Kampung halaman

284 12 3
                                    

Ezra menceritakan semua padanya, mulai dari awal hingga akhir sesuai yang terjadi waktu itu.

Michael juga ikut membantu menjelaskan semuanya. Sepanjang diceritakan Ditha cukup dibuat tak percaya dengan fakta yang terjadi.

"J-jadi tuan Dietrich ayah kandung tuan?" tanya Ditha.

"Ya, ada banyak hal yang tidak saya duga sejak awal. Dan saya sudah mengira kamupun pasti akan menanggapinya seperti ini..."

Alesha ikut menimpali mereka. "Bukan hanya kamu saja Ditha, aku juga kaget dengan fakta ini... Tapi sekarang kamu jangan khawatir, tuan Dietrich tidak akan membencimu, bahkan beliau sudah merestui hubungan diantara kalian." ujar Alesha.

"Iya non..."

Sebelum diadakannya pesta pernikahan, Ditha kembali ke negara asalnya, ke kampung halamannya. Bersama Ezra serta Clemira dan kedua orang tuanya yang beberapa waktu lalu sempat mengunjungi Ditha ke Amerika.

Clemira melihat keluar jendela pesawat, ia duduk berdua dengan Ditha. Ia menunjuk ke awan yang terlihat dikaca sebelahnya.

"Mbak lihat deh, awannya cantik banget..."

"Iya tapi kalo besar kayak gitu serem... Bisa bisa turbulensi kalo kita lalui."

"Masa sih mbak?"

"Iya amit amit, jangan sampe deh... Kita banyak berdoa aja." ujar Ditha. Clemira mengangguk langsung berdoa.
Dibelakangnya, ibu dan ayah Ditha duduk bersebelahan. Sang ayah tak hentinya membaca doa karena cukup takut, ini kedua kalinya semenjak pertama kalinya mereka menaiki pesawat beberapa waktu lalu, tasbeh terus berada digenggaman. Mendadak ibu Ditha berkata.

"Alhamdulillah ya pak, setelah hari hari berat Ditha lewati akhirnya Ditha dikasih hadiah sama gusti Allah... Alhamdulillah juga dia bisa melalui ini semua dengan sabar... Ibu terharu pak... Ditha anak yang baik,mana mungkin melakukan hal kayak gitu, ibu percaya, pasti salah, dan sekarang bener kan kata ibu... Alhamdulillah gusti... Dikasih hasilnya kayak gini..."

"Iya bu, alhamdulillah... Ditha kuat begini juga karena perlindungan dari gusti Allah dan doa doa kita selama ini... Bapak yakin Ditha akan selalu dijaga sama gusti Allah..." ujar sang ayah dengan logat jawanya.

"Iya pak...."

Disaat yang sama Ezra dan Michael duduk dibelakang ayah dan ibu Ditha. Michael melihat ke arah Ezra yang terlihat bosan. Terus menguap sejak tadi.

"Tuan kurang tidur... Sepertinya persiapan menuju hari menjelang pernikahan benar benar menguras tenaga anda." ujar Michael. "Saya hanya menjalankan tugas yang mesti saya lakukan, apalagi sebelumnya Ditha sempat menemani saya mengunjungi rumah ayah saya dan makam ibu saya, melakukan perjalanan kesana kemari untuk memberikan undangan pernikahan ke kerabat terdekat." ujar Ezra.

"Ya memang sudah semestinya..." ujar Michael.

"Saya juga merasa penasaran dengan negaranya... Katanya disana ada banyak destinasi wisata. Saya menanti hal itu."

"Kalau itu keinginan anda.."

"Bagaimana denganmu? Kamu tidak bertemu dengan Alesha lagi beberapa waktu ini dan ke depan..."

"Perjalanan ini saya hitung sebagai bagian dari tugas saya sebagai pelayan pribadi anda..."

"Cih, kau memang tipe orang yang selalu serius Mike...." sindir Ezra. Mendadak pandangan Michael teralihkan pada Ditha yang ada didepan sana.

"Nona Ditha sepertinya sangat menerima anda sebagai calon suaminya..." ujar Michael balik menyindir.

"Itu karena saya cukup ahli dalam memenangkan hatinya." ujar Ezra, mereka saling tertawa meski pelan.

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang