Chapter 17

821 104 0
                                    

"Baik, untuk bulan ini kita harus fokus perbanyak mempromosikan event peresmian logo secara efisien lewat channel marketing. Terutama pada bagian acara musik"

"Maaf pak, kenapa acara musik sangat di prioritaskan?"

Tanya seorang rekan dari divisi marketing comunication yang ikut serta dalam meeting pagi ini.

"Agar publik lebih mengenal pengisi acara bermusik yang tentunya memiliki kualitas yg bagus. Dan hal itu akan membawa keuntungan di semua pihak. Di perusahaan kita tentunya yang menjadi wajah utama, dan pada setiap pengisi acara bermusik untuk lebih dikenal dunia nantinya"

Jelas Avan yang diikuti riuh tepuk tangan dari setiap petinggi perusahaan yang hadir dalam meeting kali ini.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa skill public speaking yang dimiliki Avan sangat bagus dan terus berkembang. Lelaki itu memang berjiwa kepemimpinan dan bijaksana dalam menanggapi hal apapun.

Ditengah orang-orang yang serius mengikuti meeting kali ini, ada satu orang yang sedari tadi tersenyum dan sesekali menundukkan wajahnya agar senyuman jahilnya itu tidak diketahui oleh sang manager sekaligus sahabatnya juga. setelah mendengar Avan menjelaskan suatu tujuan yang sedang menjadi target nya kali ini, pikirannya sudah bisa menebak kemana arah pikiran Avan saat ini.

"Meeting kali ini cukup sampai disini, saya harap kita semua bisa bekerja sama dengan profesional dan lebih baik lagi" tutupnya.

Meeting pagi ini berjalan lancar sesuai rencana yang ia pikirkan hampir semalaman tadi. Bahkan tidurnya pun tidak cukup nyenyak karena sesuatu mengganggu pikirannya. Tapi semua itu terbayar dengan kelancaran meeting pagi ini. Ide dan arahannya diterima dengan sangat baik oleh setiap rekan perwakilan dari setiap divisi.

Lelaki itu keluar dari ruangan meeting dan kembali ke ruangannya. Merehatkan sejenak pikirannya, menyandarkan punggungnya pada kursi setelah menghabiskan hampir setengah jam berdiri untuk mempresentasikan targetnya.

Ia memijat pelipisnya yang terasa sedikit pening karena malam tadi tidak mendapatkan tidur yang cukup ditambah lagi pagi tadi ia tidak sempat sarapan karena terburu-buru akan mengadakan meeting.

"Masukk!" Teriaknya menjawab ketukan pintu dari arah luar ruangannya.

Seseorang masuk menampilkan senyuman khas yang dimiliki.

"Bro, pusing banget kayanya"

Ucap Riyan setelah melihat keadaan Avan yang pucat dan lemas.

"Sedikit" jawab Avan singkat.

"Pasti elu belum sarapan ya"

Tebak Riyan memicingkan matanya.
Avan hanya bisa mengangguk mengiyakan tanpa ada energi untuk membalas pertanyaan Riyan tadi.

Tanpa berpikir panjang, Riyan berjalan ke arah meja kerja Avan dan menarik telephone yang ada di sana.

"Mba, nasi setengah plus ceplok telur satu. Jangan lupa air mineralnya. Tolong segera diantar ke ruangan pak Pravan ya sekarang!" Perintahnya pada seseorang di seberang sana melalui saluran telphone.

Riyan sudah hafal, makanan apa yang menjadi favorit sahabatnya itu. Avan memang lebih sering mementingkan urusan pekerjaan, dan orang lain dibandingkan memikirkan dirinya sendiri.

Tapi beruntungnya dia memiliki sahabat seperti Riyan yang meskipun cuek tapi selalu memperhatikan.

Makanan yang dipesan akhirnya datang dengan cepat, dan langsung di sugukan di depan Avan tepatnya di atas mejanya.

"Tuh makan dulu, kebiasaan lu telat makan terus setiap ada meeting"
Ucap Riyan sedikit kesal.

"Thanks bro"

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang