18

13.2K 700 75
                                    

Wajah Harry tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Draco yang membara.

“Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah.”

Kemarahan Draco yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Harry. Kenapa Draco tidak menyadarinya? Yang diinginkan Harry hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Marry. Hanya itu. Dan Draco bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Harry, dia akan memberikannya ....

“Ikut aku,” Draco mengambil tangan Harry dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Harry yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Marry terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.

Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Blaise juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Draco membawa Harry ke sayap rumah itu.

Draco berhenti menyeret Harry ketika mereka berada di pintu kamar emas itu, “Kau ingin jawaban bukan?” Draco melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Marry yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Harry. Dengan segera Harry mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Draco kepada lukisan itu. Draco melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Harry menyadari apa yang akan dilakukan oleh Draco, semuanya sudah terlambat.

“Jangan!”

Terlambat. Draco sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sekejap api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Marry yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Harry berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Draco dengan bingung,

“Kenapa kau melakukannya?”

“Karena,” Draco tiba-tiba meraih Harry dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Draco melahap bibir Harry seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Harry yang sudah lama tidak dicecapnya. Draco memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.

Ketika Draco melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Harry lemas hingga Draco harus menopangnya.

Dengan gerakan tegas, pria itu mengangkat dagu Harry dan menghadapkan ke arahnya.

“Karena Harry Malfoy, aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu, sebagai Harry yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentang ku,” Draco melumat bibir Harry yang menganga takjub dengan penuh gairah.

“Kau tersimpan di hatiku,” dengan lembut Draco membawa tangan Harry ke dadanya, “Hati ini dulu sudah kubuang jauh-jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkan mu dari sana setelahnya,” Draco menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu, “Aku pernah mencintai Marry sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan aku tegaskan padamu, Harry Malfoy, aku memperistrimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku memperisterimu karena aku mencintaimu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang merupakan bonus.”

“Draco.” pipi Harry memerah, berusaha menahan Draco mengucapkan kata-kata vulgar yang lebih parah. Mereka ada di ruang terbuka dan Harry tahu para pelayan yang terkejut dengan kehebohan itu sedang berkumpul di sudut-sudut, berusaha menguping dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sleep With Mr Malfoy | Drarry ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang