Hari pertamanya dalam kebebasan dan Harry luar biasa menikmatinya. Rumah mungil yang dikontraknya masih tertata rapi seolah-olah tidak pernah ditinggalkan sebelumnya. Mungkinkah Draco mengirimkan orang-orangnya untuk membersihkan rumah ini? Harry menggelengkan kepalanya dan mencoba menghapus bayangan Draco dari pikirannya. Dia harus melupakan pria itu dan melangkah maju.
Pagi itu yang dilakukan oleh Harry pertama kali adalah memeriksa kulkasnya dan mengerutkan kening ketika menemukan kulkasnya penuh bahan makanan. Ini pasti pekerjaan pria itu, gumam Harry, menolak menyebut nama Draco demi usahanya melupakannya. Tetapi Harry tidak mau membiarkan gangguan ini merusak hari pertama kebebasannya.
Diambilnya sayuran, daging sapi, dan telur. Lalu dia membuat tumis daging dengan sayuran dan telur yang berbau harum, setelah menuang masakan harum itu dari wajan, Harry menuang teh hangat yang sudah diseduhnya tadi pagi ke cangkir berwarna putih, dan meletakkan semuanya di meja. Sambil menyantap makanannya, Harry menyalakan komputernya. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencari pekerjaan, karena Harry harus bertahan hidup. Seperti semula.
Seingat Harry, dirinya masih punya tabungan di rekeningnya, tidak banyak memang hanya cukup untuk bertahan hidup selama satu sampai dengan dua bulan setelah dikurangi pembayaran kontrak rumah kecil ini secara bulanan. Setelah itu Harry harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri sekaligus membayar tempat tinggalnya, kalau Harry tidak bisa melakukannya, dia akan menjadi gelandangan. Jadi, waktunya untuk mencari pekerjaan sangatlah sempit.
Oh, ya, hal kedua yang harus dilakukannya adalah mengambil uang tabungannya, mungkin nanti siang dia akan ke bank. Harry menghirup tehnya yang terasa harum dan meneguknya dengan tegukan panas yang nikmat. Lalu mulai menyantap sarapannya sambil membuka situs pencari pekerjaan di komputernya.
Lowongan kerja ... lowongan kerja yang cepat dan sesuai kualifikasinya ... mata Harry bergerak cepat dan mencatat beberapa perkerjaan yang sesuai. Dia mengirimkan email surat lamaran ke beberapa perusahaan tersebut sambil menghabiskan sarapannya.
Ketika Harry selesai melakukan kegiatannya, waktu sudah hampir jam dua belas siang. Harry teringat bahwa dia harus ke Bank, dengan bergegas Harry mengambil tas kecilnya dan hendak keluar rumah ketika ada yang mengetuk pintunya.
Seketika Harry waspada. Dia tidak pernah punya teman sebelumnya. Jadi, itu tidaklah mungkin teman yang bertamu. Lagipula, dalam penyamarannya waktu itu karena berencana membalas dendam kepada Draco, tidak banyak yang tahu kalau Harry tinggal di rumah mungil ini.
Apakah itu musuh Draco yang ingin mencelakainya? Harry bergidik ngeri. Kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha menenangkan diri. Tidak, musuh Draco pasti sudah mengurus masalah itu sebelum memutuskan melepaskan Harry. Jadi, siapa yang sedang mengetuk pintunya saat ini?
Dengan hati-hati Harry mengintip melalui jendela sebelah dan menemukan seorang pria dengan setelan jas mahal dan resmi berdiri di depan pintunya. Dari penampilannya, tampaknya pria itu pria baik-baik. Tetapi penampilan bisa menipu bukan? Harry masih tidak bisa percaya bahwa Dokter Theo yang begitu baik dan selalu tersenyum itu ternyata adalah psikopat berjiwa kejam.
Harry meraih pisau dapur dan membuka pintu dengan hati-hati, membiarkan rantai tetap menahan pintu itu.
"Siapa?" Harry menatap pria dalam balutan jas rapi itu sambil mengerutkan keningnya.
"Selamat siang, Anda tuan Harry? Aku Goyle, pengacara yang dikirim kemari."
Pengacara?
"Pengacara untuk apa? Aku tidak berkaitan dengan masalah hukum apapun," Harry masih mengintip dari pintu, belum mau membukanya, menatap Goyle dengan curiga.
"Aku dikirim untuk menyerahkan dokumen-dokumen kepadamu," Goyle tampak berdehem memikirkan sesuatu, "kau mungkin tidak mengenalku, tapi aku teman Cedric dan Oliver."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With Mr Malfoy | Drarry ✔️
Fiksi PenggemarREMAKE STORY FROM SANTHYAGATHA --- Ketika bisnis orang tuanya jatuh, Harry terpaksa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana orang-orang yang dicintainya satu persatu hancur. ibunya terpuruk dalam rasa malu dan kecewa lalu meninggal karena d...