Draco membaringkan Harry ke atas ranjang. Jemarinya menyusup ke balik celana Harry dan langsung menyentuh pusatnya. Sentuhan itu membakar sekaligus menyejukkan dan Harry langsung mengangkat tubuhnya penuh gairah. Draco menundukkan kepalanya, mengecup leher dan pundak Harry sambil menurunkan kemejanya, menikmati betapa Harry menyerah kepada gairahnya.
“Ah ... sayangku, kau begitu indah,” Draco menangkup dada Harry di telapaknya, merasakan dan menikmati. Lalu bibir panasnya turun dan menangkup pucuknya, melumatnya penuh gairah, membuat Harry hampir menjerit karena siksaan kenikmatan yang berbaur menjadi satu.
Pria itu menurunkan celana Harry dan mulai menyentuhnya, dimana-mana, meninggalkan gelenyar panas yang membakarnya. Jemari Draco menyentuh pusatnya dan Harry merasakan dorongan yang amat sangat untuk memohon agar Draco mau memasukinya.
Dan Draco sudah siap, pria itu terasa begitu keras dan panas di bawah sana. Harry mendesak-desakkan tubuhnya dengan frustrasi, permohonan tanpa kata.
“Tenang, sayangku,” Draco mulai terengah, menahan pinggul Harry yang bergairah di bawahnya, “Aku akan meuaskanmu sebentar lagi.”
Draco menyentuhkan dirinya, dan langsung menggertakkan giginya, melawan dorongan kuat untuk memasuki Harry dengan kasar. Harry sudah sangat siap menerimanya, tetapi Draco bertekad memperlakukannya dengan lembut, memberikan tubuhnya untuk kenikmatan Harry.
Ketika kehangatan Draco merasukinya, tenggelam dalam tubuhnya yang panas dan basah, Harry mengerang dan memejamkan mata. Oh, astaga! Rasanya begitu tepat, kenikmatan ini, kedekatan ini yang telah dia sangkal selama ini. Rasanya luar biasa tepatnya!
Mereka bergerak dalam alunan gairah yang keras, berusaha memuaskan gejolaknya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya tubuh Harry terasa melayang, mencapai puncak kenikmatannya didorong oleh rasa klimaks yang begitu dalam. Ketika mendengar erangan, Draco mengikutinya. Menyerah dalam orgasme bersamanya.
***
Ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Harry menyadari pagi itu, mengingat senyum lembut Draco ketika Harry terbirit-birit kembali ke kamarnya ketika hari hampir menjelang pagi. Terutama perasaan Harry ke Draco, ada yang berubah.
Ternyata selama ini dia juga frustrasi oleh gairah yang tertahan, sama seperti yang dirasakan Draco. Dan ketika semalaman mereka saling memuaskan gairah masing-masing, pagi ini perasaannya luar biasa bahagia. Harry bahkan merasa ingin bersenandung.
Pagi ini, karena Draco biasanya sudah berangkat bekerja jam-jam segini. Harry memutuskan untuk mengisi waktunya dengan menjelajah seluruh isi rumah. Dia memutuskan untuk menjelajahi area sayap kanan rumah yang besar itu. Tanpa ditemani siapapun, Harry menyusuri lorong-lorong, ruangan demi ruangan, sampai akhirnya tiba di ujung lorong, dengan dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, memantulkan cahaya matahari ke seluruh lorong dan pemandangan yang luar biasa indahnya di balik kaca. Pemandangan kebun mawar berwarna merah tua yang merambat dan memenuhi taman kecil di sana.
Harry terpesona hingga hampir sesak napas. Dia berdiri cukup lama di depan taman itu, lalu kemudian mengerutkan keningnya ketika menyadari, bahwa sayap kanan rumah ini, meskipun tampak bersih dan terawat, tampaknya hampir tidak pernah digunakan.
Harry menoleh ke kiri, dan menemukan sebuah pintu besar berwarna keemasan, dengan penuh rasa ingin tahu dia membuka handle pintu itu. Sepertinya susah dan macet, tetapi kemudian setelah Harry mencoba beberapa kali, pintu itu terbuka dengan mudahnya, dengan suara berderit karena engsel yang sudah lama tidak diminyaki.
Ruangan itu temaram, karena jendela kamarnya tertutup rapat oleh gorden, baunya pengap seperti sudah lama tidak dimasuki. Harry meraba-raba dinding dan menemukan saklar di kamar itu, ditekannya saklar kamar itu, dan cahaya kekuningan yang lembut langsung menyinari seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With Mr Malfoy | Drarry ✔️
FanficREMAKE STORY FROM SANTHYAGATHA --- Ketika bisnis orang tuanya jatuh, Harry terpaksa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana orang-orang yang dicintainya satu persatu hancur. ibunya terpuruk dalam rasa malu dan kecewa lalu meninggal karena d...