1 | Inspeksi Dadakan

32.1K 1.6K 35
                                    

Kiran terbangun karena suara teriakan para bocil memenuhi kamarnya. Sontak matanya langsung melebar, perasaan was-was langsung memenuhi hatinya dan benar saja firasat buruknya beneran kejadian. Saat menghadap kesamping pintu kamar nya sudah terbuka lebar-lebar.

And, damn!

PC gaming-nya sudah nyaris terjatuh dari meja, lego yang dia susun sepenuh hati kini nyaris tak berbentuk. Tumpukan dokumen pekerjaan yang disusun rapi kini sudah jadi alas duduk para keponakannya.

"Om...bangun...."

Dengan penuh semangat sang keponakan langsung meloncat ke badannya, Kiran yang masih belum sadar sepenuhnya hampir berteriak karena kaget.

Masalahnya ponakannya ini pada bongsor semua dan doyan mengimpit-impit badannya yang semakin kurus kering karena belum beristri.

"Kok pagi-pagi udah disini?" tanya Kiran kemudian mendudukkan Naura diatas Kasur.

"Kata bunda, nginep disini dulu om. Ayah sama bunda mau jalan-jalan, mau nyariin adik buat Nau om." Ucap Naura polos.

Kiran auto pucat pasi.

Ini pasangan memang doyan memperbanyak keturunan, tapi please bisa nggak distop dulu?

Kalau anaknya nggak dititipin di Kiran sih nggak papa, tapi semakin banyak keponakan dia juga yang dibuat pusing.

Sementang dia belum beristri, bukan berarti dia nggak punya kegiatan di-weekend ini.

Belum lagi istrinya Kaivan,adiknya. Sudah hamil. Bisa kebayang kan berapa banyak thr yang harus dia siapkan tiap lebaran. Belum beristri saja dia sudah dibuat tekor sama ponakan sendiri.

"Om...ayo main bola." Ajak Nathan menarik-narik tangan Kiran dari tepi Kasur. Nggak lupa ini bocil masih memakai sepatu nya yang habis dibawa jalan-jalan ke empang dekat rumahnya, alhasil lantai kamarnya jadi berjejak-jejak bekas sepatu.

Kiran menghela nafas pasrah.

Sedangkan Nala,kembaran Nathan Cuma duduk kalem dipojokan. Tangan nya asyik mewarnai buku gambar dan asyik dengan dunia nya sendiri.  Keponakannya yang satu ini paling kalem dan pemalu. Sudah bisa ditebak kan ini bocil niru sifat siapa, sudah pasti niru sifat om nya. Tapi jangan sampai dibuat tantrum, sekalinya menangis susah banget ngebujuknya. Mau dibawain kapal nabi nuh juga nggak luluh, perlu disayang-sayang dibujuk-bujuk sampe mulut keram.

Selesai mengepel lantai dan meletakkan barang-barang yang berjatuhan ketempat semula. Kiran menghempaskan badannya kekasur, menghela nafas lelah.

Belum sampai sedetik dia berbaring, suara teriakan bocil langsung memekakkan telinga nya.

"Om...kak Nala kesedak bakwan!" jerit Naura heboh.

Allahuakbar!

***

Seusai memberi Nala pertolongan pertama karena tersedak bakwan, tangannya ditarik lagi oleh para bocil menuju lapangan. Please deh, hari-harinya kalau ada para bocil ini suka random bin ajaib. Tahu nggak kenapa ini bocil bisa kesedak bakwan? Karena dia makan bakwan pake rawit domba. Gila nggak tuh maknya? Kadang dia suka heran sama Kayana, anak sekecil kambing gini udah diajarin makan rawit. Kadang dia pengen marah saking frustasinya. Tapi ini cegil satu adiknya pula. Dia cuma bisa banyak-banyak beristigfar.

Saat ini Kiran sedang duduk dipinggir lapangan. Disebelahnya ada batu bata yang disusun tinggi seolah-olah membentuk gawang. Siang ini dia sedang menjadi kiper untuk ponakannya yang sedang hobi-hobinya bermain futsal. Katanya jago main futsal, tapi tiap nendang bola lebih banyak rumput yang terbang dibanding bola yang masuk ke gawang. Sewaktu dikritik, hidungnya langsung kembang kempis seperti ingin menangis. Seriusan deh, ini bocil songongnya minta ampun, persis ibunya. Mukanya boleh saja fotocopy Adrian semua, tapi sifatnya Kayana semua.

Terlanjur ResepsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang