chapter 1

3.9K 134 4
                                    

"Nazanin Tabina, kamu ikut ke kantor dengan bapa ya sekarang!"
Perintah guru bahasa Indonesia yang baru saja selesai menyampaikan materi hari ini dikelasnya.
"Baik pak!" Jawab gadis SMA yang biasa dipanggil Anin itu.
Kemudian Anin mengikuti langkah pak Hasan dari belakang menuju ke kantor guru yang pak Hasan maksud tadi.

Di dalam ruangan itu, bukan hanya ada pak Hasan dan Anin disana, tapi ada beberapa guru lainnya juga. Seperti Bu Iis sebagai wali kelas, Bu Reni guru seni dan pa Zaki sebagai kepala sekolah. Mereka duduk di kursi tamu yang di sediakan di kantor sekolah. Dengan gugup dan hati-hati Anin duduk di antara guru-guru tersebut setelah dipersilahkan oleh pa Hasan.

"Jadi gini Anin, bapa panggil kamu karena ada satu permintaan kami yang perlu persetujuan kamu" ucap pa Hasan yang membuat degup dalam dada Anin semakin kencang. Anin bahkan sudah berfikir bahwa ia melakukan kesalahan sehingga dipanggil kesini. Tapi apa salahku ya sampai aku dipanggil gini?
Ucapnya dalam hati.

"Jadi Kemarin, kita dihubungi oleh perusahan milik pak Aro yang namanya PT Aroma jayasentosa, beliau akan mengadakan event besar yang salah satu pengisi acara musiknya dari sekolah kita. Dan dari hasil diskusi kami para guru, kami memutuskan untuk membawa kamu tampil di sana. Melihat dari bakat bernyanyimu yang sudah terlatih, kami percaya bahwa kamu layak ada di panggung besar itu" penjelasan dari pak Zaki yang membuat Anin sangat tertegun, tidak percaya. Bahwa selama ini sekolah mengetahui bakat yang ia sembunyikan itu.

Meskipun Anin sudah terbiasa bernyanyi di kafe-kafe setiap malam bersama Abi atau omnya, tapi ia rasa ia belum cukup siap untuk bernyanyi di atas panggung besar yang pak Zaki maksud.

"Eumm, terimakasih pak sudah mempercayai saya, tapi saya rasa ada suara yang lebih indah yang pantas bernyanyi disana pak" Tolak Anin secara lembut, kalimatnya seperti menyarankan padahal dalam kelembutan tutur katanya ia berusaha menolak. Anin benar-benar merasa akan sangat malu dan tidak percaya diri untuk berada di sana.

"Ibu yakin, Anin bisa karena ibu tau Anin itu hebat! Makanya kita memilih Anin untuk berada di panggung itu"

Itu suara Bu Iis yang sangat lembut dan berusaha meyakinkan Anin lewat ucapan dan tatapan matanya. Jika sudah Bu Iis yang bicara, Anin tidak bisa menolak. Bu Iis sudah seperti ibunya sendiri saat di sekolah, mungkin karena ia adalah seorang wali kelas dikelas Anin dan sangat dekat dengan anak anak kelas 12.

"Eumm, baik Bu, pak. Kalo begitu saya usahakan akan melakukan yang terbaik. Terimakasih ya pak, Bu sudah mempercayai saya"
Akhirnya Anin menerima dengan senang hati, ia yakin jika banyak dukungan dari para gurunya dia akan lebih percaya diri nantinya.

"Oke, Anin besok pagi langsung berangkat ke PT Aroma Jayasentosa ditemani Bu Iis dan pa Zaki ya. Kamu mulai latihan dan ceksound disana. Untuk performnya mulai jam 19.00 ya"
Jelas Pa Hasan yang kalimatnya selalu mudah dimengerti oleh Anin.

Bagi Anin, bernyanyi di depan banyak orang sudah menjadi hal biasa. Sudah menjadi aktivitas rutinnya di setiap hari Sabtu dan minggunya. Anin terbiasa dipanggil oleh beberapa kafe untuk mempersembahkan lagu di sana. Di usianya yang baru 17 ini, Anin sudah tergolong anak yang hebat. Yang bisa membanggakan orang tua dengan kemandiriannya.

Salah satu alasan Anin ingin bekerja dan berpenghasilan sendiri itu karena ia adalah seorang anak perempuan pertama yang punya 2 adik. Adik pertamanya bernama Nadya seorang perempuan yang masih duduk dikelas 3 SMP dan adik keduanya Nasywa yang baru duduk di sekolah TK. Ia merasa bertanggung jawab atas 2 adiknya itu, meskipun ayahnya sendiri juga punya usaha. Tapi penghasilan ayahnya sekarang tidak sebesar penghasilan ayahnya dulu, yang profesinya harus direlakan demi menemani putri pertamanya di perantauan.

Ya, Anin dan keluarganya berasal dari Aceh. Namun sekarang pindah ke Jakarta. Tidak lain dan tidak bukan karena Anin ingin berkarya dan Jakarta lah yang mudah mengembangkan karyanya. Awalnya, Anin ingin memberanikan diri untuk tinggal sendiri di Jakarta tapi orang tuanya melarang itu, Anin boleh tinggal di Jakarta tapi dengan keluarganya.

Meskipun Anin sudah berusaha meyakinkan ayah dan ibunya tapi tetap saja mereka tidak rela melepas anak perempuannya itu tinggal sendiri jauh dari keluarganya. Dan jalan satu-satunya adalah, ayahnya resign dari kepolisian. Karena dulu profesi ayahnya adalah seorang polisi.

Keputusan yang sangat berat pastinya, tapi bagi seorang ayah mendampingi anak perempuannya lebih utama dibanding apapun. Anin sangat bersyukur, bisa berada dalam keluarga yang penuh kehangatan, kasih sayang dan full support. itu alasan Anin ingin terus berjuang dan berusaha untuk tidak terlalu merepotkan orang tuanya saat di Jakarta.

Satu persatu jalan sudah Tuhan buka untuk Anin, termasuk terpilihnya Anin untuk mengisi salah satu acara musik di perusahaan besar itu.
Alhamdulillah.

°°°

Assalamualaikum guyss👋🏻
Salam kenal ya denganku dan cerita fiksiku. Aku membuat cerita ini karena terinspirasi dari Nabila Taqiyyah sebagai Runner up Indonesian idol 12 dan Nyoman Paul top 4 Indonesian idol 12 juga. Menurutku cerita mereka sangat sangat menginspirasi dan membuat aku tertarik untuk membuat cerita ini.

Tapi ini hanya cerita fiksi ya guys.

Semoga kalian bisa menikmati karyaku. Dukung aku terus ya, terimakasih banyak sudah membaca ceritaku 🤗

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang