6

8.5K 561 39
                                    


***

Kopi sudah dihidangkan, pertanda meeting santai itu sudah usai. Beberapa pria memilih keluar untuk merokok, sedangkan Cedric duduk diam di ujung sofa, mengamati Draco yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas di tangannya.

Draco bukanlah pria yang bisa membaur, pria ini penyendiri, dan wataknya yang terkenal membuat orang- orang segan mendekatinya. Cedric tidak akrab dengan Draco, mereka hanya berbicara tentang bisnis. Dan apabila menyangkut bisnis, Draco cukup kooperatif. Kerja sama mereka telah membuahkan banyak keuntungan bagi perusahaan masing-masing.

Cedric ragu untuk menanyakan perihal Harry kepada Draco. Rasanya terlalu aneh untuk membahas masalah itu di sini. Tetapi istrinya -Oliver yang cantik- telah berhasil membuatnya berjanji untuk melakukannya.

Cedric berdehem, menarik perhatian Draco dari berkas-berkas yang ditelusurinya dengan serius, "Kami, aku dan istriku bertemu dengan kekasihmu semalam."

Kepala Draco langsung terangkat seperti disentakkan, ia menatap Cedric dengan waspada. "Oh, ya?" nada suaranya santai, tetapi ketegangan dalam suara Draco tidak bisa menipu Cedric.

Ada sesuatu di sini, batin Cedric dalam hatinya, ada sesuatu yang dirahasiakan Draco.

"Yah, dia berkenalan dengan istriku kemarin, dan berbicara panjang lebar dengannya." Cedric berusaha memancing Draco dan sepertinya pancingannya kena karena mata Draco menyipit dan menatapnya curiga.

"Apakah dia mengatakan sesuatu kepada istrimu?" Draco menatap Cedric lurus-lurus.

"Dia meminta tolong kepada istriku untuk diselamatkan, supaya dia bisa keluar dari rumahmu."

Bibir Draco mengetat membentuk garis tipis, lalu dia segera berdiri, "bilang pada istrimu untuk tidak melakukan apa-apa. Anak itu milikku, dan siapapun tidak akan bisa melepaskannya dari rumahku, kecuali atas seizinku," Draco menatap Cedric lurus, menimbang-nimbang, "Aku menghormatimu, Diggory, kau adalah salah satu dari sedikit orang yang aku hormati dan aku tidak ingin hubungan saling menghargai ini rusak. Maaf aku permisi dulu karena ada janji pertemuan dengan pihak lain setelah ini."

Setelah mengangguk kaku, Draco melangkah pergi meninggalkan ruangan meeting besar itu.

Cedric duduk diam dan menyesap kopinya, matanya masih menatap pintu di mana Draco menghilang di baliknya.

Tingkah Draco mengingatkannya pada dirinya dulu. Senyum muncul di bibir Cedric. Draco mungkin akan mengalami hal yang sama seperti dirinya, kalau dia tidak hati-hati kepada Harry.

***

Ketika pintu kamarnya dibuka dari luar, Harry tidak menyangka kalau Draco-lah yang masuk. Pria itu telah sepenuhnya mengabaikannya akhir-akhir ini. Harry bahkan hampir tidak pernah melihat pria itu, kecuali dari pemandangan ketika Draco memasuki mobilnya di teras bawah yang kelihatan dari jendela lantai dua tempat Harry dikurung.

Dan seperti biasanya, pria itu tampak marah. Harry mengerutkan alisnya, kenapa pria itu tidak pernah sedikitpun tampak ceria dan tersenyum? Kalaupun tersenyum, senyumnya hanyalah senyum jahat dan sinis.

Apakah pria itu tidak pernah merasakan bahagia sedikitpun di dalam hatinya?

Tanpa basa-basi, Draco melempar jasnya ke kursi dan melonggarkan dasinya, lalu menatap Harry tajam.

"Apa yang kau katakan kepada Istri Cedric?"

Harry langsung mengkerut takut. Oliver mungkin telah menyampaikan permintaan tolongnya kepada Cedric, dan Cedric mengatakannya kepada Draco.

Ketika rasa ketakutan menggelayutinya, Harry langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengembalikan keberaniannya. Diingatnya wajah James dan Lily yang bahagia, lalu tergantikan dengan wajah pucat mereka yang terbaring di peti mati. Kebencian dan kemarahan adalah senjatanya untuk menghadapi Draco.

Sleep With Mr Malfoy | Drarry ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang