Perjalanan itu terasa menyiksa dan panjang. Tubuh Harry dilempar begitu saja dengan kasar oleh bodyguard Draco ke bagasi dan dikunci dari luar.
Harry berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhirnya dia kelelahan dan kehabisan oksigen. Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang makin menipis, Harry terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, akan dibawa kemanakah dirinya?
Lama sekali Harry menunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti.
Suara pintu mobil dibanting. Dan syukurlah, ada gerakan membuka bagasi. Harry bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur. Ah ya Tuhan, semoga semudah itu.
Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.
“Harry,” itu suara Draco dan pria itu memanggil namanya. Wajah Harry langsung pucat pasi. Pria itu sejak awal sudah mengetahui penyamarannya!
“Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak,” Ada seberkas senyum di suara Draco. Kurang ajar. Pria itu pasti dari tadi sudah menertawakan kebodohannya!
“Kau ada di rumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat tidak ramah. Kusarankan kau turun dengan sikap penurut dan tenang, demi dirimu sendiri, karena para pengawal ku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh.”
Rumah Draco. Harry memejamkan matanya frustrasi. Dari informasi yang dia dapatkan, rumah Draco yang terletak di atas tanah begitu luas di kawasan elite pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Draco.
Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Draco. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Draco.
“Bagaimana Harry? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik,dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan kusekap di gudang,” suara Draco di luar menyadarkan Harry dari lamunannya.
“Kenapa kau membawaku kemari?” gumam Harry penuh keberanian.
Terdengar suara Draco terkekeh di luar sana, “Menurutmu kenapa, Harry? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?” Suara Draco terdengar dekat, “Kau sudah bermain api,” bisiknya, “Sekarang saatnya kau untuk terbakar.”
Pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Harry belum siap meronta. Lagipula, percuma meronta. Di belakang Draco yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa bodyguard dengan tubuh kekar bertampang seperti batu. Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Harry tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau Harry berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka.
Draco mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk, “Silahkan tuan putri, biarkan aku membantumu keluar,” gumamnya mengejek.
Harry menatap tangan itu lalu menggeram marah. Kurang ajar sekali iblis yang satu ini!
Dengan marah, ditepisnya tangan Draco dan dia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat di ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa puluh kilo.
Akhirnya Harry berhasil berdiri keluar dari bagasi, dengan sepenuh harga dirinya.
Draco mengamati Harry dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan melecehkan, lalu senyum muncul lagi di sudut bibirnya, “Mari, silahkan masuk. Selamat datang di rumahku,” setengah memaksa pria pirang itu mencengkeram lengan Harry yang kaku lalu membawanya masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With Mr Malfoy | Drarry ✔️
FanfictionREMAKE STORY FROM SANTHYAGATHA --- Ketika bisnis orang tuanya jatuh, Harry terpaksa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana orang-orang yang dicintainya satu persatu hancur. ibunya terpuruk dalam rasa malu dan kecewa lalu meninggal karena d...