Chapter 33

934 111 10
                                    

Haloo cintahhhh
Apa kabar kalian?
Maap ya baru bisa update. Terimakasih loh kalian yang masih mau menyempatkan membaca cerita aku.
Semoga aku lanjut terus ceritanya sampai akhir ya. Kalian mau liat akhirnya Avan sama Anin gimna kan?

Nah klo gitu jangan lupa vote and commentnya nya donggg. Biar kulanjut terusss okey?

Udah ah,
Happy reading. .



°°°

Waktu memang selalu berjalan begitu cepat bahkan terkadang tak terasa banyaknya waktu yg kita tempuh dan moment yg sudah menjadi memory indah. Awal yang tidak pernah disangka ternyata bertahan lama bahkan sudah satu tahun kedekatan 2 insan yang tanpa status tapi menjaga perasaan satu sama lain.

Ada yang mengatakan bahwa
'Basic cinta paling indah adalah jatuh cinta kepada orang yang paham kalo dia sedang di cintai'. Mungkin tulisan itu relate dengan Avan dan Anin. Keduanya saling mencintai, saling menjaga perasaan meskipun tanpa hubungan pacaran layaknya anak muda lainnya. Bukan Avan tidak mau memberi kepastian, tapi Avan tidak ingin saat kembali menjalani hubungan pacaran justru pada akhirnya malah asing. Apalagi mereka memiliki perbedaan yang berat sekali disatukan. Tapi dalam satu tahun ini keduanya masih menikmati kebersamaan.

Terkadang ada hari dimana seseorang tidak ingin melaluinya, tapi tetap harus dihadapi dan tidak bisa dihindari.
Seperti hari ini, setelah semalam Avan bertemu dengan ayahnya Anin dan membicarakan suatu hal penting. Membuatnya harus memutuskan sebuah keputusan besar hari ini. Bagi Avan, memutuskan keputusan ini tidak boleh melibatkan siapapun dan harus sesuai pikiran dan hatinya sendiri. Karena ini keputusan besar untuk seumur hidupnya.

Avan memilih untuk memutuskan komunikasi dengan siapapun, bahkan Anin yang selalu menjadi tempat untuknya pulang setiap kali ada masalah apapun. Tapi untuk permasalahan ini, sepertinya tidak bisa melibatkan Anin di dalamnya.
Avan menonaktifkan handphonenya dan melangkah pergi dari apartemennya.


°°°

Merasa ada yang kurang tentunya, saat seseorang yang dari pagi sampai malam tidak pernah berhenti mengabari karena kesepakatan keduanya untuk selalu saling berkomunikasi. Tapi hari ini berbeda, tidak ada nama Avan dalam setiap notifikasi pesan ataupun telepon yg masuk ke dalam ponselnya. Awalnya Anin kira pagi tadi Avan memang sibuk di kantor, jadi mungkin siang akan mengabarinya. Tapi sekarang bahkan sudah sore belum juga ada kabar. Anin mencoba menelpon nya tapi handphonenya tidak aktif dari sejak pagi tadi. Menanyakan pada Riyan sahabatnya tapi jawaban Riyan tetap

"nggak tau nin, dari pagi emang ga masuk kantor"

Menanyakan pada Salsa tetap jawaban 'tidak tau' yg ia terima, bahkan Anin menghubungi ibunya Avan untuk menanyakan apakah lelaki itu sedang pulang ke Bali atau tidak.

"Loh, Avan ga pulang ke Bali sayang. Knpa? Ngga ada kabar ya? Dasar ya Avan, nnti klo hpnya sudah aktif, mamah marahin karena bikin kmu khawatir"
Jawab ibunya Avan.

Anin kembali menghela nafas, tapi tetap tidak menyerah. Ia mengubungi Dimas meskipun jawabanya tetap sama.

Bahkan ia memberanikan diri mengecek Avan di apartemennya, barangkali Riyan berbohong. Tapi nyatanya benar, tidak ada orang di apartemen Avan. Anin juga masih berusaha datang kekantornya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Bu, ka Avan ada ngabarin ga pergi kemana nya?"
Tanya Anin pada sekretaris Avan.

"Ngga mba, pa Pravan ga ada laporan apapun ke kantor. Bahkan tadi meeting juga dihandle oleh pak Riyan"

Jawaban sekretarisnya tetap sama mengecewakannya dengan yg lain.

Kemana perginya lelaki itu?
Katanya komunikasi itu penting kan, katanya dirinya perioritas nya kan, tapi apa hari ini Avan berhenti memprioritaskan dirinya dengan cara memutus komunikasi. Tapi lelaki itu memutus komunikasi dengan semuanya bukan cuma hanya dirinya. Ada apa? Biasanya Avan yang tertutup dengan org lain tetap bisa terbuka dengannya.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang