Chapter 23

786 107 6
                                    

Wajah yang ditekuk, senyuman yang tak kunjung muncul dan mood yang tidak juga membaik. Berharap pada manusia memang salah. kebaikan apapun yang orang lain lakukan padamu, itu mungkin karena sifatnya bukan karena kamunya.

Tidak usah mengharapakan apapun lagi kali ini, karena dia nyaman oleh keluargamu bukan karena ada kamu. Batinnya.

Anin terus saja menyesali perasaannya yang mulai jatuh, harusnya ia tidak menganggap lebih dari teman. Lihat, tidak ada notif yang menandakan pesan masuk darinya satu hurufpun. Itu artinya, dia sudah tidak peduli dan sudah menemukan kebahagiaan dari yang lain.

"Kaa, aku boleh masuk ga?"
Tanya seseorang dari arah luar kamarnya.

"Masuk ajah de, ga dikunci ko"
Jawabnya santai.

Seorang perempuan masuk ke dalam kamarnya kemudian berjalan ke arahnya yang sedang duduk di depan meja belajar.

"Ka, jalan yu"
Rengek gadis yang kini berdiri di sampingnya.

"Kemana?" Tanyanya penasaran, melihat adiknya tiba tiba mengajaknya pergi.

"Ke mall gitu" jawabnya.

Anin berpikir sejenak, sepertinya ajakan adiknya sangat menarik. Barangkali setelah keluar moodnya kembali baik.

"Naik apa?" Tanya Anin bingung.

"Abi udah datang, kita pinjem mobil Abi aja gimna?" Usul Nadya, adiknya Anin.

"Boleh!"

Rupanya Anin begitu semangat menerima usulan dari adiknya itu, dalam hitungan detik ia bangkit dan melepaskan mukena yang tadi dipakainya. Membuka lemari untuk mencari pakaian yang cocok digunakan. Tidak perlu waktu lama untuk bersiap siap karena Anin hanya memoleskan wajahnya sedikit oleh bedak tabur dan lipbalm.

"Ayo de" ajaknya kepada Nadya yang sudah menunggunya di atas kasur. Keduanya turun dan mendapati ayahnya yang sedang duduk di depan ruang tamu. Sepertinya waktu yang tepat karena ayahnya sedang santai dan terlihat tidak banyak pekerjaan yang harus dilakukan di kafe miliknya.

"Abi" panggil Anin membuat ayahnya menoleh kepada putrinya yang kini duduk di sampingnya.

"Bi, Kaka boleh pinjem mobil Abi ga?" Lanjutnya lagi. Memasang wajah seperti sedang memohon.

"Tumben, mau kemana nih anak anak Abi?"

Om Fahri tentunya merasa aneh, biasanya Anin hanya berdiam diri dirumah atau meminta untuk diantar jika ingin ke suatu tempat. Atau pergi memesan kendaraan online, tapi kali ini ia meminta izin untuk membawa mobil ayahnya.

"Mau jalan aja ke mall sama dek dya" jawab Anin.

Ayahnya tersenyum, tidak mungkin tidak mengizinkan kedua putrinya untuk pergi.

"Yasudah pake aja, tapi ingat jangan ngebut dan jangan pulang terlalu malam ya"

"Siap bi!" jawabnya serentak. Keduanya pamit dengan kecupan hangat di dahinya.

Jangan kaget, Anin memang sudah mampu mengendarai mobil sendiri sejak duduk di bangku SMP. Gadis ini memang hebat, tidak punya rasa takut meskipun perempuan. Semua bisa ia pelajari karena menjadi tantangan baginya. Di sisi lain, karena dirinya anak pertama yang tanpa dituntut pun merasa Ingin bisa segalanya. Ini hanya sebagian dari kemampuan hebat Anin yang belum diketahui banyak orang.



°°°



Lelaki tampan yang selalu terlihat berkharisma itu kini sudah siap untuk datang ke rumah Anin. Dirinya harus mejelaskan bahwa perempuan yang Anin lihat bersamanya dikampus adalah salsa. Dan pelukan itu hanya sebatas sahabat, tidak lebih baginya.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang