Kerja sama

158 9 4
                                    

"Tuan Dietrich berencana melakukan perjalanan ke hawaii besok. Sepertinya ingin bertemu dengan istri simpanannya itu. Apa tuan menginginkan saya untuk mengikuti perkembangan disana juga?" tanya Michael.

"Ya, kalau perlu tempelkan beberapa penyadap suara di tiap sisi rumah mereka agar kita bisa mendengar isi pembicaraan mereka didalam." ujar Ezra.

"Baik tuan..."

"Saya juga ingin melapor jika nona Alesha dalam perjalanan mau kesini hari ini."

"Astagaaa dia lagi..."

"Sepertinya dia tidak akan pernah bosan menekan anda untuk segera menikah dengannya."

William ikut bersuara. "Sudahlah, kau turuti saja keinginannya." ujar William.

"Aku tahu itu bentuk pelampiasan dirinya yang tak mau ditinggal menikah oleh Philips. Aku juga tahu itu bentuk rasa kecewanya atas keadaan fisiknya saat ini. Bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan pun dia pasti akan tetap pada pendiriannya untuk melakukan percobaan untuk membunuhku." ujar Ezra. William menghela nafasnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini? Memintanya untuk merengek layaknya seorang anak yang tak diberikan mainannya?" tanya William.

"Buat dia mencintai orang lain... Michael apa kau mau---" belum selesai bicara, Michael sudah membalasnya.

"Tidak tuan, terima kasih."

"Ayolah, kamu pasti bisa membuatnya luluh."

"Dibayar berapapun saya tetap tidak mau..."

"Hmmm bagaimana kalau kamu diskusikan pernikahan dengan Ditha?" tanya William.

"Whattt???" Ezra membelalak dikatakan seperti itu, sedangkan William hanya tertawa.

"Ayolah rencanakan saja..."

"Sudahlah kakek, jangan membahas hal diluar logika... Jelas jelas aku ingin menangkap ayahku terlebih dulu. Karena dia sudah lama menipu kita semua." ujar Ezra.

Mendadak pintu diketuk. Ditha membuka pintunya, tentu Ditha kaget setelah melihat ada William disana.

Ditha langsung mengurungkan niatnya untuk masuk, balik lagi keluar. Ezra berkata. "Kita sudahi dulu, nanti Ditha curiga."

"Jangan lupa katakan padanya... " bisik William selagi berjalan pergi keluar bersama Michael. Membuka pintu dan keluar dari kamar.

Ditha diluar berpapasan dengan mereka dan mengangguk. Ditha tampak membawakan troli makanan dan masuk kembali ke kamarnya.

William dan Michael tak sengaja berpapasan dengan Kane serta Philips dan para paman lainnya yang sedang berkumpul ditengah rumah, tepat dikursi makan masing-masing.

Philips menghampiri William, menyambutnya dengan senyuman. "Kakek mau pulang? Perlu saya antar?" tanya Philips.

"Tidak, saya bisa menyetir sendiri." ujar William.

"Hebat ya... Di usia yang sudah senja masih bisa mengandalkan diri sendiri... Kakek sangat jarang dengan kebanyakan orang..." ujar Philips memuji.

William mengangguk. Ia membatin. "Dasar ular... Memangnya aku tidak tahu apa yang selama ini kau pikirkan tentangku?" batin William.

"Kakek mau ikut makan dengan kami?" tanya Philips. "Tidak, terima kasih... Aku menitip Ezra pada kalian, jangan sampai dia lecet ataupun terluka... Karena aku tidak berniat menyerahkan warisanku pada kalian kalau hal buruk terjadi padanya.." ujar William membuat sedikit kesal dalam hati Philips saat itu.

Ia tetap tersenyum menahan bara.

Ia berkata. "Tentu saja kami akan menjaga Ezra dengan baik. Apalagi dia adalah bagian dari keluarga kami. Tapi sayangnya justru hal berbalik pada perlakuan Ezra yang menganggap kami sebagai musuh selama ini. Dia bahkan terhitung pernah bersekongkol dengan Michael untuk meracuni kami semua. Padahal kami selalu bersikap baik selama ini padanya." ujar Philips membuat jengkel William saat itu.

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang