( 11. ) : Wake up ( O2. Accepted )

159 19 0
                                    

Sorry for typo...
~Happy Reading~
















Setelah kejadian itu Leon berusaha menerima segala hal yang berbeda dalam dirinya. Mulai dari semua indra miliknya seakan memberikan logika yang begitu berbeda sepanjang hidupnya. Matanya yang semakin tajam melihat segala sesuatu dengan akurat.

Bahkan suara semut pun bisa Leon dengar dengan gamblang. Lidahnya yang kini terasa hambar, hanya rasa nikmat daging yang tidak hilang dari pengecapnya. Ditambah fakta bahwa Leon harus meminum darah secara berkala.

Akal nalar miliknya tidak bisa menerima hal yang sangat tidak manusiawi itu, penolakan Leon layangkan. Tapi dampak pada tubuhnya memaksa Leon menelan cairan pekat itu yang ternyata terasa begitu manis.

Semanis madu yang terus membuatnya begitu candu. Bukan waktu sebentar untuk Leon mengendalikan segala indra miliknya yang kini tengah jauh berubah.

Semuanya memang terasa sulit pada awalnya, namun Axelloth selalu mendampingi Leon dengan sabar. Membuat Leon tidak lagi merasa sendiri, Leon bisa merasakan betapa hangatnya sang kegelapan disampingnya.

Lembayung senja membuat Leon begitu merindukan sang pelayan keluarganya, Sebastian. Mata merahnya terus bergerak gelisah, memikirkan bagaimana nasib para pelayannya.

Apakah mereka sempat kabur atau tidak?

Bagaimana juga keadaan Castle Clestopia Landert sekarang?

Grepp...

Begitu banyak tanya memenuhi otak Leon sekarang, hingga dirinya tak sadar Axelloth yang kini memeluknya dari belakang dengan erat.

"Apa yang kau pikir kan Darling?" Suara lembut Axelloth layangkan, mengecup singkat pipi putih Sang belahan jiwanya.

"Axell, apakah mereka selamat? Aku sangat rindu dengan Sebastian." Leon berucap sendu, usapan pada pundak kecilnya membuat dirinya semakin merasa sedih.

"Sebastian tentu saja selamat, bukankah itu janji ku padamu? Para pelayan mu juga telah bekerja ditempat yang lebih baik." Dagu tegas itu Axelloth sandarkan pada pundak kecil matenya, senyuman manis Axelloth umbar untuk mengurangi rasa gelisah yang terus Leon layangkan.

Srett...

Leon berbalik, menatap manik indah Axelloth yang kini juga tengah menatapnya. Pelukan lembut itu berpindah pada pinggang rampingnya, seakan Axelloth tak ingin lepas darinya.

"Benarkah?" Mata Leon berbinar, mencerna setiap tutur kata Axelloth dengan rasa bahagia yang membucah.

"Tentu saja Darl, jika kau serindu itu kita bisa menemuinya besok saat gelombang pasang sudah mereda." Kecupan di dahi Leon sempat Axelloth curi, menatap binar mata sang pemilik jiwanya yang kini tengah berharap penuh rasa lega pada Axelloth.

"Benarkah? Kau tidak berbohong padaku kan Axell?" Leon menatap penuh binar pada lelaki tampan di depannya kini.

Grepp...

Tangan mungilnya mengalung sempurna pada pundak kokoh Sang dominan, wajah Leon bersemu senang. Dirinya bisa bertemu dengan orang-orang yang selama ini selalu membantunya saat tengah kesulitan.

"Hahaha, tentu tidak sayang ku. Besok akan ku suruh James dan Jonas untuk bersiap. Kita bisa mengunjungi mereka di teritorial Duke Marquis. Mungkin Hugo juga senang bertemu dengan mu lagi." Axelloth tergelak singkat, menatap pahatan indah di depannya dengan lekat.

"Duke Marquis?" Alis Leon berkerut, menatap bingung ke arah Axelloth, apa hubungannya dengan Duke yang dikenal dengan tabiat kejamnya itu?

"Hmmm." Axelloth hanya mengangguk singkat, matanya masih menatap penuh damba ke arah Leon yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

In The Middle of The Night [Jichen] [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang