Chapter 21

781 94 7
                                    

Ketukan pintu di pagi hari ini membuat Anin beranjak dari tempat tidur dan membuka sedikit gorden kamarnya, untuk melihat ke bawah siapa yang berada di luar sana.

Ia menyipitkan matanya, memastikan dengan jelas siapa yang datang kerumahnya. Awalnya tidak ada keinginan sedikitpun untuk keluar dari kamarnya karena ini hari libur dan harinya beristirahat dari lelahnya pekerjaan satu minggu yang padat ini.

Terbang ke tiga kota yang berbeda tentunya membuat tubuhnya cukup pegal karena lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kendaraan.

Tapi waktu istirahat ini ia urungkan karena hatinya bahagia dan ia melupakan rasa lelahnya.

"Ummaa, biar Kaka ajah yang buka pintu. Umma santai aja sama Abi di belakang"

Cegahnya sedikit berlari menuruni tangga. Ummanya mengangguk kemudian memutar tubuhnya dan kembali ke belakang rumah sesuai permintaan putrinya.
Ibunya paham, pasti Anin sudah melihat siapa yang datang dari jendela kamarnya yang ada di lantai dua.

Sebelum memutar handle pintu, Anin mengatur nafas dan juga ekspresinya agar tidak terlihat terlalu bahagia dan terlihat cuek seperti biasanya.

"Selamat pagi, cantikk" ucap seseorang setelah pintu terbuka dan menampilkan Anin yang masih memakai piyama dengan hijab pashmina yang dikenakan.

"Pagi" ucapnya tersenyum tipis.

"Silakan masuk ka."

Dirinya mempersilahkan lelaki itu masuk, lelaki yang datang membawa satu gelas matcha dan satu bungkus brownis coklat yang kini diletakan diatas meja ruang tamu rumah Anin. Avan sudah hafal minuman kesukaan juga makanannya untuk gadis itu.

Satu Minggu tidak datang ke rumah ini ternyata berhasil membuat lelaki itu merasakan rindu kehangatannya. Tapi sepertinya pagi ini suasananya sedang sepi.

"Aku kira ka Avan lupa sama alamat rumahku atau bahkan lupa sama nomor teleponku."

Gerutu Anin seraya menyuguhkan segelas lemon dan air putih pada lelaki yang kini menatapnya dengan senyuman yang terlihat jelas terukir di wajahnya.

Kenapa lemon? Karena terakhir bertemu saat makan di restaurant bersamanya, Avan memesan lemon karena katanya sedang diet dan harus memperbanyak meminum lemon.

"Saya ga bakalan lupakan kamu nin" jawabnya tenang. Tanpa dijelaskan pun Avan sudah paham maksud dari ucapan gadis itu.

"Haha emang bisa dipercaya?"

Ketus Anin, rupanya gadis ini masih sedikit kecewa pada lelaki yang lama sekali tidak ada kabarnya. Satu Minggu tidak mengabari apakah termasuk lama? Namanya juga lagi dekat-dekatnya pasti itu termasuk jangka waktu yang lama kan.

Anin sudah benar-benar memilih pertanyaan yang tidak terlalu membuatnya terlihat kecewa ataupun marah karena tidak dikabari. Tapi Avan adalah lelaki yang cukup peka terhadap setiap ucapan seseorang. Termasuk pertanyaan Anin tadi.

"Nin, setiap saya mau ngabarin kamu saya pikir kamu udh istirahat karena waktunya selalu larut malam" jelasnya pada Anin yang kini duduk di sampingnya dengan handphone yang sedang menjadi perhatiannya. Seolah tidak mendengar Avan berbicara.

Avan tidak akan marah, justru ia merasa sangat senang saat mendapati Anin yang kecewa karena tidak mendapat kabar darinya selama satu Minggu ini.

"Saya kerja dan selalu selesai malam selama satu Minggu ini, setiap malam saya mau ngabarin kamu. Tapi saya ga akan ganggu waktu istirahat kamu. Apalagi kamu juga habis perform lanjut flight setiap paginya. Jadi saya kasih ruang buat kamu istirahat yang cukup"

Avan tidak mengerti, bagaimana kacaunya mood Anin saat berharap ada pesan darinya tapi nyatanya tidak ada satu hurufpun. Avan tidak paham bagaimana kehilangan semangat saat berharap diberikan pesan yang menyemangati tapi nyatanya tidak ada sama sekali.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang