Chapter 9

833 111 3
                                    

"Selamat pagi om!"

Ucap seorang lelaki yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan rumah yang penuh dengan tanaman bunga.

"Pagi"

Jawab lelaki paruh baya yang masih memposisikan selangnya agar terlihat rapih.

"Ehh nak Avan."

Tambahnya lagi setelah menoleh dan menyadari siapa yang menyapanya tadi.

"Om Fahri emang rajin banget ya."

Puji Avan yang bagus saja menyaksikan ayahnya Anin menyiram semua tanaman bunga yang ada dihalamannya.

"Anggap saja kewajiban nak."

Ayahnya Anin membalas pujian Avan dengan terkekeh dan humor yang ia miliki.

Avan juga tentu saja ikut tertawa saat mendengarnya, rupanya ayahnya Anin juga memiliki selera humor yang cukup bagus.

"Nak Avan pagi-pagi begini udah siap, pasti mau ngantor ya"

Tebak om Fahri pada Avan yang sudah terlihat rapih, meskipun hanya menggunakan kemeja dengan lengan tergulung dan celana bahan.

"Ngga om, hari ini ada bimbingan sama dosen jadi kayanya ga masuk kantor dulu." Jawab Avan seadanya.

"Wahh, pokonya om tunggu sidangnya yaa" ujar Om Fahri seraya menepuk pelan pundak Avan.

"Abiiii, kata umma. ."

Perempuan yang muncul dari dalam rumah itu terlihat sedikit terkejut melihat pemandangan yang ada di depan rumahnya sehingga ucapannya sempat terpotong.

"Kata umma ayo masuk, sarapannya sudah siap"

Lanjutnya lagi dengan senyuman tipis yang ia berikan untuk lelaki yang ada di hadapan ayahnya.

"Nak Avan sudah sarapan?"
Bukannya menjawab ajakan Anin, om Fahri justru malah bertanya pada Avan.

"Belum om, ini sekalian kekampus mau cari makan juga diluar."

Memang benar, Avan jarang sekali memasak di apartemennya, Ia lebih memilih mencari makanan diluar. Sama halnya seperti pagi ini.

"Ga usah makan diluar, hari ini kita sarapan bareng dan kamu harus mau!"

Kalimat yang om Fahri lontarkan penuh penekanan. Sehingga tidak ada celah untuk menolaknya.

"Baik om" jawab Avan singkat dan sangat bersemangat tentunya.

Namun sebelum Avan masuk ke dalam rumah Anin, ia kembali ke mobil terlebih dahulu dan kembali membawa dua plastik besar ditangannya.

Ia masuk mengikuti langkah Om Fahri yang sudah terlebih dahulu didepannya.

"Eh, nak Avan. Apa kabar?" Tanya ibunya Anin yang baru menyadari akan kehadiran Avan.

"Baik tante" jawab Avan menyalami tangan tante Neli dengan hormat.

"Oh iya tante, ini Avan bawa sedikit oleh-oleh khas Bali. Karena kemaren Avan habis pulang" jelasnya seraya menyodorkan dua plastik dari tangannya.

"Wahh, MasyaaAllah. Banyak sekali ini nak" heran Tante Neli melihat isi dari plastik tersebut. Benar adanya, dua plastik besar yang berisikan penuh sekali. Tidak heran karena setiap yang melihatnya pasti mengatakan bahwa itu 'banyak.'

"Ga papa Tante, itu ada makanan dan bahan masakan khas Bali juga" Avan kembali menjelaskan.

"Terimakasih banyak ya Nak. Teruslah menjadi orang baik pokonya"

Tante Neli, ibunya Anin. Menatap Avan seperti tatapan ibu pada putranya yang bangga dan kagum. Sehingga Avan bisa merasakan kehangatan di dalam keluarga ini.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang