!" pekik Alesha lagi memicu perhatian banyak orang disekitar sana termasuk dokter dan suster.

Mereka langsung menenangkan Alesha saat itu.

"Nona yang sabar ya... Anda tidak bisa melihat dikarenakan kecelakaan yang menyebabkan kornea mata anda rusak. Saya mohon untuk anda bersabar. Masih ada..."

"Apa katamu! Mataku buta!!! Aaaaaaaaaa!!" ia memekik kencang sekali ia merusak segalanya melempar apapun yang ada disekitarnya seraya menangis parau.

"Bagaimana mungkin aku buta! Aku masih mau melihat! Aku mau mataku kembali!!! Kembalikan hey dokter sialan! Cepat kembalikan mataku! Apa gunanya kau dibayar disini! Cepat kembalikan mataku!" pekik Alesha kesal.

Membuat riuh suasana disana, apapun yang ada disekitarnya dilempar. Sang suster mencoba mencari cara agar bisa menenangkannya.

Ia berkenan untuk menyuntik Alesha dengan obat bius. Namun tiba-tiba saja Alesha melempar bantal ke arahnya hingga dirinya menjatuh.

Suster yang lain coba mengambil suntikannya yang sempat terjatuh lalu cari celah hingga akhirnya dirinya tersuntik.

Alesha langsung lemas hingga akhirnya tak sadarkan diri diatas ranjangnya. Ditha merasa pilu mendengar jeritan barusan dan bagaimana keadaan Alesha saat ini. Ia tak bisa melihat, itu adalah kenyataan yang berat untuk diterima.

"Nona Alesha..." ucap Ditha sedih.
Ditha akhirnya sampai didepan rumahnya. Ia segera menaruh sepatu dan segala macamnya di rak. Ia bersin-bersin.

Ini aneh, badannya mulai tidak enak, sepertinya ia tertular oleh Ezra... Padahal Ezra juga sudah sembuh dari flu.

Ditha cukup telat terkena flunya.
Ia segera buka pintunya dan masuk. Ia mengambil segelas air putih dari galon dan minum.

Ditha kembali teringat dengan yang terjadi dengan Alesha tadi. Membuat perasaannya down seketika.

"Huft... Aku merasa banyak orang disekitarku sedang kesusahan... Aku khawatir sama keadaan mereka sampai aku terladang membandingkan diriku dengan mereka... Masalahku tak lebih berat, dan masalah mereka jauh lebih berat... Aku merasa seperti tak sendiri menjalani ini semua..." ujar Ditha.

Duduk diatas kasur lantainya lalu mendadak teringat dengan bibi Mary. Kebetulan Ezra baru saja mengirim nomor teleponnya. Ia langsung menghubungi bibi Mary saat itu. Meneleponnya.

Bibi Mary mengangkatnya.

"Halo ini siapa?" tanya bibi Mary, Ditha berkata.

"Ini aku bi, Ditha, yang bekerja sebagai perawat tuan Ezra..."

"Ya ampun kenapa kau sampai meneleponku?" tanya bibi Mary.

"Bibi dipecat ya? Kenapa bibi tidak bilang? Enggak berpamitan juga. Kami baru tahu kalau bibi ternyata dipecat..."

"Maafkan aku Ditha. Karena tidak sempat memberitahumu. Mereka terlanjur memecatku dan aku sangat kecewa dengan mereka, jadinya aku pergi begitu saja tanpa memberitahu kalian." ujar bibi Mary.

"Aku mau bertemu sama bibi Mary, boleh?"

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang