Kesal

208 10 0
                                    

Esok paginya Ditha kembali bekerja ke kediaman Marshall. Sekalipun ia berkata seperti itu kemarin. Namun tidak membuat Ditha serta merta keluar.

Ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya disana. Tapi anehnya ia merasa jika suasana rumah itu sepi, tidak ada Kane dan Dylan. Kemana mereka?

Michael menghampiri Ditha dan langsung berkata padanya.

"Tuan Dylan dan nyonya Kane sedang ke kantor polisi... Memenuhi panggilan dari kepolisian tadi malam." ujar Michael, Ditha tersentak.

"Eh? Maksudnya mereka sedang berada di kantor polisi atas hal apa?" tanya Ditha.

"Atas kasus pelecehan yang terjadi kemarin terhadap anda..."

"Itu pak Michael yang melaporkan ke polisi?" tanya Ditha.

"Tuan Ezra menyuruh saya untuk melakukannya, sepertinya beliau sangat tidak terima dengan perlakuan tuan Dylan kepada anda." ujar Michael. Ditha terdiam memalingkan wajahnya. Ia tersenyum lirih setelahnya.

"Sudahlah pak... Tidak perlu menuntut mereka... Saya tidak apa-apa diperlakukan seperti itu."

"Maksudnya nona Ditha ingin saya membatalkan tuntutan saya itu?"
Ditha mengangguk.

"Gimana mungkin anda menerimanya begitu saja, anda terima saja diperlakukan tidak senonoh seperti itu? Itu diluar pengetahuan saya tentang anda, yang saya kira anda cukup menjaga martabat anda sendiri sebagai seorang muslimah yang taat." ujar Michael.

Ditha tersenyum lirih. "Lagipula memangnya apa yang bisa saya dapatkan dari hal ini... Yang ada mereka hanya semakin akan membenci saya... Saya hanya tidak ingin berkali-kali terlihat buruk di mata mereka." ujar Ditha.

"Saya sangat menyayangkan dengan perkataan anda barusan, dan tentu saja tuan Ezra pasti akan marah soal ini." ujar Michael.

"Aku tahu itu." ujar Ditha.

"Bukan begini caranya nona... Sampai kapanpun mereka akan terus membenci nona. Sekalipun nona berlaku baik atau tidak terhadap mereka. Dylan berhutang perkataan maaf pada anda... Anda mesti bersikap tegas atas ini... Kalau tidak dia akan terus melakukan pelecehan yang sama terhadap anda, penjara adalah tempat yang layak untuk mengedukasi dirinya. Anda tidak perlu merasa bersalah. Ia akan paham dengan mudah kalau yang dilakukannya salah." ujar Michael yakin, membuat Ditha terdiam setelahnya.

"Saya ijin pergi dulu. Silahkan anda temui tuan Ezra dan katakan yang sejujurnya dari dalam hati anda." ujar Michael mempermisikan dirinya dari sana.

Ditha meneruskan perjalanannya menuju ke kamar Ezra. Ia mengetuk pintunya terlebih dulu baru membukanya.

Terkejut saat melihat Ezra ada dibawah lantai, seperti baru saja terjatuh. Ditha langsung mengangkat tubuh Ezra. Pria itu panas sekali suhu tubuhnya, ia menggigil.

Ditha langsung baringkan Ezra ke atas kasurnya. Ia benar-benar seperti meriang. "Tuan udah minum obat belum pagi ini?" tanya Ditha, Ezra menggeleng.

Ditha segera menyelimuti Ezra dan nyalakan pemanas air lalu berikan air hangat pada Ezra, beserta juga obat paracetamol untuknya.

"Kayaknya itu akibat flu tuan... Saya harap tuan akan baik-baik saja setelah ini... Saya akan buatkan sup ya tuan." ujar Ditha langsung beranjak pergi ke dapur. Membuat sup untuk Ezra kebetulan bibi Mary belum datang hari ini.

Apakah dia libur sendiri ya hari ini? Kemarin sih bilangnya mau libur, karena ibunya sakit, ia harus mengurus sang ibu seharian ini. Rasanya kalau ditinggal banyak orang begini serasa sepi...

Ditha terbiasa ramai dirumah itu, jadi agak tidak nyaman saja sendirian. Ia pun tahu Philips dan Dietrich juga bekerja, mereka berangkat dari subuh untuk pergi bekerja di kantor masing-masing.

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang