Mencabut tuntutan

220 9 0
                                    

Bola itu langsung meluncur menuju tepat ke arah Ditha, Ezra dengan cepat menarik tangan Ditha hingga gadis itu terjatuh ke pangkuannya saat itu juga. Mata mereka berdua saling beradu dalam jarak yang dekat itu, nafas mereka seakan berhenti saat itu juga.

Ditha segera menjauhkan dirinya dari Ezra dan dilihatnya bola tadi langsung menerjang lampu tidur di kamar Ezra. Tentu saja Dylan merasa sial atas itu.

"Dasar kau menjengkelkan! Sekarang kau harus ikut denganku, berikan kesaksian atas hal yang tidak kulakukan!" tandas Dylan menarik tangan Ditha dengan kencang.

"Tuan Ezra tolong.. Lepaskan aku .. Tuan Ezra tolong aku..." ucap Ditha takut.

Dylan tak menapi perkataan maupun segala jenis berontaknya, ia langsung bawa pergi Ditha saat itu juga. Ezra kesal.

Ia sangat membenci hal ini.

Selepas keluar dari kamar Ezra, Ditha sampai diruang tengah rumah. Terlihat disana Kane memandang jijik Ditha. Ia segera hampiri Ditha saat itu juga.

"Kau harus mempertanggung jawabkan ini semua!" kesal Kane. Ditha menunduk.

"Ayo kesana. Kau harus menjelaskan semuanya ke mereka!" Ia langsung tarik tangan Ditha dan bawa dirinya pergi dari sana.

Tak berapa lama mereka sampai keluar dari kediaman itu dan langsung dikejutkan dengan kehadiran beberapa orang dari kepolisian.

"Permisi, apakah anda berniat untuk melawan hukum yang telah ditetapkan? Anak anda dinyatakan bersalah dan dimasukkan ke dalam penjara tapi anda berniat untuk menyembunyikan anak anda kan? Bisa saja anda dituntut atas hal ini...." cecar polisi itu semakin membuat Dylan di ujung sana merasa tertekan.

Ia gagal untuk menyembunyikan dirinya dari mereka saat itu. Dylan merasa bingung saat itu. Terlebih Kane juga merasa tersudutkan atas perkataan sang polisi. Disaat yang sama Ditha langsung maju kehadapan mereka.

"S-saya berniat untuk... Menarik perkataan saya." ujar Ditha tentu membuat mereka semua tersentak dengan perkataannya. Seakan menghentak dada mereka saat itu juga dengan pernyataannya, sang polisi berkata.

"Anda barusan berbicara apa?" tanya polisi masih terkesan tidak percaya.

"Apa yang saya laporkan kemarin bisa tolong diselesaikan hari ini juga? Saya sudah memaafkan apa yang dilakukan oleh tuan Dylan waktu itu. Dan saya resmi mencabut tuntutan itu saat ini juga. Saya harap kalian mengerti dan paham, saya sangat berterima kasih atas apa yang kalian coba lakukan untuk menyelamatkan harga diri dan kehormatan saya. Tapi saya tidak ingin masalah ini diperpanjang lagi, saya ingin menyudahinya saja. Tidak jadi membuat tuntutan penjara untuk tuan Dylan." ujar Ditha membuat polisi itu terheran-heran.

"Anda yakin dengan pernyataan anda barusan? Bukankah ini sedikit membuat anda dirugikan? Apakah ada unsur paksaan disini? Katakan saja jika ada yang memaksa dirimu..." ujar polisi itu.

"Tidak, mereka tidak memaksa saya. Saya murni melepas tuntutan dari diri saya sendiri." ujar Ditha tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, saya akan segera mengatakan perihal ini ke atasan saya. Pastikan apa yang sudah anda putuskan ini tidak merugikan anda, saya permisi." ujar polisi itu langsung pergi saat itu juga dari sana, membiarkan Dylan begitu saja tanpa melakukan hal apapun padanya.

Dylan terlihat sangat senang atas hal itu, ia langsung memeluk ibunya. Lain hal dengan Ditha yang sedikit merasa tertekan atas keputusannya ini. Bagaimanapun Ditha sudah berhasil selamat dari ancaman mereka untuk kesekian kalinya.

Sekalipun harus dengan cara seperti ini. Merugikan harga diri dan kehormatannya. Ia mencoba untuk menerima semua hal itu.

Meski tetap saja setelah itu Kane masih bersikap tidak suka padanya.
Ditha kembali ke kamar Ezra dengan perasaan sedikit tidak bersemangat. Ezra menulis di papannya.

"Kamu terlihat tidak bersemangat, apalagi yang mereka lakukan? Apakah Michael tepat waktu menyelamatkanmu?" tanya Ezra di papan.

"Enggak, aku enggak sempat ketemu sama pak Michael..." ujar Ditha.

"Lalu kok bisa kamu lepas dari mereka? Kamu ditolong oleh seseorang..." tulis Ezra.

"Tadi ada polisi ke sini, bilang katanya mau nangkep tuan Dylan. Teeus aku bilang...."

"Bilang apa?" tulis Ezra di papan.

"Aku mencabut tuntutan itu..."

"Kenapa mencabutnya? Apa kau tahu mereka mencoba segala macam cara untuk membuat kamu terancam di rumah ini, tapi kamu malah ingin mencabut tuntutannya.... Dengan dicabutnya tuntutan Dylan, kamu pasti tidak akan aman berada dirumah ini..." tulis Ezra di papan.

"Aku tahu, tapi biarlah tuan. Aku jujur udah lelah berurusan terus sama mereka. Biarkan mereka melakukan hal semaunya. "

"Kenapa seperti itu? Kamu lelah terus ditekan oleh mereka? Apa kalau bisa kamu mengundurkan diri saja dari pekerjaan ini, supaya nanti kamu bisa hidup lebih aman lagi ke depannya." tulis Ezra.

"Mana mungkin, nanti yang mengurus tuan siapa? Saya enggak mau meninggalkan tuan sendirian disini." ujar Ditha.

"Nanti biar kakek yang mengurus soal itu, kamu keluar saja dari tempat ini, kalau perlu sekarang."

"Enggak bisa tuan, udah biarin aja.... Saya bisa menjaga diri saya sendiri disini.... Saya punya tuhan... Saya serahkan semua ke tuhan saya." ujar Ditha tersenyum.

"Kenapa kamu sangat bersikukuh dengan itu. Maafkan saya karena saya tidak bisa banyak membantumu." tulis Ezra.

"Enggak apa apa... Tuan enggak perlu khawatir..." ujar Ditha kembali memastikan dirinya.

Ditha sedang menjemur pakaian milik Ezra, ada banyak baju kotor milik Ezra yang masih belum dicuci, sepertinya kompak seluruh orang dirumah ini tidak ada yang memerdulikan Ezra, mereka membiarkan baju kotornya begitu saja menumpuk.

Tanpa dicuci, seharusnya asisten rumah tangga disana yang bertanggung jawab atas hal itu. Tapi ini sepertinya mereka membiarkannya begitu saja.

Disela Ditha yang sedang menjemur pakaiannya di balkon, Ezra diam-diam melihat hape miliknya. Ia terkejut saat melihat ada misscall dari Alesha.

Tentu saja membuat Ezra makin sebal, ia membiarkan hapenya berdering terus tanpa mau diangkat. Bahkan kini berganti jadi nomor orang tua Alesha. Tentu saja ia masih tak mau mengangkatnya.

Ditha yang mendengar suara telepon terus berbunyi lantas berkata. "Telepon dari siapa tuan? Kok enggak diangkat?" tanya Ditha sesekali melihat ke arahnya.
Ezra menulis di papannya.

"Alesha yang meneleponku... bahkan orang tuanya."

"Kenapa enggak diangkat tuan?" tanya Ditha.

"Malas..."

"Takutnya penting tuan."

"Apa yang penting dari orang semacam dia? Mana bisa aku percaya dari orang yang pernah berniat untuk mengakhiri hidupku..."

"Yaudah saya aja deh yang angkat..." balas Ditha langsung berjalan ke arahnya dan ambil hapenya, Ezra keburu melarangnya.

"No..." dengan gerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

"Yes!" ujar Ditha langsung merebut kembali ponselnya dan jauhkan dirinya dari sekitarnya. Ditha menerima teleponnya.

"Halo nona Alesha... Ada perlu apa ya menelepon tuan Ezra?" tanya Ditha.
"Aku ingin berbicara dengan Ezra. Jadi tolong nyalakan speaker hpnya..." 

"Oh, iya..." Ditha mematuhi perkataannya dan langsung mengaktifkan speaker hpnya.

"Ezra.... Menikahlah denganku!"

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang