Dia muncul

196 8 0
                                    

Ditha mengetuk pintu kayu dari rumah seukuran luas 90 meter itu, dan terbukalah pintu itu setelahnya. Bibi Mary menyambutnya.

"Astaga kamu malam-malam kesini? Ada keperluan apa? Ayo masuk." ajak bibi Mary mengajaknya masuk ke dalam, Ditha segera memasuki rumahnya dan duduk di sofa.

"Kamu sendiri kemari? Nekat sekali kamu. Ini sudah malam loh." ujar bibi Mary keheranan.

"Iya aku kesini sengaja untuk bertemu bibi Mary. Ada yang ingin aku bicarakan sama bibi Mary." ujar Ditha.

"Katakan saja, mau bicara apa..." balasnya.

"Siapa yang memecat bibi Mary?" tanya Ditha.

"Apakah jika kujawab akan mengubah keadaan?" tanya bibi Mary.

"Aku hanya ingin tahu... Siapa orang yang sangat berani melakukan ini..." ujar Ditha.

"Siapa lagi kalau bukan mereka. Sudahlah aku sudah bisa menebak apa yang mereka inginkan. Ini memang sudah nasibku akan berakhir seperti ini." ujar bibi Mary.

Ditha terlihat perduli dengannya.

"Bibi yang sabar ya... Maafkan aku juga karena tidak bisa banyak membantu bibi. Bahkan sekalipun bibi mengatakan ini sejak awal, pasti aku dan tuan Ezra tidak bisa membantu lebih... Maafkan aku ya bi..." ujar Ditha.

Bibi Mary memegang pundak Ditha.

"Sudahlah. Tidak perlu bicara seperti itu. Intinya aku lega sekarang bisa keluar darisana. Tapi maafkan aku juga karena tidak bisa banyak membantu kalian terutama Ezra. Aku harap kamu tetap bertahan disana untuk menjaga tuan Ezra." ujar bibi Mary. Ditha mengangguk. "Iya bi.. Mudah-mudahan aja."

"Oh iya aku bawakan minuman dulu ya... Sebentar." ujar bibi Mary seraya pergi ke dapur.

"Tidak usah repot-repot bi." ujar Ditha.
Beberapa saat setelah ditinggal oleh bibi Mary, Ditha ditemui oleh seorang perempuan berusia sekitar 20an tahun. Namanya adalah Tiffany.

"Halo nona, tamu ibuku ya? Perkenalkan namaku Tiffany." ujar Tiffany menyalami tangannya.

"O-oh iya. Aku Ditha. Iya benar aku tamunya maaf ya datang malam malam begini. Apa mengganggu waktu tidur kamu?" tanya Ditha cemas.

"Enggak kok... Oh iya boleh aku bicara sebentar?" tanya Tiffany ikut duduk bersamanya.

"Iya silakan..." balas Ditha.

"Apa sebenarnya yang terjadi dengan keluarga Marshall... Kenapa mereka sangat membenci kalian bertiga?" tanya Tiffany.

"A-ah... Itu ya... ini mungkin akan terkesan berlebihan kalau didengar oleh mereka, tapi dari sudut pandang kami.... Yang mereka lakukan sangat keterlaluan, mereka melakukan berbagai macam cara untuk mengusir kami bertiga."

"Pasti ada pemicunya, apa yang membuat kalian bertiga diusir?" tanya Tiffany.

"Itu karena kami mencoba melindungi tuan Ezra. Kami mencoba melindunginya." ujar Ditha.

"Kenapa mereka sangat membenci tuan Ezra?" tanya Tiffany penasaran.

"Itu karena tuan Ezra sangat berkemungkinan untuk mendapatkan warisan dari kakek." ujar Ditha.

"Memangnya kakek tidak membagi rata antara tuan Ezra dan yang lain?" tanya Tiffany.

"Kakek sangat menghargai tuan Ezra atas jerih payahnya selama ini dalam membangun perusahaan, makanya beliau diberikan hak istimewa dalam hal itu." ujar Ditha.

"Apakah mungkin tidak ada dendam atas terjadinya sesuatu diantara mereka?"

"Entahlah aku tidak terlalu paham tentang mereka. Aku hanya anak baru dirumah itu..."

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang