Chapter 8

826 99 1
                                    

Membahagiakan orang tua adalah kewajiban setiap anak, terutama membahagiakan seorang ibu. Karena doanya lah kita bisa melangkah sejauh ini. Begitupun bagi Avan, 2 hari weekend nya ia pergunakan untuk quality time bersama ibu dan Kaka perempuannya.

Rasanya ingin setiap hari menatap wajah ibu, itulah yang sedang Avan rasakan sekarang. Namun tuntutan pekerjaan dan pendidikan yang harus menjadi pertimbangan. Jika ditanya masih ingin di Bali atau segera ke Jakarta, tentunya Avan lebih memilih Bali karena ada ibu dan Kaka perempuannya. Tapi sayangnya, malam ini adalah malam terakhir Avan di Bali sebelum akhirnya besok pagi harus kembali ke Jakarta.

Kesempatan ini tentunya tidak disia siakan sama sekali oleh Avan. Ia mengajak ibu dan Kaka perempuannya menghabiskan waktu diluar rumah. Seperti makan bersama dan membeli sesuatu yang sedang dibutuhkan.

"Enak banget ya malam ini ditraktir bos."

Goda perempuan cantik yang duduk disamping ibunya.

"Apasih ka Ina ini" jawab Avan Acuh.

Selama perjalanan, kaka perempuan Avan selalu menggodanya. Ia merasa merindukan sosok adik laki-lakinya itu.

Ibunya hanya bisa terkekeh melihat kedua anaknya bercengkrama dengan begitu hangat. Keduanya selalu berhasil membahagiakan ibunya. Kedua anaknya tumbuh menjadi putra putri yang hebat dengan kesuksesannya masing-masing.

"Mah, mamah mau beli apa lagi?"

Bisik Avan kepada ibu yang sejak tadi tangannya selalu dingenggam olehnya.

"Sudahlah lah, mamah sudah kenyang. Sudah beli kebutuhan juga, mending sekarang kita pulang terus Avan istirahat. Soalnya besok mau flight pagi sekali kan" jelas ibunya kepada putra bungsunya itu.

Avan memang sudah merencanakan penerbangan di pagi hari karena besok dia harus segera beraktivitas dan menyelesaikan kegiatannya.

Avan dan ka Ina menyetujui saran dari ibunya. Mereka bersiap untuk kembali kerumah.

Ditengah langkahnya, Avan mengingat sesuatu yang membuatnya harus kembali memasuki toko oleh-oleh khas Bali yang di dalamnya dilengkapi bahan dapur, aneka makanan dan sejenisnya.

Karena Avan tidak tega jika ibunya harus menunggu lama di depan toko, jadi Avan menyuruh ibu dan kakanya untuk menunggu di mobil saja.

Avan berbelanja dan menghabiskan waktu hampir setengah jam. Ia kembali ke mobil dengan membawa 2 kantong plastik besar.

"Banyak sekali nak, untuk apa?"

Tanya ibunya penasaran melihat anak lelakinya berbelanja sebanyak itu yang isinya kebanyakan bahan dapur dan makanan. Ibunya merasa heran, karena putranya bertingkah berbeda untuk kali ini.

"Untuk kebutuhan dan oleh-oleh di sana mah" jawabnya santai.

"Wahh, tumben banget beli sebanyak itu. Kaka sih curiga ya"
ujar ka Ina menyelidiki apa yang disembunyikan adiknya itu.

Tapi kenyataanya memang Avan sangat aneh. Biasanya setiap pulang dari Bali dia tidak membawa oleh-oleh apapun, apalagi kebutuhan dapur. Biasanya Ia lebih memilih berbelanja di supermarket yang ada di Jakarta dan itupun jarang sekali. Avan lebih sering membeli masakan diluar dibanding memasaknya sendiri.

"Curigaan terus, harusnya bangga nih adiknya mau berbagi kebanyak orang" ucapnya dengan nada jumawa.

"Sepertinya mamah paham nak."

Avan sedikit kaget mendengarnya, namun ia hanya membalas ucapan ibunya dengan senyuman.
Ibu mana yang tidak paham perbedaan yang dialami setiap anaknya.

Seorang ibu, instingnya kuat dan pengalamannya juga pasti banyak. Melihat anak lelakinya berbelanja makanan khas Bali dan beberapa coklat di dalamnya membuat ibunya berfikir bahwa anak lelakinya pasti hendak memberikan oleh-oleh itu terhadap seseorang yang tidak biasa baginya.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang