Chapter 26

901 102 2
                                    

Guyss maapin yaa, semalem ketiduran beneran inimah 😭
Ini hp belum keluar juga dari apk wattpad loh smpe pagi karena ga kerasa tiba-tiba mata merem ajah.

Maap banget yaa🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Dah lah aku kasih sarapan untuk pagi ini aja deh nih. 😁

°°°

Hari-hari yang berat itu kini sudah terlewati, sedihnya tidak lagi berlarut bahkan Anin sempat melupakan perasaan itu karena banyaknya kegiatan. Kembali mengisi job off air bahkan akan ada salah satu stasiun televisi yang mengundangnya.

Terlepas dari itu, Avan juga berperan dalam kebahagiaannya setelah dirinya merasa sedih karena Anggis harus jauh darinya. Avan selalu datang kerumahnya, meluangkan waktu untuk menanyakan bagaimana hari hari yang Anin lalui. Avan selalu membawa hadiah seperti makanan kesukaan Anin, Avan juga selalu menjadi tempat ternyamannya untuk bercerita banyak hal.

Lelaki yang punya seribu cara bahkan lebih untuk selalu membuatnya tersenyum dan merasa bahwa dunia akan baik-baik saja. Avan selalu menjaga perasaannya, padahal Anin memberikan kebebasan untuk lelaki itu berinteraksi bagaimanapun dengan siapapun. Tapi Avan tahu, Anin juga punya hati yang harus ia jaga. Meskipun keduanya tidak memiliki hubungan layaknya sepasang kekasih, tetapi keduanya mempunyai perasaan dan komitmen yang sama.

"Om, lancarr lancar yaa acaranya. Saya pamit kekantor dulu"
Lelaki muda nan tampan itu menyalami Om nya Anin dengan hormat.

"Aamiin, sukses selalu ya Avan" omnya Anin menepuk pundak Avan. Terlihat sangat akrab bukan? Memang begitulah Avan mudah sekali bersosialisasi dengan siapapun.

"Umma, Abi. Saya berangkat dulu ya" pamitnya pada kedua orang tua Anin, seperti biasa Avan selalu memenuhi panggilan untuk sarapan bersama dirumah Anin seperti pagi ini. Bedanya, biasanya Avan juga mengantar Anin ke sekolah tapi sekarang tidak lagi. Karena Anin sudah menyelesaikan masa SMA nya.

"Iya nak, hati-hati bawa mobilnya" pesan tante Neli dijawab anggukan dan kata 'siap' dari Avan.

"Kerja yang gigih biar cepet mapan"
"Siap Abi siap" jawab Avan mendengar perintah dari om Fahri.

Support dari keluarga Anin tidak pernah hilang meskipun satu hari. Sudah banyak sekali hari harinya yang dilalui di iringi dengan kalimat penyemangat sebelum pergi ke kantornya.

Lagi dan lagi Avan bersyukur berada di antara keluarga Anin yang utuh dan selalu hangat. Wajar saja jika ia penuh effort untuk mendapatkan hati Anin, karena Anin adalah perempuan yang sudah full kasih sayang dari ayah maupun om nya sendiri. Jadi, Anin bukan type perempuan yang haus akan kasih sayang lelaki manapun.

"Ka Avan!"

Teriak Anin yang baru saja menuruni tangga setelah bersiap akan berangkat memenuhi undangan di tv pagi ini.

Avan yang baru saja hendak melangkah keluar rumah menarik kembali langkahnya dan menoleh pada gadis yang baru saja memanggil namanya. Gadis itu datang dengan senyum yang merekah dan tangan yang terangkat serta membuka lima jarinya untuk bertos ria dan Avan tentunya membalas hal sama. Keduanya menepuk telapak tangan satu sama lain tapi  Avan justru menautkan jari jemarinya dengan tangan Anin yang sangat nyaman itu dengan waktu yang cukup lama.

"Semangat kaa kerjanya, doain aku lancar ya pas di depan kamera nantinya"

Anin merasa khawatir dengan cara bagaimana ia dapat mengontrol tegang nya di depan kamera nanti, karena ini untuk pertama kalinya di undang di acara tv. Gadis itu memikirkan pertanyaan pertanyaan yang akan dilontarkan host padanya, berharap semoga ia bisa memahami semua pertanyaan itu dan menemukan jawaban terbaik.

We Will always be us [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang