Chapter 2

1.3K 105 5
                                    

"Permisi pak"
Ucap seorang wanita yang usianya tidak lagi muda tapi juga belum terlalu tua. Bisa diperkirakan baru berusia 30 tahun.

"Iya, masuk. Ada apa ya?"
Tanya lelaki berjas coklat yang sedang duduk di kursinya dan fokusnya pada leptop tidak sama sekali teralihkan.

"Barusan Pak Aro telpon saya pak, beliau memberikan perintah pada saya,  agar menyampaikan kepada Bapak untuk turun ke lobi menyambut salah satu pengisi acara musik malam ini"
Jelas  wanita itu dengan sopan santun yang amat terjaga.

"Baik, saya kesana 5 menit lagi"
Ucap lelaki itu. Lelaki yang sangat mudah memutuskan segala sesuatu. Dan dia tidak pernah melenceng dengan keputusannya itu.

"Baik pak, oh iya Pak Avan maaf ini berkas semalam yang sudah saya persiapkan" wanita itu menyodorkan sebuah map yang sudah dipastikan isinya sangat penting.

"kalo gitu, saya pamit ya pak" ucapnya lagi setelah map itu sampai pada tangan lelaki yang masih tetap saja berkutat di depan laptopnya.

"Iya iya. Terimakasih Bu Ririn" ucapnya tidak kalah sopan dengan wanita yang tadi ia panggil ibu itu.

Lelaki pekerja keras, yang belum juga menyelesaikan skripsinya itu bernama  Narendra Pravan Fabiantaro yang biasa dipanggil Avan agar lebih mudah untuk dikenal.

Dia seorang putra dari pemilik perusahan Aroma Jayasentosa. Namun meski begitu dia tidak ditempatkan diposisi direktur, karena usianya yang masih terbilang muda dan kuliahnya yang juga belum selesai.

Tapi pemikirannya yang cerdas, kegigihannya dalam bekerja, kesopanannya dalam berinteraksi dan tentunya dia sangat mudah berkomunikasi, itu semua membuatnya berada di posisi manager yang juga tidak kalah tinggi pangkatnya.

Meskipun Ia seorang anak pemilik perusahaan tapi status itu tidak sama sekali membuat Avan bebas berbuat seenaknya saat di kantor. Ia tetap mengikuti peraturan yang ada dan tentunya tetap menjaga kesopanannya. Salah satunya itu tadi, dia memanggil Ririn sebagai sekretarisnya itu dengan sebutan ibu. Meski pangkat Ririn dibawahnya tapi usia Ririn tetap diatasnya. Sehingga wajib baginya untuk menghormati itu.

Bukan tanpa alasan jika banyak pegawai wanita yang mengaguminya. Namun bagi Avan, soal cinta bukan hal yang sedang ia pikirkan untuk saat ini. Iia merasa dirinya harus lebih fokus pada penyelesaian skripsi dan pekerjaannya di kantor. Ia tidak ingin mengambil keputusan dengan cepat kalo soal cinta. Tentunya ada alasan dibalik itu semua.

°°°

Avan keluar dari lift menuju lobi utama kantor, ia berjalan sambil merapihkan jasnya. Kemudian, Ririn sekertarisnya  itu mengarahkan Avan pada tamu pengisi acara musik malam nanti.

"Selamat pagi pak" ucap Avan seraya mengulurkan tangannya untuk menyalami satu persatu tamunya.

"Pagi juga pak Avan, senang sekali bisa bertemu kembali"
Jawab pak Zaki sebagai kepala sekolah SMA pelita bangsa, yaitu sekolah yang Anin tempati saat ini.

Obrolan demi obrolan singkat mereka lalui. Namun perlu kalian tau, bahwa dari awal melihat Avan, Anin merasa aneh. Aneh kenapa bisa lelaki semuda Avan sudah berada di posisi Manager. Rasanya Anin tidak percaya tapi itu tetap kenyataannya kan. Anin memperhatikan begitu dewasa cara bicara Avan, begitu sopan tutur katanya.

Pantas, dia ini sudah jadi manager.
Batin Anin.

"Bu Ririn, tolong dampingi saya di atas ya"

Perintah Avan pada sekretarisnya. Anin yang mendengar Avan memanggil sebutan 'Bu' pada asistennya itu tentu sangat terkejut. Ternyata Avan tidak seperti manager-manager lain yang suka menyuruh bawahan seenaknya tanpa menghormati nya. Pikir Anin.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang