2 | Ukhti bar-bar

21.3K 1.3K 16
                                    

Setelah mengikuti kencannya yang ke-21. Kiran menyerah. Kali ini dia dikenalkan dengan pegawai bank swasta. Secara background ini cewek pastinya oke banget. Pinter, cantik, tinggi semampai, wangi. Tapi sayangnya Kiran keburu minder duluan, takut gajinya sebagai budak korporat tidak mampu menghidupi perempuan yang serba modis seperti ini.

Dia paham betul, untuk memperistri wanita se-superior itu, setidaknya gajinya sudah tiga digit. Dia yang masih luntang lantung sama cicilan kpr ini belum mampu memperistri wanita sekelas itu. Kiran masih cukup sadar diri. Biarlah dia mundur, daripada memperistri perempuan ini, tapi ginjalnya terancam hilang satu. Kan bisa gawat.

Sepulang nya dari kencan kilat barusan, tiba-tiba saja matanya menangkap seorang ukhti yang tampak tidak asing dimatanya sedang berdebat dipinggir jalan.Belum lagi kerumunan massa yang mengelilingi wanita mungil didepannya. Dengan motor vespa matic serta helm bogo nya, perempuan itu tampak sedang emosi berat sampai menunjuk-nunjuk pengendara didepannya.

Mau nggak mau, hati kecilnya yang gampang tersentuh ini menepikan mobilnya ke tepi jalan. Takut ini cewek lagi menghadapi masalah besar, dan barangkali butuh bantuan. Begitu turun dari mobil, perempuan mungil tadi langsung berlari ke arahnya. 

"Sayang!" panggilnya dengan nada memelas.

Kiran otomatis kaget.

"Kenapa nad?ada apa nad?" tanya Kiran membeo.

Nadhira nggak menjawab, dan malah menarik ujung lengan bajunya mendekati pengendara dihadapannya.

"Heh, diem lo! Nih lakik gue, ngomong lo depan gue." Ucap Nadhira bar-bar sembari menarik-narik lengan bajunya.

Otomatis Kiran kicep, rasanya disuruh masuk ke set shooting tanpa di briefing terlebih dahulu.

Dia kudu apa?

"Ada masalah apa ya, pak?" tanya Kiran dengan nada sok tegas.

Pria di hadapannya ini tampak gagap seketika. Ketakutan plus keringat dingin begitu melihat pria tinggi besar kayak kingkong turun dari mobil.

"Oh..nggak ada mas. Nggak ada." Ucap pengendara motor tersebut kemudian segera berlari kearah motornya dan kabur.

"Hiiih..." sahut wanita disebelahnnya sebal.

"Kenapa nad?"

"Bukan bang, itu orang lawan arah. Aku kaget banget dan hampir jatuh. Bukannya minta maaf, dia malah caci maki aku." Sungut Nadhira dengan muka memerah.

Sontak Kiran ikut cemas. Karena ini cewek bocil sudah dia anggap seperti adik sendiri.

"Nggak jatuh kan? Nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Kiran dengan nada khawatir sembari memperhatikan kondisi wanita tersebut.

"Nggak kok, aman." Sahut Nadhira sembari mengacungkan jempolnya.

Massa yang tadi berkumpul, sudah mulai bubar satu persatu. Biasalah orang sini, doyan banget nonton apapun yang rame dijalan. Bikin jalanan semakin macet. Padahal cuma kepo dan modal kamera buat ngerekam, nggak ngebantuin sama sekali.

"Ini kamu mau kemana? Kamu masih bisa bawa motornya?"

"Udah mau pulang kok bang. Makasih banyak ya udah bantuin. Maaf juga tadi aku gasopan, kalau aku bilang temen pasti itu bapak-bapak ngerendahin aku lagi."

"Gapapa." Sahut Kiran santai.

"Mau bareng nggak pulangnya?" tawar Kiran. Barangkali ini Perempuan masih shock karena kejadian barusan.

"Nggak usah bang, aku bisa sendiri kok." Tolak Nadhira halus.

"Gapapa, sekalian aja. Abang juga sekalian pulang kok."

Terlanjur ResepsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang