Koki dadakan

194 10 0
                                    

Selepas jam 12 siang, Ditha pun akhirnya membuka pintu kamarnya, membawakan sop untuk Ezra memakai nampan makanannya.

"Selamat siang tuan... Nah sekarang waktunya untuk tuan makan siang ya." ujar Ditha seraya menaruh nampan berisi sop dan air putihnya.

Ditha duduk disebelah kasurnya dan menaruh semangkuk sop itu ke pangkuan Ezra.

"Mau tuan yang makan atau saya yang menyuapi? Katanya tangan tuan udah bisa digunakan ya tuan?" tanya Ditha. Ezra memalingkan wajahnya, masih sebal dengan sikapnya tadi bersama Michael, Ditha tak mengerti dengan perubahan sikapnya itu. Ia langsung inisiatif mengambil sendoknya untuk menyuapi. Namun sayangnya ketika hendak menyuapi Ezra melengoskan wajahnya ke arah lain. Ditha kembali menyuapi, namun Ezra kembali melengos. Sampai tiga kali Ditha hendak menyuapi, Ezra terus melengos.

"Ih tuan.... Kenapa lengos terus..." protes Ditha. Ezra langsung menulis di papannya. "Kenapa tidak kau suapi saja Michael... Dia mungkin sedang menunggu hal itu." tulis Ezra.

Membuat Ditha keheranan. "Ha? Michael? Kenapa kok aku menyuapi Michael? Memangnya dia sakit?" tanya Ditha heran.

"Dia lebih akan sakit hati melihatmu menyuapiku. Mulailah bermesraan lagi dengannya seperti tadi." tulis Ezra. Ditha mengerdip-ngerdipkan matanya, dan setengah heran dengan sikapnya yang sangat berbeda dari biasanya.

"Tuan... Apa tuan salah minum obat tadi? Atau tuan gak sengaja membenturkan kepala tuan?" tanya Ditha heran.

"Sudahlah akui saja..." tulis Ezra.

"Aku dan pak Michael bukan sedang bermesraan tadi. Melainkan memasak, dia membantu aku memasak, dan bagaimana tuan bisa tahu kalau aku tadi sedang berduaan dengannya di dapur? Apa jangan-jangan... Tuan..." tuduh Ditha.

"Jangan berpikiran liar. Aku hanya menebak. Dan tebakanku memang benar kan?" tulis Ezra.

"Terus apa yang salah dari kita saling membantu? Tuan melarang saya untuk dibantu sama dia? Atau tuan enggak suka saya memasak sop ini?" tanya Ditha. Ezra kembali menulis di papan.

"Kau tidak boleh berduaan dengan Michael selama itu... Kau kan seorang muslimah yang taat! Nanti kau terkena dosa!" tulis Ezra cukup blak-blakan. Membuat Ditha tertawa geli.

"Kok tuan jadi melarang saya hal aneh semacam itu? Memangnya tuan paham dengan agama saya?" tanya Ditha.

"Sudahlah... Patuhi saja." tulis Ezra. Ditha masih tertawa.

"Baik deh, iya. Saya akan patuhi keinginannya..." ujar Ditha masih menertawai dibelakang.

"Sekarang makan ya..." ujar Ditha mulai menyuapi kembali, Ezra menolak. "Biar saya sendiri, tanganmu sudah capek memasak." tulis Ezra. Ditha terkekeh.

Ezra mulai makan dengan menggunakan tangan kanannya dan menyuap. "Panas!" ia tampak kelojotan akibat sopnya yang masih panas. Ia meniup-niup di udara dan mengipas-ngipas.

Ditha hampir ingin tertawa melihatnya seperti itu.

"Maaf tuan... Saya kipasi dulu sopnya ya... Maaf sekali lagi." ujar Ditha langsung mengambil buku untuk mengipas.

Masih ngebul ternyata sopnya, membuat Ditha hampir ingin tertawa ketika melihat Ezra terus meniupi bibirnya yang dibuat merah.

"Kau mencoba membunuhku.." tulis Ezra di papan, Ditha tertawa. "Maaf tuan... Saya benar-benar tidak sengaja... " ujar Ditha.

Setelah dikipasi dan merasa sudah agak dingin, Ezra langsung menyuap kembali.

Ia mengunyahnya berkali-kali. Menyelurup juga kuahnya. Ia kembali menulis dan menggambar jempol.

"Kamu memang hebat... Cocok untuk menggantikan bibi Mary setelah ini." tulis Ezra lahap memakan sopnya.

"Aku suka sekali sop Indonesia... Rasa jahenya sangat berasa..." tulis Ezra.

"Sop Indonesia tidak memakai jahe tuan, tapi ini lada, supaya agak lebih pedas dan hangat ketika sampai di dalam mulut." ujar Ditha membuat Ezra keheranan.

"Lada? Oh baiklah... Kamu tetap yang terbaik masakannya... Kapan-kapan buatkan lagi... Ini sangat terasa enak ketika ditelan. Hangat dan sedikit pedas..." tulis Ezra membuat Ditha tersenyum senang.

"Syukur deh tuan Ezra suka masakanku." batin Ditha.

"Oh iya saya mau tanya tuan... Ini soal tuan Dylan... Apa tuan yang melaporkan tuan Dylan ke polisi?"

Ezra langsung menulis di papan.

"Ya itu aku, memang kenapa?" tulis Ezra.

"Ah, enggak... Saya merasa jika saya harus berterima kasih atas pembelaan yang tuan berikan. Makasih banyak tuan." ujar Ditha.

"Tidak perlu berterima kasih juga karena sudah menjadi hak saya untuk membela karyawan saya dari hal yang mengancamnya. Saya meminta maaf karena hanya itu pembelaan yang bisa saya berikan, saya tidak bisa menolong kamu langsung di hari itu karena keterbatasan fisik yang saya miliki." tulis Ezra. Ditha tersenyum dan mengangguk.

"Tapi tuan, saya cuma khawatir kalau Dylan nanti..." belum selesai berkata, dirinya langsung dikejutkan dengan kehadiran Kane disana.

"Ini semua karenamu!" tuduh Kane menunjuk ke arah Ditha. Ezra tersentak. Dia sudah kembali, cih.

Ezra langsung menulis di papan dan tunjukkan pada Kane. "Anakmu yang keterlaluan! Dia sudah melakukan hal tidak terpuji pada Ditha! Dan bukan Ditha yang melaporkan anakmu, tapi akulah yang melaporkannya!" tulis Ezra, tak pelak membuat Kane makin geram.

Ia berniat akan memukul Ezra namun Ditha segera menahan tangannya dengan kuat. Kane sedikit tak percaya Ditha cukup berani melawannya.

Lain hal dengan Ezra yang merasa Ditha terlihat seperti sosok pahlawan dimatanya.

Kane mencoba untuk berbalik menampar Ditha tapi untungnya sebuah tangan besar menahannya.

Tidak lain itu adalah Michael, padahal sedikit lagi Ezra ingin beranjak dari kasurnya untuk menahan tangannya tapi sayangnya keduluan Michael.

Michael menekan Kane.

"Apa anda kini berniat untuk memperpanjang urusan anda di kantor polisi? Apa anda berniat untuk membuat kasus kedua setelah yang kemarin?" tanya Michael.

Kane mendecih dan segera melepas tangannya dari cengkraman Michael.

"Kau sangat tidak sopan dengan majikanmu sendiri!" tandas Kane.

"Saya hanya mengingatkan, supaya anda tidak mengulangi kesalahan anda untuk kedua kalinya." ujar Michael.

"Kalian bertiga semua sama saja.... Awas saja nanti!" kesal Kane langsung pergi darisana. Michael bertanya pada Ditha.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Michael. Ditha mengangguk.

"Dia memang menyebalkan." ujar Michael. Ezra mencoba batuk berkali-kali guna mengalihkan perhatian mereka saat itu. Michael berkata pada Ezra. "Tuan... Anda masih sakit?"

"Kenapa masih tanya?! Kau tidak lihat aku masih seburuk ini?" tulis Ezra terkesan marah padanya. "Maaf tuan." Michael menunduk sedikit bersalah, ia mengalihkan perkataannya ke topik lain.

"Tuan... Nanti setelah ini saya ingin berbicara empat mata dengan tuan." ujar Michael.

"Katakan saja sekarang." tulis Ezra.

"Tidak bisa tuan. Ini terkait ayah tuan. Saya menemukan hal yang mencurigakan." ujar Michael membuat Ezra tersentak. Apa sebenarnya yang ia dapatkan.

Sejujurnya Ditha penasaran, Ezra segera menulis di papannya.

"Baiklah, setelah aku menyelesaikan makannya." tulis Ezra di papan.

Setelah Ditha meninggalkan kamarnya, Michael kini menghadap Ezra. Dengan wajah serius ia langsung berkata. "Saya mendapatkan informasi kalau tuan Dietrich...."

Kemilau Hujan Di Hati Anandita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang